Praaakkk suara mangkok dilempar oleh seorang anak perempuan bernama Adelia.
"Kalau makan jangan berantakan dong... dasar orang tua merepotkan " Bentak Adel dengan marah . Wanita tua itu hanya menangis dia tidak bisa berkata apa apa ketika anak kandungnya marah.
Adelia keluar dari kamar dengan hati kesal dan tak karuan hatinya. Adik bungsungnya datang menghampiri bernama Amelia dia baru saja kuliah di fakultas kedokteran swasta di jakarta.
"Kak Adel..gimana ibu kak" tanya Amelia dia adalah gadis cantik usia 19 tahun .
"Ibu Loe bilang.. dia itu tidak pantas dibilang ibu, dulu waktu kecil dia sia sia kan kita sekarang udah besar kita dia yang merepotkan" ucap Adelia dengan marah.
"Kak... sabar .. jangan bilang gitu, istifar kak" ucap Amelia dengan lembut.
"Loe ngak tau de.. dia itu siapa, goe najis bilang dia ibu sampai keluar dari rahimnya goe amit amit, hanya kak Amy saja yang mau nampung si tua bangka itu kesini" kata Adelia penuh amarah. Lalu dia pergi melangkah keluhnya pada ibunya bernama Sarti.
Amelia hanya diam melihat kakanya Adelia berlaku kasar kepada Sarti. Kemudian dia membersihkan mangkok yang pecah yang dilemparkan Adelia dan melihat ibunya menangis tersedu sedu.
"Ibu , jangan hiraukan perlakuan kak Adel mungkin dia terlalu banyak pekerjaan bu" ucap Amelia dengan lembut.
"Tidak nak.. kakak mu tidak salah, ini adalah salah ibu... salah ibu . Sebab ini karena karma yang ibu jalani atas perlakuan ibu kepada kakak mu nak. Ibu ingin pergi dari sini!" ucap Sarti dalam deraian air mata. Kakinya melangkah untuk keluar dari kamar dan membawa tas hitam yang tidak terlalu besar hanya ada beberapa pakaian di dalamnya .
Amelia menahan ibunya dan memegangnya dengan lembut.
"Jangan kemana mana bu, kami ini anak ibu biarpun masalalu buruk pernah ada didalam benak ibu, lupakan saja bu.. anggap saja itu adalah kenangan yang sudah berlalu" ucap Amelia menenangkan hati ibunya.
Surti hanya menganguk tapi hatinya terasa sakit ketika sebuah nasi kotak yang diberikan Amelia padanya membuatnya terharu.
Mulutnya tidak bisa mengunyah terlalu banyak , ketika duri yang menancap hatinya masih saja terasa direlung hati yang paling dalam. Amelia pamit pergi ke kamarnya sedangkan Surti berhenti makan dia terus menangis mengingat masalalu yang suram yang begitu dia sesali.
Masih teringat dibenaknya beberapa tahun yang silam, tentang peristiwa Adelia dan Amy yang dia sia siakan ketika mengandung Amelia.
Nama yang diberikan Surti pada anak anaknya memang singkat , sesingkat pemikiranya. Ibu mana yang tega menyia nyiakan anak anaknya waktu kecil ketika butuh belaian kasih sayang. Ibu mana yang tega tidak memberi makan anaknya yang tengah kelaparan, baik pendidikan maupun kasih sayang dan perlindungan. Itulah Surti dan Aminudin yang mengharapkan anak laki laki tapi bayi perempuan yang terus dilahirkan.
Suami istri ini sama saja pemikiran bahwa anak perempuan hanya membawa kemudaratan bagi mereka, ya dari sudut pandang yang terlalu minim perempuan tidak bisa berkerja tugasnya hanya memasak dan melahirkan ketika menikah itu dari segi pandangan suami istri tersebut.
Kondisi mereka memang miskin bahkan miskin sampai hati mereka juga dan segi iman, bagaimana mungkin seorang ibu tega menjual anaknya pada pria hidung belang dan semua itu Surti lakukan demi mendapat uang. Sunguh miris sekali kehidupan keluarga ini.
