Secara manusiawi, Rachel merasa malu karena diusir secara tidak hormat dari tempat orang, tetapi rasa malu itu tertutup oleh rasa sakit lain yang jauh lebih dalam. Ia harus memperjuangkan Danique sebagai pasangannya, lelaki yang terang-terangan menolak, lelaki yang biasa memperlakukannya sesuka hati.
Di depan publik Danique suka memperlakukan Rachel seolah mereka adalah sepasang kekasih, mencium dan merangkul. Namun ketika Rachel telah menemukan jati diri masing-masing, Danique malah mencampakkannya.
Semua barang sudah tiba di tempat petugas, dengan ramah Rachel berbicara bahwa Ia bisa membawa barang-barang itu sendiri. Ia hanya ingin cara yang lebih praktis, dalam sekali jentikan jari barang-barang itu telah berpindah ke apartemen lamanya.
"Nona harus lapor ke kantor polisi tingkat kota setidaknya seminggu sekali," ucap petugas.
"Baik, Sir," tanggap Rachel.
Setelah memastikan urusannya selesai, Rachel pun memejamkan mata. Saat membuka mata, Ia sudah berada di kamarnya. Ia pun membanting dirinya ke kasur busa yang empuk, mendesah frustasi sembari menjambak rambutnya sendiri.
Ting
Bel apartemennya berbunyi. Lelaki itu datang. "Untuk apa Danique datang? Apakah Ia menyesal?" batin Rachel sembari berdecih. Ia pun dengan menyabarkan diri membuka pintunya.
"Hai," lelaki itu tersenyum khas buaya.
"Masuk," ketus Rachel.
"Kudengar Kau membolos kerja untuk jalan-jalan," sindir lelaki itu sembari melangkah masuk.
"Basa basi busuk, untuk apa Kau datang kemari?" tanggap Rachel. Ia tidak mau terperangkap ke dalam gombalan lelaki tidak tahu diri itu.
"Oh, Rachel. Aku datang ke sini untuk bicara sesuatu. Boleh aku duduk?" Danique tidak menyerah untuk menjinakkan gadis di depannya.
Rachel mengangguk lalu bergegas ke dapur, mengambil makanan dan minuman seadanya untuk lelaki itu. Diam-diam Ia memantrai minuman yang akan disuguhkan ke Danique. Ia terpaksa melakukannya supaya hati lelaki itu terbuka secara perlahan-lahan.
"Apa ini, sosis?" Danique mengerutkan dahi melihat makanan yang Rachel tata di piring.
"Tidak ada daging, adanya sosis. Ini pun sosis mentah," Rachel kesal karena Danique masih juga tidak tahu diri padahal ini apartemennya. Sebagai tamu, lelaki itu sangat tidak sopan.
Rachel menunggu lelaki itu melahap semua makanannya termasuk minuman yang Ia mantrai. Ulu hati Rachel seperti dilempar es, mantranya tidak berpengaruh ke lelaki itu. Oh, sial!
"Kau akan bicara apa, Danique?" Rachel membawa konsentrasi Danique ke hal lain supaya lelaki itu tidak merasakan keanehan di minumannya.
"Sebenarnya aku ke sini untuk minta maaf atas apa yang terjadi pada kita, terutama padamu. Selama ini aku selalu memperlakukanmu berlebihan, tetapi itu hanya bercanda, aku tidak pernah serius. Kumohon jangan diambil hati candaan-candaanku. Kurasa bercanda itu adalah hal wajar, apalagi di tempat kerja," ucap Danique.
"Aku tidak pernah menganggap masalah semua candaan di kantor," tanggap Rachel. Yang menjadi masalah adalah lelaki itu tidak mengakuinya sebagai jodohnya dan malah mengambil wanita lain.
"Hmm, kalau begitu terima kasih. Aku juga minta maaf kalau Kau baper atas apa yang kulakukan padamu dan Kau menganggapnya serius."
Rachel memiringkan wajah, percaya diri sekali lelaki ini.
"Maaf, maksudku Kau tidak bisa menjadi kekasihku, Rachel. Karena aku sudah memilih Rhea. Aku menyesal Kau menganggap kebaikanku adalah cinta," ulang Danique, Ia memperbaiki kalimatnya.
"Danique, aku menembakmu bukan karena baper. Tapi karena Dewi Bulan telah menentukan perjodohan kita. Kau adalah reinkarnasi Cuon. Apa jangan-jangan Kau tidak pernah berinteraksi dengan Dewi Bulan?" Rachel merasa geram pada pikiran lelaki itu.
Jadi, selama ini Danique berada di pola pikir seperti itu?
