Menyimpan ponsel dan tas di atas meja rias dan melangkah menuju kamar mandi, tapi langkahku terhenti karena ponselku berdering ada panggilan masuk.
"Siapa kah yang telepon?" aku langsung bergegas menghampiri meja rias dan mengambil ponsel.
Setelah melihat siapa yang menelepon, seketika aku tersenyum lalu menjawab telepon itu.
"Halo suamiku sayang," ucapku dengan manja setelah menjawab telepon itu.
"Hem, tumben nih nadanya seperti ini. Pasti ada maunya," kata Yunki di ujung sebrang sana.
"Haha tidak, ada apa telepon? Aku baru saja mau mandi," balas aku sambil menjelaskan.
"Jangan dulu mandi, tunggu aku lima menit lagi sampai. Kita mandi bersama saja," ucap Yunki dengan suara buru-buru.
"Hah?"
Seketika aku terdiam mendengar ucapannya Yunki. Mandi bersama? Sudah pasti mandinya akan memakan waktu satu jam lebih, karena akan melakukan hal aneh-aneh terlebih dahulu.
Namun, aku tidak bisa menolak keinginan suamiku. Karena aku harus selalu patuh dengan apa yang di inginkan olehnya.
"Sayang, mau menunggu aku, kan?" Lagi, Yunki bersuara seperti memohon dan menggoda.
"Hem, baiklah. Kalau lewat dari itu akan aku tinggal," ucapku penuh penekanan.
"Siap!"
Yunki langsung mematikan telepon sepihak dan aku hanya mengerutkan keningku. Aku kembali menyimpan ponselku di atas meja, tapi tidak jadi.
Aku kepikiran keenam anak-anakku dan mencoba menghubungi ibu mertua.
"Entah kenapa, tiba-tiba aku kepikiran anak-anak dan merindukannya," gumam aku yang sudah menekan nomor ibu mertua dan meneleponnya.
Bunyi nada tersambung pada ponsel ibu mertua, tapi belum juga di jawab olehnya. Satu panggilan pada ibu mertua tidak ada jawaban, dan aku mencoba kembali meneleponnya lagi.
"Sepertinya mereka benar-benar menikmati momen ini," batinku sambil tersenyum.
Benar saja telepon yang ke dua kalinya juga tidak di jawab, dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak menelepon ibu mertua lagi.
"Biarkan saja mereka menikmati momen ini, nanti juga ibu mertua akan menelepon aku," ucapku yang langsung melangkah menuju lemari.
Aku sedang memilih beberapa pakaian tidur yang akan aku gunakan setelah mandi dengan suamiku. Aku juga tidak lupa memilih beberapa pakaian tidur untuk di gunakan Yunki setelah mandi bersama.
Selesai memilih pakaian tidur, aku menyimpan pakaian tidur di atas kasur. Aku langsung melangkah keluar dari kamar.
Aku sedikit haus dan bergegas menuju dapur, sampai di dapur bi Ika sedang memasak untuk makan malam.
"Bi, baru mulai masak ya?" tanyaku setelah masuk ke dalam dapur dan melangkah menuju kulkas.
"Iya nyonya," jawab bi Ika dengan sopan. "Nyonya sudah lapar?" tanya bi Ika yang masih sibuk di area kitchen set.
"Tidak bi, aku hanya haus saja," jawabku setelah mengambil botol air di dalam kulkas.
Setelah meneguk air itu, aku duduk di sebuah kursi di dekat jendela lalu menatap bi Ika yang sibuk masak.
"Bi, tadi ibu mertua ke sini sama siapa?" tanyaku pada bi Ika.
"Sama supirnya, nyonya," jawab bi Ika.
"Oh begitu," aku hanya mengangguk.
Cukup lama aku di dalam dapur, tidak lama kemudian terdengar suara mobil. Sudah pasti itu mobilnya Yunki.
Aku bergegas pergi dari dapur menuju pintu utama, sampai di depan pintu utama.
Aku membuka kunci pintu utama dan melihat sosok laki-laki tampan yang sudah berdiri di sana. Laki-laki itu langsung mendaratkan bibirnya pada keningku.
"Aku pulang, istriku yang cantik!" Yunki mengatakan itu setelah mengecup keningku dengan hangat.