Langkah Adelia berjalan menyusuri jalanan dia kurus dan tubuhnya kucel dan terawat dia mencari kakaknya Amy yang berusia tujuh tahun sedangkan Adelia empat tahun mereka selisih tiga tahun.
Tubuh Adelia kerap kali memar dan penuh luka , kali ini dia menangis sambil memegang bibirnya berdarah akibat pukulan Surti hari ini.
Adelia telat memasak nasi membuat ibunya memukul hingga membuat wajahnya babak belur. Adelia mencari Amy yang tengah memungut sampah dijalanan dengan wajah kusut dan rambut acak acakan.
"Adel... kamu kenapa de !" tanya Amy melepas bungkusan plastiknya menghampiri Adelia.
"Ibu..kak .ibu.. ibu memukul ku huhu....huhuhu" tangis Adelia pecah memeluk Amy.
"Kamu salah apa ..de sehingga ibu memukulmu?" tanya Amy penuh kasihan meratapi adiknya.
"Aku telat memasak nasi kak, hingga aku di pukul pakai sapu dan mengatahi ku dengan kata kata kasar ka.." ungkap Adelia dengan polos.
"Yaa..sudah..kamu sing sabar de..ayo bantu aku de .. jual botol buat kita makan.. hari ini" ucap Amy membawa adiknya Adelia mencari tempat yang membeli barang bekas.
Langkah Amy dan Adel pagi itu membawa karung bekas bersama sama dengan mencari tempat orang yang biasanya membeli botol bekas dan kardus, wajah mereka sangat pucat dan terlihat lelah sudah dari sore kemarin mereka tak dikasih makan hanya karena telat membersihkan rumah yang berantakan membuatnya kerap kali dihukum terutama Adelia.
Adelia menangis perutnya pedih dan dia merindukan mbah Retno neneknya begitu juga Amy dia juga. Sejak mereka dilahirkan mereka dibesar neneknya dan ketika usia mereka sudah besar Surti mengambilnya dengan alasan menyekolahkan. Tapi tidak dia jadikan anaknya sebagai bantu bantu dirumahnya.
Langkah mereka terhenti ketika orang yang mereka cari belum ada dan Adelia melihat kakaknya.
"Kak... orangnya belum ada.. gimana perut ku lapar kak" kata Adelia dengan pucat.
"De.. bentar lagi.. kita tunggu yaa, " sahut Amy dia duduk memeluk adiknya hatinya merintih perlakuan kejam ibu kandungnya pada mereka. Tak cuma kejam tapi perlakuan kasar sering mereka rasakan itulah perihnya ke dua bersaudara tersebut.
Sudah dua jam belum datang juga , mereka tertidur dan tiba tiba datang seorang wanita manis dan muda duduk menghampiri mereka.
"De...bangun..ayo jangan tidur disini.. " kata wanita itu membangunkan Adelia dan juga Amy. Amy dan Adelia bangun sambil menggosokan matanya dan melihat wanita yang seumuran ibunya berdiri di depanya.
" Bi sampean ada disini yaa... kami lagi menunggu orang yang biasa beli barang bekas .. kira kira jam berapa paman kesini bi" tanya Amy penuh harap.
"Oh.. itu suami bibi de.. dia hari ini ngak beli barang bekas" ucap wanita itu.
"Gimana kak.. perut ku lapar . kita ngak bisa beli nasi bungkus" kata Adelia dengan pucat.
Hati wanita itu iba melihat kedua anak itu pucat pasi bahkan Amy hanya diam.
"Ayo... kalian pulang .. tapi kalian bibi belanja makan di warteg dekat situ ya..ayo berdiri" ucap wanita itu.
Wajah Adelia bahagia dengan hati hati dia berdiri bersama dengan Amy.
"Makasih bi..udah mau peduli sama kami" kata Adelia.
"Iya sama..sama.. ngomong ngomong nama kalian siapa" tanya wanita itu.
"Aku Amy dan ini Adelia panggilanya Adel adiku.. bibi siapa" tanya Amy.
"Aku Asih de.. ayo.. kita udah.. sampai mari kita pesan makan" kata Asih.
"Iya bi Asih" ucap Adelia dan juga Amy.