Matahari yang cerah dan terasa sejuk di pagi hari, meskipun mentari sudah terbit dan membuat orang seakan enggan bangun dari tidurnya. Amy seperti biasa bangun pagi dari kedua adiknya dan memasak menyediakan sarapan .
Tak berapa lama Amelia bangun dan mulai memasang hijab , dia terlihat cantik dan sudah berbeda dari kakak kakaknya.
"Amel...sudah berhijab, cantik sekali kamu de" puji Amy pada adiknya.
"Biasa kak... hijab membuatku nyaman ka" kata Amelia.
"Ayo sarapan, kakak udah bikin kamu nasi goreng" kata Amy memberikan pada adik bungsunya.
"Kak Adel mana" tanya Amelia.
"Oh ... biarkan dia tidur , mungkin dia kecapean" sahut Amy.
"Kak..aku panggil ibu dulu ya..kesini untuk sarapan bareng sama kita" ucap Amelia ingin masuk kamar ibunya.
"Amel tunggu! biar kak Amy saja yang antar sarapan buat ibu, kita sarapan dulu" sahut Amy ada rasa yang begitu berat dihatinya.
"Kenapa kak..kak Amy ngak mau sarapan sama ibu, apa kak Amy masih benci sama ibu... kak ibu itu sudah tua, kasian dia kak... memangnya apa sih kak sebenarnya kakak sama kak Adel benci sama ibu" tanya Amelia seakan penasaran tentang ibunya.
Selama ini Amy dan juga Adelia tidak pernah cerita tentang ibu dan juga ayahya ,begitu juga tentang kekejaman mereka. Mereka memilih diam bila Amelia kerap kali bertanya tentang kedua orang tua mereka.
Secara tidak sadar Adel terbangun dan mendegar percakapan antara Amy dan juga Amelia.
"Salah.. mak lampir itu banyak ... dia itu suka nyiksa anak anaknya, bahkan loe Mel.. disia siakan umur loe 30 hari dia buang dia itu tidak layak jadi ibu, dia itu ngak pantes jadi ibu... asal loe tau ya.. kak Amy tue kerja bagaikan kuli hanya untuk besarin kita bahka gue merawat loe dari bayi hingga loe gede, bukan mak lampir itu" sahut Adelia dengan penuh amarah.
"Kak Amy..apa itu bener seperti dibilang kak Adel?" tanya Amelia tapi Amy diam dan menatap Adelia.
"Jawab kak Amy.. dia itu bukan ibu ku dan juga ibu mu kak" desak Adelia meminta persetujuan.
"Adel .. kamu itu mau menikah, jadi jangan bahas itu... ayo kita makan" kata Amy mulai menyediakan makan untuk Adelia.
"Emang kak Adel mau menikah...bagus kak..Amel setuju barang kali kak Adel insyaf" ucap Amelia dan membawa susu begitu juga nasi goreng dari meja.
"Eh..sembrangan loe ngomong Mel...loe mau kemana Mel" tanya Adelia.
"Mau kasih ibu makan" sahut Amelia menuju kamar.
"Bukan ibu Mel... tapi mak lampir" teriak Adelia mengundang tawa Amy.
"Udah..Del.. jangan gitu, jika kamu benci terserah kakak ngak maksa biarkan Amelia memberinya makan" sahut Amy.
"Yaa terserah" jawab Adelia sambil makan nasi goreng.
Suara keributan terdengar di telinga wanita yang berusia 65 tahun , dia adalah Surti ibu kandung dari ketiga putrinya. Air matanya terjatuh seakan menguncang seluruh jiwa raganya terutama Adelia putri keduanya begitu benci padanya bahkan menyebutnya mak lampir. Hanya Amelia yang peduli padanya dan itu membuatnya bersalah dan begitu berdosa atas perbuatannya yang telah membuang ketiga putrinya.
Suara pintu terbuka dilihat wanita cantik memakai hijab di depanya.
"Bu..makan ini ada nasi goreng, ibu makan ya" ucap Amelia dengan lembut. Tapi bukanya mengambil makanan dan memakanya Surti malah menangis dengan rambut putihnya yang panjang seakan kesedihanya yang luar biasa menyiksanya.
Amelia malah menyisir rambut itu dan kemudian mengikatnya. Tatapan lembut putri bungsunya membuat dia merasakan penyesalan dan memeluk Amelia dengan isak tangis begitu menyayat hati.
