"Sayang," panggilku sambil meraba-raba dada bidangnya Yunki.
"Apa sayangku?" Yunki masih menatapku dengan lekat dan tubuh kami sangat berdekatan, terlihat jelas dari raut wajahnya Yunki yang tidak ingin berjauhan dariku.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku dan tersenyum, lalu menyentuh bibir kecil dan tipis milik Yunki.
Dahulu, semenjak aku mengandung Winda dan Wendi. Aku selalu memainkan bibirnya Yunki, dan sekarang bibir mereka sangat mirip dengan Yunki.
Sekilas aku berpikir, kalau aku hamil lagi. Apa akan mengandung bayi kembar lagi? Namun, aku selalu berpikir keras. Kenapa juga aku selalu mengandung bayi kembar? Padahal aku dan Yunki tidak memiliki saudara kembar.
Namun, aku juga bingung kak Yura juga melahirkan bayi kembar yaitu Hana dan Hani. Sebenarnya ingin sekali aku membahas ini, tapi sepertinya tidak penting juga.
"Sepertinya kamu banyak menyembunyikan sesuatu dariku," celetuk Yunki sambil menyentuh pipiku.
"Tidak ada yang aku sembunyikan papa Yunki," jawabku dengan tenang. "Mungkin saja, aku hanya lebih suka diam haha," sambung aku yang tidak ingin membuat suamiku berpikir aneh-aneh.
"Hem baik lah, ayo kita tidur!" Yunki mengajak aku untuk tidur.
Aku menganggukkan kepalaku dan mencoba memejamkan mata dan mulai tidur. Yunki juga mengikuti apa yang aku ikuti, lama-lama kami tidur bersamaan.
Di tempat lain, tepatnya di kamar Hana dan Hani. Mereka berdua masih sibuk mengerjakan beberapa PR untuk di kumpulkan besok. Hana dan Hani lupa tidak mengerjakannya setelah pulang sekolah dan sampai di rumah, mereka terlalu sibuk dengan keempat adik-adiknya.
Selang beberapa menit kemudian dan hampir satu jam lamanya, akhirnya Hana dan Hani menyelesaikan PR mereka masing-masing. Walaupun Hana dan Hani berada di sekolah dan kelas yang sama, tapi mereka selalu mengerjakan PR sendiri-sendiri.
"Akhirnya selesai!" Hana bernapas lega setelah menyelesaikan PR nya.
"Sama!" Hani juga ikut bernapas lega setelah menyelesaikan PR nya.
Hana dan Hani langsung bangun dari kursi meja belajarnya, mereka melangkah menuju sofa dan duduk di sana. Mereka bersantai sejenak dengan menikmati minuman dan cemilan yang sudah tersedia di depannya.
Hana dan Hani juga selalu menyiapkan beberapa minuman dan cemilan di dalam kamarnya, karena perut mereka selalu berdemo ketika tengah malam dan terbangun di tengah malam.
Jadi, Hana dan Hani memutuskan untuk menyetok pasokan minuman dan makanan di kamarnya. Kedua orang tuanya juga tida merasa keberatan akan hal itu.
"Eh, tadi kenapa Fira dan Feri tidak jadi nonton ya?" tanya Hana sambil menatap kembarannya--Hani.
"Aku tidak tau," jawab Hani dengan gelengan kepalanya.
"Apa tante Bella tidak mengizinkan?" Hana benar-benar penasaran kenapa anak kembarnya tante Bella dan om Nandi tidak jadi menonton hari ini, tadi juga sebenarnya Hana ingin membahas ini pada diriku. Namun, ia selalu saja lupa.
"Mungkin saja, atau mungkin tadi pagi tante Bella ke rumah dan ikut ke kantor mama karena ingin membahas itu dengan mama," celetuk Hani yang tiba-tiba berpikiran ke arah sana.
"Hem bisa jadi, ya sudah ayo kita tidur dan besok saja tanyakan masalah ini pada mama," ucap Hana yang mulai bangun dari duduknya.
"Baik lah!" Hani menurut, ia juga ikut bangun dari duduknya.
Hana dan Hani langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya masing-masing. Karena di satu ruangan yang luas ini, Hana dan Hani memiliki tempat tidur yang berbeda.
