Chereads / Istri Sambung 2 / Chapter 6 - BARBEQUE

Chapter 6 - BARBEQUE

"Se ... sesuatu apa, ya?"

"Sesuatu yang membuatmu mendesah kenikmatan," ucap Yunki dengan suara sensual.

"Tau ah! Kamu mesum sekali!"

Dengan cepat, aku langsung mematikan telepon itu dan langsung pergi meninggal ponsel begitu saja.

"Punya suami benar-benar nyebelin," gerutu aku saat mendengar Yunki yang membahas mesumnya di telepon tadi.

Tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam kamarku dan menghampiriku.

"Mama, kapan papa pulang?" tanya Winda yang tidak sabar ingin bakar-bakaran.

"Sepertinya papa baru keluar dari kantor dan mau membeli bahan barbeque dulu," jawabku sambil menjelaskan.

"Berarti satu jam lagi papa mungkin sampai di rumah," ucap Winda yang benar-benar tidak sabar menunggu papanya pulang.

"Ya semoga saja!"

Sambil menunggu Yunki kembali ke rumah, aku dan keenam anak-anak bersantai di ruang tengah sambil mengobrol.

Seketika aku teringat keempat sahabat-sahabat aku yang tidak kabar selama beberapa minggu ini. Aku juga ingin menghubungi mereka, tapi ponselku tertinggal di dalam kamar.

Karena aku malas ke kamar hanya mengambil ponsel, jadi aku memutuskan untuk nanti saja menghubungi keempat sahabatku itu.

***

Di sisi lain.

Yunki baru saja masuk ke sebuah supermarket, ia bergegas mendorong keranjang belanjaan dan masuk ke dalam supermarket.

"Apa aja yang mereka inginkan," gumam Yunki sambil berpikir sejenak.

Yunki sudah berdiri di dekat beberapa bahan-bahan barbeque, ia juga tidak menelepon sang istri.

Yunki membeli dan memilih banyak bahan-bahan barbeque di sana, setelah cukup lama memilih bahan-bahan barbeque. Yunki melangkah menuju furniture.

Yunki terlihat seperti menyukai salah satu meja kerja, ia juga sudah menanyakannya pada pegawai di sana.

"Nanti saja belinya kalau sama istriku," gumam Yunki yang langsung melangkah menuju kasir.

Sampai di kasir. Yunki langsung membayar semua belanjaannya. Yunki juga tidak mebelanja bahan-bahan barbeque saja, ia juga terlihat membeli beberapa bahan makanan.

Yunki berpikir, mungkin saja di rumahnya bahan makanan sudah berkurang. Yunki membeli saja beberapa bahan makan itu.

Selesai membayar ke kasir. Yunki bergegas pergi menuju parkiran, tapi langkahnya terhenti saat ia baru saja keluar dari supermarket.

"Yunki!" Seorang wanita memanggil Yunki dan menghampirinya.

"Nara, ngapain kamu di sini?" tanya Yunki sedikit terheran melihat Nara ada di supermarket.

"Mau belanja, masa mau ke salon," jawab Nara sambil tertawa.

Yunki hanya diam saja saat Nara yang asik tertawa, ia malah berpikir kalau Nara ada di sini karena sengaja mengikutinya.

Namun, Yunki malas memikirkan itu dan ia hanya ingin segera pulang menemui istri dan ke-enam anaknya.

Yunki juga langsung pamit undur diri walau pun Nara seperti menahan dirinya, tapi Yunki tetap pergi dari hadapannya.

Yunki tidak ingin keberadaan Nara akan membuat dirinya dan sang istri bertengkar. Apa lagi Yunki sangat mengenal siapa Nara sebenarnya.

Karena Nara akan melakukan apa pun untuk mendapatkan semua keinginan dirinya. Nara hanya wanita egois yang sedikit labil.

"Dasar Yunki, baru ketemu sebentar udah pergi aja!" Nara menggerutu tidak jelas, ia benar-benar kesal dengan sikap dinginnya Yunki.

Bisa-bisanya seorang Nara di perlakukan seperti itu oleh Yunki, padahal banyak laki-laki yang selalu mengantri padanya hanya untuk mendapatkan perhatian darinya.

Namun, tidak untuk seorang Yunki. Yunki bahkan tidak pernah menganggap Nara ada, karena wanita itu selalu membuat hidup Yunki sedikit rumit.

