"Kau yakin mau menemui Aaron?" tanya Marry khawatir.
Peter mengangguk, lalu menghidupkan mesin mobil. Dia harus menjernihkan pikiran hari ini. Tidak mudah baginya untuk punya anak lagi, saat bisnisnya sedang tidak bagus saat ini. Aaron sudah menghentikan semua aktivitas bisnisnya dari dalam penjara. Jadi Peter hanya meneruskan beberapa–yang semuanya kurang begitu menghasilkan.
"Apa Aaron sudah mau ditemui?"
Peter menoleh ke arah istrinya yang berdiri di sebelah kaca mobil, masih memakai piyama yang sama dengan yang dipakainya semalam saat menyambut kedatangannya di tempat yang sama. Dia lalu menoleh ke bangku belakang mobil. Lega karena tidak ada pakaian dalam tertinggal di sana. Beberapa kali dia ditertawakan anak buahnya karena menemukan barang-barang Marry di sana.
"Aku perlu memberitahu kondisi istrinya."
"Kurasa itu bukan ide bagus, sayang. Dia masih membencimu, aku bisa melihat di matanya."
Namun Peter mengindahkan peringatan istrinya. Dia melakukan mobilnya menuju penjara. Bulan kemarin, Peter dan Marry memang mengunjungi Aaron–suami Linda di penjara. Sepertinya Aaron masih belum bisa menerima situasi dan kondisi dirinya. Apalagi, Linda masih belum diijinkan untuk bertemu dengannya. Dia masih tidak bisa mengendalikan emosinya bila Peter menyinggung masalah Linda.
Padahal, yang membuat dia dipenjara adalah demi membalaskan dendamnya atas perampokan dan perkosaan yang dialami oleh Linda.
Dalam setiap pertemuannya dengan Aaron, Peter hanya perlu mencari tahu satu hal saja. Bahwa Aaron tidak mengetahui perselingkuhannya dengan Linda, di malam sebelum peristiwa itu terjadi. Dan pertanyaan Marry tentang apakah Linda hamil akibat perkosaan itu, membuatnya menjadi tidak tenang.
Dia harus memastikan bahwa Aaron sama sekali tidak tahu, minimal tidak curiga. Anak buahnya bertebaran di kota ini, bukan tidak mungkin Aaron akan mengerahkan semuanya.
Kondisi Aaron tampak jauh lebih baik. Rambutnya digundul, hanya menyisakan kumis lebat dan cambangnya. Dia juga tampak lebih tenang.
"Kau kelihatan … segar," ucap Peter membuka perbincangan.
Aaron mengangguk. Meski terpisah dengan kaca, dia bisa melihat jelas wajah Peter yang tampak tidak tenang. Dia sangat mengenal adik semata wayangnya itu. Dia adalah adik paling penurut sedunia. Dan saat ini, hanya kepada Peter Aaron menggantungkan harapan. Meski saat ini, tak ada satupun orang yang bisa dipercayainya–termasuk Peter.
Peristiwa yang dialami Linda benar-benar tak pernah terpikir olehnya.
"Kau tidak," sahut Aaron, sembari memindai wajah Peter.
Peter menyugar rambut, lalu menarik sudut bibir. Berusaha tampak tenang. Kakaknya sudah membantai lima orang yang dia duga sebagai pelaku pemerkosa istrinya. Yang membuatnya harus mendekam di dalam jeruji besi. Peter tidak bisa membayangkan bila dia mengetahui malam romantisnya bersama Linda. Bisa-bisa, Marry dan Jason pun dibantainya.
"Marry hamil."
Aaron mengangguk. "Selamat. Jason akan punya adik."
"Masalahnya, kondisi ekonomiku sedang tidak baik, Aaron. Kau tahu kan, sejak kau dipenjara, semua bisnis tidak bisa dijalankan dengan baik. Hanya pengiriman dalam kota, itu pun tidak banyak."
Aaron menganguk. "Kau tahu sendiri, beberapa tidak bisa kuserahkan pada anak buah kita. Aku harus menghandlenya sendiri dari dalam sini. Jadi, pastikan kau menjalankan tugasmu. Menjaga Linda."
Peter menundukkan kepala. Terbayang di pelupuk matanya bagaimana Linda begitu bahagia malam itu. Saat akhirnya dia menyatakan bahwa dia juga mencintai Peter, dan menyerahkan diri seutuhnya. Bersama Aaron, dia mengaku tak bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama dengan saat bersama Peter. Aaorn lelaki yang selalu sibuk dengan bisnisnya, pergi ke luar negeri berkali-kali. Menjadikan Linda wanita yang dibutuhkannya hanya saat dia sedang tidak ada pekerjaan.
Saat itu, Aaron sedang berada di Thailand. Bahkan dia menelpon saat Peter dan Linda berada dalam selimut.
"Aku tidak berhasil menjaganya, Aaron. Maafkan aku."
Aaron mengepal jemari. "Bila sampai Linda mengalami kejadian itu lagi, kau yang akan kucekik lebih dulu, Peter. Aku tak peduli kau sudah punya dua anak. Aku dan Linda belum punya anak, yang akan meneruskan bisnisku dan menjamin masa tuaku. Jadi, lakukan tugasmu dengan baik."
Peter mengangkat wajah dan mendapati rahang Aaron mengeras. Dia tak berharap kakaknya itu akan menghantam kaca pembatas mereka seperti pertemuan sebelumnya. Kejadian kunjungan sebelumnya saat Peter dan Marry menjenguk Aaron dan menyampaikan kabar kalau pengacara Aaron menyatakan mundur. Kaca yang berhasil dipecahkan Aaron, membuat Marry sangat yakin bila Aaron membenci Peter yang tidak becus menjaga istrinya, saat dia ke luar negeri.
