Chereads / Istri Sambung 2 / Chapter 4 - LELAH

Chapter 4 - LELAH

"Iya Bu tidak apa-apa," balasku. "Ibu sudah makan?" tanyaku yang sedikit khawatir dengan kondisinya.

Yunki langsung menoleh ke arahku saat aku menanyakan itu pada ibunya. Yunki sedikit khawatir juga kenapa diriku menanyakan itu.

"Ibu sudah makan malam dengan cucu dan suami," jawab ibu Pratama.

"Syukurlah kalau ibu sudah makan, Bu jaga kesehatan ya!"

"Oke, kamu dan yang lainnya juga jaga kesehatan ya. Ibu akan usahakan selalu mengunjungi rumah kalian," balas ibu Pratama.

"Baik Bu."

Cukup lama aku dan ibu mertua teleponan dan membahas ini itu, setelah itu. Aku mengakhiri telepon dan menatap Yunki yang sedang mengupas kulit jeruk.

"Apa ibuku baik-baik saja?" tanya Yunki yang pasti mulai mengkhawatirkan kondisi ibunya, apa lagi saat ini ibunya sudah mulai sibuk dengan beberapa cabang yang siap launching.

"Ibu baik-baik saja dan akan menyempatkan waktunya untuk mengunjungi kita," jawabku sambil menjelaskan apa yang kami bahas tadi.

"Sebaiknya kita saja yang harus mengunjungi rumah ibu," ucap Yunki sambil menyuapi beberapa buah jeruk ke dalam mulutku.

Aku juga menerima suapan Yunki itu dan mengunyah buah jeruk yang sudah ada di dalam mulutku.

Buah jeruk di dalam mulutku sangat manis apa lagi saat melihat senyumannya Yunki.

Sepertinya setalah ini, aku akan diabetes karena melihat senyuman Yunki membuat kadar gulaku pasti melebihi batas normal.

"Baik lah, kalau itu mau kamu. Aku akan selalu menuruti," balasku yang tidak ingin menjadi istri durhaka.

30 menit kemudian.

Suara mobil terdengar di luar rumah, sudah pasti itu mobilnya ibu mertua yang mengantarkan keenam anak-anakku.

Aku dan Yunki membuka pintu utama lalu menatap keenam anak kami yang keluar dari mobil itu dengan satu persatu.

"MAMA PAPA!" teriak kompak dari keenam anak-anak kami.

Mereka semua langsung berlari menghampiri kami dan memeluk kami bersamaan. Karena malam semakin larut, supir ibu mertua izin pamit undur diri.

Aku, Yunki dan keenam anak-anak kami langsung masuk ke dalam rumah. Anak-anak juga pamit ke kamarnya masing-masing untuk membersihkan diri mereka.

Aku dan Yunki tidak ingin mengganggu anak-anak, karena mereka pasti sedang lelah. Aku dan Yunki memutuskan untuk melangkah menuju kamar.

"Sayang, apa hari ini kita bisa tidur cepat?" tanyaku setelah masuk ke dalam kamar.

Yunki menutup pintu kamar dan memelukku dari belakang. "Tidur cepat saja, karena tadi sore kita sudah bermain di dalam bathtub," jawab Yunki.

"Terimakasih sayangku!"

Akhirnya Yunki mengizinkan diriku untuk tidur cepat, karena aku juga merasakan tubuhku sedikit lemah.

Aku ingin tidur cepat dan membiarkan anak-anak juga tidur lebih cepat. Apa lagi besok juga anak-anak harus pergi ke sekolah.

Aku harap anak-anak bisa menjaga kondisi tubuhnya masing-masing saat diriku agak lupa memperhatikan mereka.

"Kamu tidak tidur?" tanyaku setelah membaringkan tubuhku di atas kasur, tapi Yunki malah melangkah menuju meja kerjanya.

"Aku ingin mengecek beberapa pekerjaan dulu," jawab Yunki yang sudah duduk di kursi kerjanya.

"Hem baiklah!"

Aku tidak menghiraukan keinginan suamiku, karena suamiku memang sedikit tidak waras kalau sudah menyangkut pekerjaan.

Namun, aku tidak bisa memaksa Yunki harus mengurangi memfokuskan pekerjaan. Aku hanya bisa mendukungnya saja, karena aku juga sudah mulai mengerti tentang pekerjaan.