"Hani, jangan lupa besok kita bahas masalah bioskop dengan mama, karena aku mudah lupa," celetuk Hana sambil melirik ke arah kembarannya.
"Oke!" Hani menganggukkan kepalanya.
Pukul 6 pagi.
Hari ini aku bangun lebih awal dan menyiapkan bekal makanan untuk keenam anak-anakku dan suamiku. Aku bukan ingin menghemat uang agar mereka tidak makan di kantin saat makan siang.
Namun, aku hanya ingin anak-anakku dan sang suami terbiasa makan makanan rumah dari pada makanan di luar sana. Lebih tepatnya agar higienis saja, dan aku juga memang sudah membiasakan semua ini sejak dulu.
Di dalam dapur yang cukup luas ini juga, aku di bantu oleh bi Ika yang selalu siap menemaniku di dapur dan menyiapkan seluruh makanan untuk sarapan nanti.
"Sepertinya suamiku belum bangun," gumam aku setelah melirik ke arah pintu dapur.
Dari tadi aku memang terus-menerus menatap ke arah pintu dapur membuat bi Ika memberanikan diri untuk bertanya.
"Nyonya, menunggu seseorang?" tanya bi Ika sambil menatapku.
"Iya nunggu suami haha," jawabku sambil tertawa.
Terkadang aku lucu sendiri kalau mengatakan ini pada bi Ika, untuk apa aku menunggu suami? Padahal setiap detik aku bersama suami kalau berada di rumah.
Kesannya kalau seperti ini, diriku tidak bisa jauh dari sang suami. Padahal yang sebenarnya tidak bisa jauh seperti ini adalah suamiku.
"Mungkin tuan belum bangun, nyonya," balas bi Ika.
"Iya mungkin," aku hanya manggut-manggut saja.
Pukul 7 pagi.
Kami semua selesai sarapan dan aku sudah membagikan semua bekal makanan untuk keenam anak-anakku dan suamiku.
Anak-anak tampak girang saat mendapati aku membuatkan bekal untuk mereka. Suamiku juga tidak kalah girang saat mendapati diriku membuatkan bekal untuknya.
Anak-anak dan suamiku berterimakasih padaku karena sudah repot-repot membuatkan bekal untuk mereka. Apa lagi mereka tau kalau akhir-akhir ini diriku sibuk bekerja.
"Mama adalah mama yang terbaik," ucap kompak dari keenam anak-anakku.
"Kalian juga anak mama yang terbaik," balasku sambil tersenyum menatap mereka.
"Jadi apa mulai hari ini dan seterusnya kamu akan membuatkan kami bekal setiap hari?" tanya Yunki sambil membelai rambutku.
"Akan aku usahakan sayangku," jawabku sambil menyentuh tangan Yunki yang baru saja membelai rambutku.
Selang beberapa menit. Kami semua bangun dari duduk dan akan melanjutkan aktivitas masing-masing. Namun, saat kami handal ingin keluar dari ruang makan.
Hana dan Hani menanyakan sesuatu membuat aku dan yang lainnya menghentikan langkah kami.
"Mama, kenapa kemarin anak-anaknya tante Bella tidak jadi nonton bioskop?" tanya Hana padaku, akhirnya ia tidak lupa akan membahas ini padaku setelah sarapan. Namun, sepertinya hampir saja ia lupa karena ia bertanya setelah kami akan pergi.
"Iya mama, kenapa Fira dan Feri tidak menonton? Apa kemarin tante Bella membahas ini pada mama?" Belum sempat aku menjawab pertanyaannya Hana, tapi Hani sudah kembali bertanya membuat Yunki tersenyum tipis.
Yunki masih tersenyum tipis dan menatapku, ia seperti menunggu jawaban dariku juga. Lalu, anak-anak yang lainnya juga seperti menunggu jawabanku.
Yunki hanya memperhatikan Hana dan Hani yang sepertinya tidak sabar menunggu jawaban dariku.
"Kemarin tante Bella memang sedikit membahas masalah itu pada mama saat di kantor," jawabku.
"Lalu, apa kata tante Bella?" Kini Doni juga ikut tidak sabar mendengarkan jawaban selanjutnya.