Ting
Notifikasi handphone mengundang perhatian Rachel. Ia telah menyelesaikan tugas hariannya untuk memenuhi kebutuhan Danique. Sekarang Rachel bisa fokus ke dirinya sendiri. Ia mengusap layar handphone dan menemukan hal yang sangat menyebalkan. Permohonan resign-nya ditolak oleh HRD. Padahal Ia sudah membicarakan hal itu secara pribadi bersama Danique.
Lelaki itu keluar ruang kerjanya dengan wajah masih menyisakan tawa. Rachel menggertakkan gigi, lelaki itu pasti menertawakan dirinya.
"Ada yang lucu?"
"Ada," jawab Danique dengan nada menyebalkan.
Ingin sekali Rachel menonjok mulutnya yang tidak memiliki filter. Ia memutar bola matanya demi menahan emosi. Lelaki itu berlenggang entah ke mana. Hari kerjanya yang Ia kira sebagai hari terakhir ternyata adalah hari yang sangat menyebalkan. Ini pertama kalinya Rachel ditolak resign seumur hidup. Biasanya Ia malah mendapatkan rekomendasi tempat kerja baru dari kantor lamanya, meski tak pernah Ia ambil demi menghilangkan jejak.
"Kau yang meminta HRD untuk menolak surat permohonan resign-ku, 'kan?" ujar Rachel saat lelaki itu kembali.
"Tentu saja, aku punya kewenangan untuk itu," jawab Danique dengan penuh percaya diri.
"Danique, kumohon," Rachel belum menyerah.
"Memangnya Kau akan bekerja di mana?" Danique mengangkat alisnya.
"Itu bukan urusanmu," Rachel menjawab dengan pilihan nada paling ketus.
"Sekarang menjadi urusanku, Kau telah mengetahui rahasiaku," Danique mendekatkan wajahnya ke gadis itu.
"Aku pandai menjaga rahasia. Memangnya seberapa besar harga rahasiamu dibanding milikku?" jawab Rachel tak mau kalah.
Seketika Danique terdiam. Tentu saja karena lelaki itu belum mengetahui sepenuhnya siapa gadis yang ada di hadapannya. Dugaan Rachel benar bahwa Cuon dalam diri Danique telah kehilangan jati dirinya. Dua manusia itu sangat bertolak belakang meski mereka berasal dari reinkarnasi manusia serigala yang sama.
"Kalau keluargaku ataupun orang lain ada yang tahu, Kau yang pertama kali kumintai pertanggung jawaban," desis Danique.
"Belum ada orang lain yang tahu? Apakah Rhea si calon pasangan mata duitan itu juga belum tahu?" seharusnya Rhea tahu tentang ini, kecuali jika Danique tidak serius memacari wanita itu.
"Ia tidak tahu apa-apa, dan Ia tidak perlu tahu. Hanya Kau manusia biasa yang memergokiku, untungnya sampai sekarang Kau masih hidup," jawab Danique.
"Kau tidak terima?"
"Jika kesabaranku habis, aku bisa membunuhmu, Rachel," ucap Danique.
Entah kapan Danique akan mengakui bahwa Rachel adalah takdir jodohnya, cinta sejatinya yang ditentukan oleh Dewi Bulan. Secara naluri, manusia serigala seharusnya langsung memiliki ikatan jika jodohnya telah datang. Itulah mengapa Rachel yakin bahwa lelaki itu hanya pura-pura tidak tahu, menyangkal, dan tidak sudi mengakuinya. Manusia serigala di depannya telah menolak jodohnya sendiri.
"Aku akan pergi sebelum Kau bunuh, tapi setelah aku mengobrak-abrik semuanya," seringai Rachel.
Refleks, tangan Danique mendarat di leher Rachel, netranya menggelap dan bibirnya bergetar. Napasnya pun memburu. Berkat kekuatan yang dimilikinya, Rachel tak memiliki luka sedikitpun oleh cengkraman kuku-kuku Danique.
Lelaki itu lepas kendali dan Ia meloncat ke dalam ruang kerjanya, menghindari pandangan mata orang-orang yang mungkin bisa melihatnya. Rachel menyusul karena sangat tahu apa yang akan terjadi. Gadis itu melemparkan sesuatu ke seluruh sudut ruangan di mana kamera CCTV berada. Peralatan canggih itupun hancur berkeping-keping.
"Arggghhhh!"
Beberapa detik setelahnya, Danique beralih wujud menjadi serigala. Rachel sangat berharap semua ini tidak terlambat karena dirinya pun kesusahan merusak kamera-kamera sialan itu.
"Jangan menggerung apalagi melolong di sini," peringat Rachel pada serigala Danique.
Hanya geraman kekesalan yang memenuhi ruangan, serigala Danique pun mencakar-cakar lantai marmer sebagai ganti melampiaskan perasaannya. Ia meloncat dan menerkam Rachel. Namun, gadis itu seketika mengerahkan kekuatan dalam dirinya sehingga identitas sang putri kaisar pun keluar. Rambutnya kuning keemasan dan netranya biru safir. Di tangan kanannya, samurai panjang menangkis serangan serigala Danique hingga tubuh raksasa itu berguling di lantai lalu terkapar.
