Selesai makan di warteg Adelia dan juga Amy pulang menuju rumah tepat jam 9 pagi . Perkampungan yang agak lusuh dan banyak keluarga yang tidak mampu tinggal di situ.
Sarti bercermin dengan wajah yang agak sanggar tubuhnya tidak tinggi dan sedikit gemuk, rambutnya panjang dan kulitnya sawo matang.
Dia melihat perutnya sedikit membuncit di usia 4 bulan. Harapanya dengan suaminya memiliki anak laki laki sangat besar agar bisa membantu berkerja kelak ketika dewasa. Melihat jam sudah mau siang hari, Surti menggomel Amy dan Adelia belum juga datang cucian banyak berserta tumpukan piring berjejer dibelakang dekat dapur.
Bukanya dia khawatir atau bersalah pada putrinya tapi malah khawatir pekerjaan rumah menumpuk dan itulah sifat Surti ibu yang tak punya hati pada anaknya, entah apa yang merasuki pikiranya hingga begitu tega pada anak kandungnya sendiri.
Aminudin atau di sapa Amin dia sebagai buruh kasar berkerja di kuli bangunan . Sifatnya sama seperti istrinya dan juga tidak punya hati bahkan lebih parah lagi . Setiap ribut mereka mencela anak perempuan mereka pembawa sial bahkan tak segan memukul kedua anak perempuan mereka .
Adelia yang sering dipukul bahkan dicaci. Dia tidak pernah mengeluh tentang kondisinya seperti apa yang penting bisa makan cukup baginya . Hatinya sudah mulai mengeras bagai batu sifat pendendam sudah mengepal di benaknya akibat perlakuan buruk orang tuanya.
Kaki mereka masuk di sebuah rumah yang terlihat berantakan, rumah kontrakan yang tidak terlalu besar tapi cukup menanpung keluarga itu, Adelia diam diam membawa sebuah bungkusan makanan yang di beli Asih padanya. Adel menyimpan ditumpukan pakaiannya dan mulai mencuci piring dengan menimba air di sumur.
Surti datang berkacak pinggang melihat Adelia baru datang sedangkan Amy mencuci pakaian, matanya tajam setajam silet bagaikan menusuk kulit Adelia.
"Anak bodoh... kemana kamu baru datang.. hah.. lihat nasi yang kamu masak tapi kamu belum menggoreng tempe dan juga sayurnya. Sini... kamu..sini" teriak Surti sambil menarik tangan Adelia yang kecil.
"Ampun..bu.ampun..jangan pukul Adel.. Adel janji akan memasaknya " rintih Adelia. Surti lalu menapak kepala Adelia di dinding dan tanganya terhenti ketika Amy berteriak.
"Bu..cukup jangan pukul Adel ... kenapa ibu ngak punya hati, setiap hari hanya bisa memukul kami dan juga Adel,, tolong bu berhenti " kata Amy seakan tidak kuat melihat perlakuan ibunya kepada mereka.
"Kurang ajar beraninya kau dengan ku... " teriak Surti sambil memukul Amy pakai sapu lidi anak itu menjerit dan menangis . Hingga tangan gemetar Adelia mulai mengambil sebuah pisau dan mulai mengiris tempe dan juga sayur kangkung. Hatinya kasian pada Amy kakaknya tapi dia tak berdaya melawan ibunya yang tempramental.
Ketika hati Surti puas dia pergi meninggalkan rumah dan berjalan tidak lupa dia berganti baju sebelum pergi meninggalkan rumah. Air mata Adelia pecah sambi menggoreng di atas tungku dia menghampiri kakaknya yang penuh luka merah dikulitnya.
"Kak...Amy.. kita ini anak kandung apa bukan sih , kenapa ayah dan ibu sama saja kerap kali memukul kita bahkan tak memberi makan sama sekali pada kita" kata Adelia seakan dirinya yang polos bertanya dengan kebenaran keluar dari mulutnya.