Kecupan Yunki selalu membuatku candu dan selalu membuatku nyaman, apa lagi aroma tubuh Yunki yang semakin membuatku terbuai.
Walau pun Yunki sudah bau keringat akibat bekerja seharian, tapi tidak membuat aroma tubuhnya yang khasitu hilang.
"Sayang, kok bengong?" Yunki menyentuh daguku.
"Tidak hehe, ayo masuk dan kita mandi. Aku sudah sangat gerah," ucapku.
"Ayo!" Yunki tersenyum.
"Eh, suamiku bawa apa?" tanyaku setelah melihat Yunki membawa beberapa paper bag.
"Cemilan ini, tadi aku mampir ke McDonald's," jawab Yunki.
"Wah, pasti enak!"
Dengan cepat, aku langsung membawa paper bag itu dan tas kerjanya Yunki. Lalu, aku melangkah begitu saja ke dalam rumah.
Yunki hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkahku, ia langsung masuk ke dalam rumah dan tidak lupa untuk menutup pintu dan menguncinya.
Sampai di dalam kamar, aku dan Yunki benar-benar langsung masuk ke dalam kamar mandi. Kami berdua langsung berendam di dalam bathtub.
"Nyaman sekali," bisik Yunki di telingaku.
"Jangan berbisik seperti itu," protesku sambil sedikit menghindari tubuhnya.
Posisi aku saat ini di dalam bathtub adalah berada di depannya Yunki. Yunki memelukku dari belakang.
Yunki juga kembali menarik tubuhku dengan lembut saat diriku berusaha menghindar.
Yunki juga mulai menggerayangi tubuhku dengan sentuhan-sentuhan yang membuatku sedikit mendesah.
"Hemmmmmpt," ucapku yang sedikit mendesah dan menahan kenikmatan yang Yunki berikan padaku.
1 jam kemudian.
Aku dan Yunki selesai mandi, dan benar saja di dalam kamar mandi aku dengannya tidak mandi buru-buru. Namun, Yunki melakukan hal-hal aneh terlebih dahulu.
Namun, aku tidak mempermasalahkan itu. Karena aku juga sangat menyukai hal-hal aneh itu.
"Sayang, kenapa aku sulit sekali menghubungi ibu mertua," celetuk aku setelah selesai menggunakan pakaian tidur.
"Oh ya?" Yunki melirik ke arahku dan ia juga baru saja selesai menggunakan pakaian tidurnya.
"Iya, tadi aku telepon ibu mertua dua kali tapi tidak di jawab," jelasku pada Yunki.
"Hem, mungkin saja ibu sedang sibuk," balas Yunki.
"Mungkin," aku hanya manggut-manggut saja.
Pukul 7 malam.
Aku dan Yunki selesai makan malam berdua dengan sedikit romantis, karena Yunki menyuapiku layaknya sepasang kasih yang sedang kasmaran.
"Sayang, kenapa ibu mertua tidak menelepon kita?" tanyaku sambil menatap Yunki yang baru saja mengelap ujung bibirnya dengan tisu.
"Tidak tau, mungkin mereka sedang di jalan," jawab Yunki dengan santai.
Aku langsung meraih ponselku yang sangat sepi karena tidak ada notifikasi apa pun. Aku mencoba menelepon ibu mertua lagi, dan kini langsung di jawab hanya beberapa bunyi nada sambungan.
"Malam, Bu," sapa aku setelah telepon di jawab, sekilas Yunki menatap ke arahku.
"Malam Yuna," balas ibu Pratama.
"Bu, anak-anak lagi apa? Apa sudah pulang atau akan kami jemput?" tanyaku yang tidak ingin basa-basi, karena besok keenam anak-anakku harus sekolah juga.
"Anak-anak sudah di jalan dan di antar supir, maaf ibu tidak bisa antar," jawab ibu Pratama yang terdengar sedikit lelah.
Aku yakin kalau ibu mertua sedikit lelah karena saking asiknya bermain dengan keenam cucunya.
Namun, aku tidak bisa melarang semua itu. Karena ibu mertua juga sudah cukup lama tidak bermain dengan keenam cucunya.
"Iya Bu tidak apa-apa," balasku. "Ibu sudah makan?" tanyaku yang sedikit khawatir dengan kondisinya.