Beberapa benda di ruang kerja Danique pun rusak karena serigala itu terbentur-bentur. Namun yang menyebabkan dirinya terkapar adalah samurai gadis itu. Perlahan, tubuh serigala Danique kembali ke wujud manusia tanpa busana. Kemeja dan celananya hancur menjadi potongan-potongan perca. Rachel melemparkan taplak meja di dekatnya supaya lelaki itu menutupi bagian paling pribadinya.
"Kukira Rhea hanya berhalusinasi. Siapa Kau sebenarnya, Rachel?" tanya Danique.
"Akulah putri semata wayang di kekaisaran yang hancur seratus tahunan yang lalu. Berkat dewa langit, aku abadi sampai rahimku menghasilkan keturunan," jawab Rachel. Tatapannya tak lepas dari lelaki yang kini berwajah kikuk.
"Sudah kukatakan, misiku di sini adalah menyusul jodohku. Dewi Bulan telah menentukan kita sebagai jodoh tetapi Kau menolakku mentah-mentah. Jika Kau belum menyadarinya, kutunjukkan kebenaran bahwa Kau adalah reinkarnasi Cuon, pangeran terbuang yang dikutuk menjadi serigala," ucap Rachel panjang lebar.
"Rachel, maafkan aku," lirih Danique.
"Sudah terlambat, sekarang waktunya aku pergi dan melanjutkan pengembaraanku," tanggap Rachel.
Sedetik kemudian, tubuh bak peri itupun meluncur ke atas menembus langit-langit bangunan tanpa merusak sedikitpun benda di sekitarnya.
Danique telah mengetahui segala kebenarannya sementara Rachel pun sudah membuat keputusan bahwa Ia akan pergi. Ia tiba di apartemen dalam hitungan detik. Dalam sekali jentikan jari, semua barang yang mengisi apartemen miliknya pun lenyap.
Dunia baru siap ditempatinya setelah Ia memaksakan diri untuk pergi meninggalkan lelaki yang telah menyia-nyiakannya. Beruntung, sebelum Ia mengirimkan surat resign sebagai upaya pamit yang cukup sopan, Ia telah membuat identitas baru dan memesan tempat tinggal baru di belahan lain dunia. Sekejap, semua barang telah berpindah bersama dirinya.
Sekarang Ia adalah Rachel Michelia. Identitas Rachel Juvenil telah Ia tanggalkan. Rachel selalu siap identitas baru karena hidupnya adalah pengembaraan. Paling lambat, Rachel akan berpindah tempat setelah sepuluh tahun demi menutupi usia aslinya.
Tubuhnya telah berhenti menua setelah usianya dua puluh satu. Jadi, Ia akan mengulang umur ke dua puluh satu di setiap kepindahannya. Sekarang tempat ini adalah pengembaraan barunya, Ia juga baru pertama kali datang ke sini, di wilayah tanpa sinar matahari. Setiap waktu adalah malam kira-kira sampai enam bulan lamanya.
Rachel melangkah menuju balkon apartemennya, Ia tersenyum takjub pada dewi aurora yang sangat indah. Dewi Bulan pun tampak malu-malu mengintip di kejauhan sana. Tetapi bagaimanapun, keagungan tetap ada dalam diri Dewi Bulan. Rachel memejamkan mata, membangun kekuatan interaksi dengan Dewi Bulan.
"Dewi, izinkan putri kecilmu ini bicara," bisik Rachel dalam batinnya.
"Iya, Putri Emas. Bicaralah," suara Dewi Bulan bergema.
"Putri kecilmu ini sudah lelah menunggu Cuon. Namun saat Cuon telah kembali bereinkarnasi, Ia telah berkhianat dan memilih perempuan lain sebagai pasangannya. Jadi, mohon izinkan putrimu ini memilih lelaki lain sebagai pasangan hidup," papar Rachel panjang lebar.
"Kau dan Pangeran Cuon selamanya tetap berjodoh, Putri Emas. Meskipun Pangeran Cuon selalu bereinkarnasi dalam identitasnya yang berbeda, Ia tidak akan berjodoh kecuali denganmu. Sementara Kau akan tetap abadi kecuali telah menghasilkan keturunan," sabda Dewi Bulan.
Jika Dewi Bulan telah bersabda, maka tak ada siapapun yang bisa melawan keputusannya. Pembangkangan padanya adalah hal yang sangat sia-sia karena kemurkaan Dewi Bulan sudah pasti akan menghasilkan hukuman yang sangat mengerikan.
Rachel hanya bisa meneteskan air mata, kekuatan interaksi dengan Dewi Bulan pun berakhir. Alam sekitar yang selalu malam turut mengiringi kesedihannya. Ia telah dijodohkan dengan lelaki yang menolaknya. Haruskah Ia menekukkan lututnya dan memohon pada lelaki itu? Harga diri Rachel hancur lebur, perasaannya tercabik-cabik, nyeri luka menusuk ulu hatinya.
"Aku tidak akan memohon, jika lelaki sombong itu tidak sudi melirikku, maka biarlah aku hidup sendiri," desis Rachel.
***