Apa lagi Yunki tau kalau Nara masih memiliki perasaan padanya, padahal Nara sudah memiliki anak dari Soni tapi masih saja menyimpan perasaan pada Yunki.

***

Pukul 7 malam.

Waktu yang di tunggu-tunggu oleh keenam anak kecil yang berada di kediaman mewah tengah bergembira. Akhirnya keenam anak kecil itu makan menu makan malam dengan barbeque atau bakar-bakaran di halaman belakang bersama kedua orang tuanya.

"Bi, ayo makan yang banyak," ucapku sambil menatap bi Ika.

Di halaman belakang tidak hanya ada aku, Yunki dan keenam anak-anak kami. Namun, ada bi Ika juga yang kami ajak untuk menikmati barbeque malam ini.

Bi Ika memang masih malu-malu walau sudah bekerja sangat lama di rumah ini, tapi lama-lama ia menikmati makan malam ini.

Keenam anak-anak kami sangat bersemangat dan bahagia bisa barbeque bersama. Mereka juga baru saja melakukan panggilan video pada orang tuaku dan orang tuanya Yunki.

"Mama, nanti kita harus barbeque sama nenek dan kakek," celetuk Hana sambil menatapku.

"Siap sayangku," aku menganggukkan kepala sambil tersenyum.

Kami semua menikmati makan malam ini, makan malam yang sangat menyenangkan di halam belakang sambil tertawa dan lain sebagainya.

Di sisi lain. Yunki terdiam sambil menatap ke arah depan dengan tatapan kosong, entah apa yang sedang ia pikirkan.

Aku mencoba duduk di sampingnya Yunki sambil menyandarkan kepalaku di dada bidangnya. Aku mencoba bergelayut manja di tubuhnya, sambil memainkan dagunya.

"Sepertinya hari ini suamiku sedang memikirkan sesuatu," celetuk aku sambil mendongakkan kepala dan menatap Yunki.

"Aku tidak memikirkan apa-apa sayang," ucap Yunki sambil tersenyum.

Aku juga membalas senyum dan berharap apa yang di ucapkan Yunki memang benar. Walau pun Yunki sedang memikirkan sesuatu, semoga saja apa yang di pikirkan cepat selesai agar dirinya tidak lagi memikirkan itu.

"Mama, nanti aku mau nonton bioskop sama anak-anaknya om guru," celetuk Hani sambil menatapku.

"Om guru?" aku sedikit menggaruk kepalaku.

Aku agak tidak paham dengan apa yang di ucapkan Hani, tapi lama-lama aku tau siapa om guru yang di maksud oleh Hani.

Om guru yang di maksud oleh Hani adalah suaminya Bella yang tidak lain adalah Nandi. Nandi adalah dosenku juga, dan kini ia menjadi guru bahasa Inggris untuk Hana dan Hani.

"Itu loh, mama. Ayahnya..." Hani belum menyelesaikan ucapannya, tapi aku sudah memotong terlebih dahulu.

"Iya mama tau, om Nandi kan?" Hana dan Hani menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Emang mau nonton apa? Terus sama siapa aja?" tanyaku pada Hana dan Hani.

"Sama kita juga, mama," jawab Dani sambil melirik ke arah Doni.

"Berenam saja?" tanya Yunki sambil menatap keempat anak kembarnya itu.

"Aku mau ikut, boleh?" Winda terlihat ingin sekali ikut dengan keempat kakaknya.

"Kamu tidak usah ikut, anak kecil di larang nonton bioskop," ledek Doni pada adiknya.

"Ih pelit!" Winda langsung cemberut.

Aku dan Yunki hanya menggeleng-gelengkan kepala kami saja saat melihat tingkah anak-anak yang seperti itu. Anak-anak selalu ada saja tingkahnya, tapi membuatku terhibur.

"Sayang, mending kamu temani anak-anak nonton," celetuk Yunki sambil menatapku.

"Aku?" aku sedikit mengerutkan keningku.

Bisa-bisanya Yunki menyuruhku untuk menemani anak-anak nonton bioskop, lalu bagaimana dengan perusahanku? Astaga, sepertinya Yunki memang tidak pernah memikirkan perusahaan aku.

"Sayang, kenapa diam?" Yunki menyentuh daguku.