Amy diam ungkapan kata yang dilontarkan adiknya memang benar, dia kadang iri melihat teman temanya disayangi bahkan penuh kasih sayang oleh orang tuanya. Berbeda dengan mereka bahkan sembilan puluh derajat mereka dapat siksaan karena bagi orang tua mereka anak perempuan pembawa sial yang tak bisa berbuat apa apa.
"Adel.. mungkin tuhan menguji kita, melewati orang tua kita..doakan saja de supaya mereka baik sama kita" kata Amy dengan dewasa.
"Kak.. Amy..aku pengen ke tempat mbah..aku kangen kak.. lebih baik kita sama mbah kak.. Adel bisa sakit kak" kata Adelia dan dia melihat tempe sudah gosong dan mengantinya lagi dengan yang lain.
"De..hati hati nanti ibu marah..ayo masak nanti kita bicara lagi" kata Amy sambil mencuci pakaian.
Pekerjaan sudah beres Amy dan juga Adelia mandi dan mengantikan bajunya dengan pakaian yang sedikit bagus. Mereka berdua terlihat cantik. Terutama Adelia dia sebenarnya lebih cantik dari Amy hidungnya mancung, tubuhnya tinggi dari Amy matanta juga bagaikan orang india dan rambutnya yang sebahu agak coklat akibat sengatan matahari. Amy orangnya manis persis orang jawa pada umunya manis badanya agak pendek rambutnya hitam tebal dan hidungnya sedikit pesek.
Mereka bahkan tidak mirip sama sekali , Adelia dan juga Amy sangat beda ayahnya juga biasa saja wajahnya bahkan Amy agak mirip ayahnya tapi Adelia dia memiliki kecantikan yang berbeda dari lainya.
Bahkan pukulan sering Adelia rasakan dibandingkan Amy kakaknya.
Adelia dan Amy memakan bungkusan makanan secara diam diam sebelum orang tuanya datang, mereka memikirkan perut mereka dahulu takut ayah dan ibunya tak memberi makan. Sikap kasar yang selalu dilontarkan Surti membuat Amy dan juga Adelia tidak berani bicara. Makanan yang mereka makan juga bekas ayah dan ibunya , sunguh orang tua tak punya hati.
Jadi tidak heran bila Adelia sangat membenci ibunya bahkan dia tidak peduli kabar ayahnya entah mati atau hidup baginya orang tuanya pengaruh buruk di masakecilnya.
Di saat orang tua adalah surga bagi anak anaknya tapi berbanding terbalik yang dirasakan Amy dan juga Adelia mereka merasakan orang tuanya bagaikan neraka yang kerap kali memberikan kekerasan fisik maupun batin bagi mereka.
Amy tipe gadis yang pemaaf dan murah hati, beruntung dia tidak mengambil sifat orang tuanya yang terus menyiksanya. Hatinya berpikir akan semua kebaikan dan menyayangi Adelia sepenuh hati . Itulah antara Adelia dan Amy sangat beda karakter meskipun Adelia pendendam sebenarnya dia punya hati yang baik yang tak pernah orang tau.
Adelia berjalan menyusuri kota Jakarta hatinya menangis berserta butiran kristal di matanya. Di usianya 24 tahun dia belum menikah masih saja melajang dan gonta ganti pasangan itulah hobinya.
Karakternya saat ini sangat melekat ketika dia mengingat peristiwa masa kecil yang begitu menggusik hidupnya , sisi kejam dari orang tuanya yang tak punya hati bahkan lebih parah Surti menjual ke perawananyan tepat di usia 13 tahun kala dia baru memasuki remaja.
Itulah yang membuat Adelia sangat benci pada Surti ibunya. Bahkan memandang wajah itu sangat ngeri baginya dia bahkan membenci sampai ke uluh hati yang paling dalam.
Dari kejauhan ada seorang pemuda memandang Adelia yang rambut panjang agak bergelombang di sertai warna pink di ujung rambutnya, tubuhnya tinggi bagaikan model papan atas disertai wajah cantiknya.
Adel masuk menuju taxi online menuju sebuah apertemen yang sudah ada janji denganya.