"Dia menjalani sesi terapi, dengan seorang Psikiater. Namanya Andre Smith."
"Kau sudah menceritakan hal itu," sungut Aaron. "Jangan membawa berita basi."
Peter menggeleng. "Masalahnya, sesi terapi itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Linda sama sekali tidak bisa mengingat apapun dan siapapun malam itu."
"Apa yang dia ingat?" tanya Aaron dengan penuh selidik.
Peter menatap kakaknya. Dia perlu berhati-hati dalam bicara–agar kakaknya tidak curiga, sehingga posisinya aman. "Dia mengenal aku dan Marry, itupun setelah beberapa kali kami bertemu dan meyakinkannya. Aku tahu, dia tidak begitu ingat, tapi Marry cukup telaten mengingatkannya."
"Apa lagi?"
Peter menggeleng. Semakin dia menatap kakaknya, semakin kuat lintasan ingatannya bersama Linda. Sayang sekali Linda sama sekali tidak mengingat malam itu. Sehingga untuk mengulanginya–mumpung suaminya dipenjara, Peter nyaris putus asa. Padahal selama Aaron di penjara, mereka bisa melakukannya tanpa merasa khawatir.
Semalam benar-benar membuatnya kesal, karena Linda menguncinya di luar kamar apartemen, padahal tinggal satu langkah lagi mereka bisa mengulang malam romantis itu. Peter sangat yakin, sekali saja dia dan Linda bisa bercinta lagi, Linda pasti akan mengingat semuanya.
"Kau tidak bisa membuatnya mengingat apapun?"
Peter menggeleng. Dia yakin bisa membuat Linda mengingatnya, asalkan mereka kembali bersama dalam satu selimut. Tapi mustahil dia menyampaikan hal itu pada Aaron, sama saja dengan bunuh diri.
"Bahkan untuk mengingatku, suaminya?"
Peter kembali menggeleng. "Dia tidak mengenali foto pernikahan kalian."
Aaron mendengus. Dia tidak menyalahkan Linda karena benturan di kepalanya pasti membuat semua ingatannya benar-benar hilang. Luka di kepala akibat pukulan benda tumpul yang membuat Linda langsung pingsan, dan perkosaan yang dialaminya benar-benar membuat Aaron murka. Dokter memberikan keterangan, setidaknya lebih dari tiga orang yang melakukan hal itu pada Linda. Baik itu sebelum dan sesudah Linda pingsan.
Aaron sedikit bersyukur Linda mengalami amnesia, sehingga dia tidak menjadi depresi. Bahkan keterangan dari Peter, Linda sama sekali tidak ingat namanya sendiri saat tersadar dari koma.
"Jadi, belum ada perkembangan kasusnya? Detektif Scope, apa dia selalu memberi kabar?"
Peter mengangguk. "Aku sedikit ragu dengan sesi terapinya."
"Ada apa dengan sesi terapinya? Kau tidak ikut bersamanya saat terapi?"
Peter menggeleng. "Terapisnya tidak mengijinkan. Dia tidak ingin ingatan Linda terpengaruh dengan apapun. Jadi, sesi terapi yang mereka lakukan selalu di ruang kerjanya, tertutup dan dikunci. Tapi … aku juga tidak yakin dia memberikan input yang benar untuk Linda. Dia …"
"Kenapa dia?" kejar Aaron.
"Kurasa … ini hanya dugaanku, Aaron."
"Katakan!" bentak Aaron kesal.
Peter mendekatkan wajahnya ke kaca pembatas. Aaron mengikuti perbuatannya, hingga bisa mendengar bisikan Peter dari lobang-lobang kecil di kaca pembatas.
"Aku ingin kau berjanji tidak marah. Bila kau marah, lebih baik aku menyimpan dugaanku ini seorang diri. Itu lebih bagimu. Kau harus ingat, pekan depan keputusan pengadilan akan turun. Karena kau sudah membunuh lima orang yang tidak bersalah. Jadi, aku tidak ingin kau berperilaku buruk selama di penjara."
Aaron mengeram. "Aku tidak salah membunuh. Salah seorang dari mereka mengaku, kalau bosnya yang memperkosa Linda lebih dulu, baru mereka menggilirnya."
"Tapi kau tetap membunuh mereka, dan sayangnya mereka adalah kerabat pejabat di kota ini yang dimanfaatkan bos mereka. Jadi kali ini, aku harap jangan gegabah. Aku sedang mengumpulkan anak buah kita, yang malam itu telah mereka buat tidur. Mereka semua kabur begitu tahu kau membunuh lima orang perampok itu. Mereka juga harus bertanggung jawab."
Sepasang mata Aaron menyala, lalu perlahan meredup. Membuat Peter lega. Aaron juga nyaris membunuh anak buahnya yang tertidur saat malam mengerikan itu terjadi. Sehingga rumah mewah Aaron tidak ada yang menjaga, dan para perampok dan pemerkosa itu bisa masuk setelah sebelumnya melumpuhkan semua CCTV.
"Kau janji?" tanya Peter memastikan.
Aaron mengangguk.
Peter meletakkan tangannya di kaca, lalu berbisik. "Aku yakin, Psikiater itu telah memanipulasi Linda. Dia meyakinkan Linda kalau mereka adalah sepasang kekasih. Sesi terapi yang mereka lakukan, aku tidak yakin kalau tidak terjadi apa-apa. Karena, aku memergoki sendiri, mereka berciuman di dalam mobil."
Aaron menegang.