Apa lagi, aku dan Yunki sudah memegang perusahaan dari keluarga masing-masing. Aku sudah merasakan arti sebuah tanggung jawab.

"Sepertinya istriku benar-benar lelah," batin Yunki yang sekilas melirik ke arahku yang sudah terlelap di atas kasur.

Keesokan harinya.

Pukul 7 pagi.

Cuaca hari ini sangat cerah dan kami baru selesai sarapan bersama. Namun, kami belum beranjak dari kursi masing-masing.

"Mama, nanti kami boleh inap di rumah nenek Pratama tidak?" tanya Winda sambil menatapku.

"Boleh dong," jawabku sambil tersenyum.

"Hore!" Winda sangat ceria ketika dirinya ingin inap di rumah ibu Pratama.

Terlihat juga dari anak-anak lainnya yang sangat bersemangat dan bahagia saat diriku mengizinkan mereka untuk inap di rumah ibu Pratama.

Yunki mengulas senyum di wajahnya, ia terlihat sangat bahagia lagi ini saat menatap keenam anak-anaknya.

Beberapa menit kemudian. Kami bangun dari duduk masing-masing dan mulai melanjutkan aktivitas masing-masing.

***

Pukul 12 siang.

Di sebuah rumah sakit terlihat dua orang dewasa tengah bertengkar kecil di dalam kamar VVIP.

"Kau bisa mengurus anak apa tidak?" tanya sosok laki-laki yang wajahnya sudah sangat merah dan sedikit kesal pada wanita yang ada di hadapannya.

"Soni, kenapa kau menyalahkan aku," jawab wanita yang tidak kalah kesalnya pada laki-laki di hadapannya.

"Semua ini karena kamu, Nara!" Laki-laki yang bernama Soni langsung menunjuk wajah wanita yang bernama Nara.

Wanita dan laki-laki ini adalah Soni dan Nara yang sedang bertengkar kecil padahal ada anaknya yang sedang terbaring lemah di atas kasur rumah sakit.

Sonya sudah beberapa menit yang lalu memejamkan matanya karena baru saja meminum obat. Kemarin Sonya mengalami demam tinggi membuat ke dua orang tuanya langsung datang ke rumah sakit.

Namun, lagi-lagi orang tuanya seperti tidak mengerti keadaan sang anak. Walau pun Sonya sudah tidur sangat lelap, tapi tidak seharusnya ke dua orang tuanya bertengkar seperti itu.

"Bukan karena aku, tapi karena kamu yang terlalu berharap Yuna akan bersamamu," sindir Nara pada suaminya.

Rumah tangganya Nara dan Soni selalu saja bertengkar dengan hal-hal absurd. Entah kenapa rumah tangga mereka semakin tidak jelas.

Apa lagi Soni yang selalu mendekati Yuna dan merasakan sikapnya Yuna yang sangat mirip dengan Yura selaku wanita yang sedari dulu di taksir olehnya.

Namun, sayangnya Soni dan Yura tidak bisa bersama karena Yura sangat mencintai Yunki dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

"Tidak perlu membahas Yuna dalam masalah ini, kau saja yang tidak bisa mengurus anakku!" sentak Soni yang tidak suka di sindir seperti itu oleh istrinya.

"Dasar kau selalu saja lempar batu sembunyi tangan," lanjut Nara yang benar-benar menyindir suaminya sendiri.

Saat ini juga Nara masih saja mendekati Yunki dan berharap rumah tangganya Yunki dengan Yuna segera berakhir. Namun, Tuhan masih melindungi pernikahan Yunki dan Yuna.

"Selama kemarin kau ke mana saja? Kenapa juga Sonya sampai demam tinggi seperti itu!" Akhirnya Soni bertanya pada sang istri dengan penuh penekanan.

"Kau tidak perlu tau," ucap Nara yang langsung memalingkan wajahnya.

Soni masih menatap istrinya dengan tatapan tajam seperti seorang singa yang akan menerkam mangsanya.

"Apa kau masih mencintai Yunki?" Tiba-tiba Soni menanyakan itu pada sang istri.

Sebenarnya Soni dan Nara seperti pasangan labil dan mirip sekali anak kecil. Mereka selalu bertengkar untuk hal tidak penting.

"Apa kau mulai mencintai Yuna?" Nara berbalik tanya pada suaminya.