"Aku Danique, Rachel. Aku bukan Cuon. Aku sama sekali tidak tahu Cuon itu siapa. Kau bilang Ia manusia serigala, tapi Ia bukan aku, Rachel. Aku Danique. Apa Kau tidak sadar siapa yang Kau lihat di Green Moon," Danique mengotot.
Rachel tertawa di dalam hati, akhirnya lelaki itu mengakui bahwa Ia lah yang berada di Green Moon saat malam purnama terakhir. Sayangnya, selain keras kepala, Danique juga pikun. Lelaki itu sempat berlagak tidak tahu apa-apa keesokan paginya.
"Kau tidak mengingat sama sekali apa yang terjadi pada kehidupanmu sebelumnya, Danique," ucap Rachel.
"Ah, Kau percaya reinkarnasi rupanya," Danique menanggapi Rachel dengan menggerutu.
Rachel terdiam, Ia tidak ingin memancing emosi Danique karena jika lelaki itu berubah wujud menjadi serigala, apartemennya akan hancur. Ia juga sedang lelah setelah melakukan perjalanan udara barusan. Sungguh pengusiran yang menyebalkan. Tetapi Rachel yakin ini juga ada campur tangan Danique untuk memaksanya kembali. Keluarga Danique memiliki banyak relasi orang penting di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Kau boleh tidak percaya. Aku tidak iri Kau terlahir kembali di tengah keluarga kaya raya, karena sejatinya Kau adalah seorang pangeran, Danique. Kau Pangeran Cuon," Rachel menekan kalimat terakhirnya.
Sontak, Danique tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Halusinasimu semakin menjadi-jadi. Sekarang Kau berkata bahwa Cuon yang katamu manusia serigala itu adalah seorang pangeran? Kurasa Kau sangat cocok menjadi pendongeng, Rachel," racau Danique di tengah tawanya.
"Danique, apa Kau selalu berpikir bahwa manusia biasa akan percaya tentang adanya manusia serigala? Kau bahkan menyembunyikan ini termasuk dari orangtua barumu, 'kan?" balas Rachel.
Mendengar ucapan Rachel yang sudah pasti menyinggungnya, Danique terdiam seketika. Rachel bisa berbicara seperti itu karena sudah mempelajari apa yang mungkin membuat lelaki itu tersentuh.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Danique. Di awal kehidupanku, aku bahkan tidak tahu apa itu manusia serigala. Aku juga tidak tahu bahwa aku adalah putri kekaisaran yang memiliki urusan dengan dewa langit," lanjut Rachel.
Rachel sedikit jengkel karena harus menjelaskan hal itu berkali-kali kepada lelaki yang sangat keras kepala. Seingatnya, Pangeran Cuon adalah pangeran yang cara bicaranya lembut dan sangat bijaksana, meski waktu itu dalam wujudnya sebagai serigala. Sampai sekarang Rachel tidak pernah tahu bagaimana wujud manusia Pangeran Cuon.
"Aku langsung tahu bahwa aku adalah manusia serigala sejak lahir," Danique menyombongkan diri.
Rachel yang mendengarnya ingin sekali menonjok wajah menyebalkan itu. Ia menghela napas untuk mengurangi emosinya. Bayi Danique tidak bisa diibaratkan sebagai kertas putih yang polos seperti bayi-bayi pada umumnya, karena sebenarnya jiwa yang menempati tubuh bayi itu adalah jiwa dari kehidupan sebelumnya, yaitu jiwa Pangeran Cuon.
Di kehidupan yang sekarang, jiwa itu telah terkontaminasi dengan sifat Danique. Namun jika dipikir-pikir, masih ada sisa ketulusan Pangeran Cuon pada Danique. Malam itu, jika Danique tidak menyelamatkan dirinya dari kawanan serigala pendatang, mungkin sekarang Rachel sudah kehilangan tubuhnya. Ia mungkin akan menjadi arwah tanpa tubuh. Malam itu Danique menyelamatkannya tanpa diminta.
"Kau bergabung dalam kawanan mana?" tanya Rachel. Tiba-tiba Ia berpikir bahwa Danique pasti membaur dengan manusia serigala lainnya di dunia ini. Ia akan lebih mudah meyakinkan kepada Danique bahwa lelaki itu adalah reinkarnasi Cuon.
"Aku tidak terikat dalam kawanan manapun. Aku menikmati kesendirianku," gumam Danique.
"Oh, Kau satwa liar," tanggap Rachel dengan asal-asalan.
Mendengar ucapan dari bibir Rachel yang tipis itu, Danique mendelik.
"Maaf. Bukankah bercanda itu biasa?" sekarang Rachel membalik pernyataan Danique.
"Aku tidak sudi bergabung dalam kawanan manapun, aku juga tidak berminat membentuk kawanan," desis Danique.
***