"Amel.... maafin ibu nak, ibu nda bisa jadi ibu yang baik buat kalian.. ibu telah membuat kesalahan yang sangat besar... ibu menyesal nak . .tertutama kamu ndok..." kata Surti sambil menangis dan Amelia terdiam dan mulai melepas pelukan hangat Surti.
"Bu...sudahlah ayo makan..bentar lagi Amel mau kuliah dan mulai praktek disana doakan ya bu... habiskan makanan ibu, jangan lupa mandi" kata Amelia sambil mencium tangan ibunya.
"Iya..nak semoga kamu sukses nak" ucap Surti dan Amelia pun pergi.
Beribu ribu penyesalan yang kini ada di hati Surti, kebodohan dimasalalu membuatnya menangis hingga makanan yang enak dia kunyah bagaikan batu kerikil dilidahnya.
Jika saja dia tidak membuang ke tiga putrinya mungkin saja dia dihormati dan di sayangi di setiap putrinya. Tapi masih untung hanya Amelia yang peduli padanya.
Jika seandainya waktu bisa di ulang maka dia putar kembali masalalu yang begitu menyayat hati tentang ke kejamanya pada putrinya yaitu Amy dan Adelia.
Tapi sayang nasi sudah menjadi bubur dan waktu tidak bisa di putar kembali , kini dia menghadapi masa tua yang renta dan seperti benalu dirumah anaknya.
Ketika Surti tengah mengunyah makananya, Adelia datang menghampiri Surti dengan celana pendek dan baju kaosnya.
"Enak..ya..makan gratis mak lampir..tidur enak semuanya enak, beda waktu kami dulu waktu ikut sama loe.. menderita ! jangankan makan yang enak, makan sehari susah yang ada cuma digebokin..di pukul dan diseret dipinggir jalan jika melakukan kesalahan.Ya..elo... makan enak... eh dengar yaaa...kalau mau makan gratis..ya..kerja.. abis makan nih..elo cuci piring sana...dan juga lupa ngepel yang bersih..." kata Adelia lalu pergi meninggalkan Surti sambil menangis.
Dia mandi dan membereskan meja makan , Adelia sengaja berpura pura bohong bahwa dia yang akan membereskan meja makan pada Amy kakanya. Padahal itu cuma pura pura Adelia ,entah mengapa setiap melihat Surti dia begitu benci dan mengingat akan masalalunya.
Surti mencoba membersihkan setiap sudut ruangan, penyakit asam urat pada kakinya membuatnya sulit bergerak kesana kemari apalagi diusia yang sudah tua. Berlahan lahan semuanya beres dan kemudian menyapu di rumah yang lumayan besar.
Surti kemudiam di muka rumah kebetulan ada Adelia yang tengah duduk dimuka rumah dan dia terlihat cantik dan bersih tengah menunggu seseorang menjemputnya.
Mobil mewah parkir didepan rumah ya dia adalah Bryan dan keluar dari mobilnya.
Mata Surti terpaku dan tersenyum pada bule itu begitu juga Bryan dia tersenyum.
"Hai.. Adel udah siap, sebelum aku melamarmu.. kita fiting baju dulu..ya" kata Bryan dan duduk di kursi halaman rumah.
"Ok.. kita ke butik yang aku suka ya" jawab Adelia.
"Honey.. itu siapa...apa itu ibu mu" tanya Bryan yang tengah memandang Surti berdiri sambil menyapu dan memandangnya.
"Oh..itu..dia bukan ibu ku! dia itu pembantu ku" ucap Adelia memandang Surti tidak senang dan membuat hati Surti terluka.
"Sayang.... carilah pembantu yang muda, kasian nenek itu sudah tua.. " ucap Bryan.
"Sudahlah... aku gerah di sini..eh..nenek lampir, jagain rumah ya..awas loe macem macem.."kata Adelia sambil menatap Surti dan Bryan jadi binggung.
"Emangnya... namanya siapa Del.." tanya Bryan binggung .
"Mak lampir" jawab Adelia singkat.
"Nama yang aneh, seperti penyihir" ucap Bryan.
"Udah..jangan tanya lagi, ayo kita pergi" jawab Adelia dan Bryan pun menghidupi mobilnya.