Chereads / WHO IS MY MAN / Chapter 6 - 6- Hasrat Yang Menguap

Chapter 6 - 6- Hasrat Yang Menguap

Andre memarkir mobilnya di depan apartemen Linda. Menatap jendela apartemen di lantai dua. Jendela itu terbuka dan tirai putihnya dipermainkan angin. Andre tak dapat menahan keinginannya untuk melangkah masuk ke dalam apartemen Linda dan kembali menyatakan seluruh isi hatinya.

Meski dia sudah berkali-kali mengatakan dan Linda selalu ragu dengan ingatannya, tapi dia sangat yakin Linda tidak akan menolaknya. Wanita itu memiliki hasrat yang sama dengannya.

"Apa kau tidak keterlaluan, Andre," maki dirinya sendiri dalam hati. "Seharusnya kau menyembuhkan ingatannya, bukan memanipulasinya. Tapi kau malah meninggalkan keprofesionalan, hanya demi menuruti kata hatimu. Lagipula, dia milik orang lain–meski dia tak mengingatnya sama sekali."

Andre mencengkeram setir mobil.

Kalau bukan karena Nyonya Smith terus menerus menekannya, dia tidak akan nekad mendatangi apartemen Linda. Dia harus meyakinkan Linda, bahwa perasaan mereka harus disatukan dalam ikatan cinta. Dan hal itu akan membuatnya mudah menyingkirkan Nyonya Smith.

Tapi bagaimana dengan suami Linda? Itu bisa dipikirkannya nanti. Yang penting adalah Linda dan dirinya lebih dulu. Aaron bisa berada di penjara selamanya, bila dia sampai nekad berbuat salah di dalam jeruji besi sana. Itu sangat bisa diaturnya.

Andre membuka ponsel dan membuka pesan yang dikirimkannya pada Linda sebelum meninggalkan rumah tadi. Pesan itu belum dibalas.

"Linda, bisakah kita bertemu hari ini?"

Andre kembali menatap jendela kamar Linda. Wanita itu pasti ada di kamar apartemennya, karena dia tidak mungkin membiarkan jendelanya terbuka. Apakah dia sedang sibuk? Atau adik iparnya menghukumnya? Ah, lelaki pemarah itu berlagak seolah dia pemilik Linda. Padahal dalam status Linda yang amnesia sekarang, Linda adalah wanita bebas. Dia berhak bersama dengan siapa saja–tidak terikat aturan kerabatnya.

Tiba-tiba pesan Andre dibalas oleh Linda.

"Aku sedang sibuk hari ini, Andre. Ada apa?"

Andre menahan jemarinya untuk membalas. Selama ini, dia tak pernah mengirim chat pada Linda, kecuali untuk memberikan jadwal terapi. Semua itu biasanya dilakukan oleh Erin–bila dia tidak lupa. Dan Andre kerap beranggapan Erin lupa, hingga selalu mengirim jadwal terapi untuk Linda.

Andre sengaja menjalin komunikasi hanya melalui telpon. Karena dia tidak yakin Nyonya Smith tidak mencuri-curi membaca chat ponselnya. Wanita itu sungguh luar biasa cemburunya pada semua pasien Andre–terutama Linda Hall. Tentu saja karena Linda sebaya dengannya, cantik, memikat dengan tubuh langsing mempesona.

Bahkan Andre tidak yakin, Peter Hall tidak tertarik pada kakak iparnya. Hanya terkendala oleh istrinya saja yang membuat lelaki itu hanya bisa marah-marah bila Linda keluar dari ruang terapi melebihi jadwal yang seharusnya.

"Ada yang ingin kusampaikan, mengenai metode terapi baru yang baru saja aku temukan."

"Terapi baru?"

Andre memejam mata, mengingat beberapa metode terapi. Meski membual kali ini untuk sekedar bertemu dengan Linda, dia yakin Linda tidak akan menolak."

"Ya, akan kita mulai pekan depan. Tapi aku harus menjelaskan beberapa teknis, supaya pekan depan kau sudah siap."

"Baiklah. Setengah jam lagi aku akan menelpon."

Andre mematikan layar ponsel dan melemparkan ke kursi di sebelahnya. Setengah jam lagi dia harus menunggu. Apa kesibukan Linda di dalam kamarnya? Apakah dia sedang merapikan kamarnya untuk menyambut kedatangan Psikiaternya? Andre baru ingat, dia belum menyebutkan tempat pertemuan rahasia ini.

Dia meraih kembali ponsel yang tergeletak di sebelahnya. Dan saat mengangkat ponsel itu, sepasang matanya menangkap gestur Linda dari arah berlawanan. Membawa kantong belanja yang cukup padat isinya.

"Sepertinya dia baru saja belanja, kenapa tidak bilang saja? Alasan sibuk?" Andre mengembang senyum melihat Linda melangkah menuju mobilnya, tanpa menyadari bahwa Andre memindainya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Berjalan saja, sudah membuat Andre terpesona. Membuat kepalanya seketika menjadi jernih.

Pesona Linda benar-benar membuat Nyonya Smith tersingkir jauh-jauh.

Linda berbelok, menaiki tangga menuju apartemennya. Andre berniat mengejutkan Linda, lalu berjalan perlahan mengikutinya–berusaha tanpa suara. Linda menggunakan tangga untuk mencapai lantai dua. Andre mengikutinya dengan langkah perlahan, dan mulai menyusun rencana nakal di dalam kepalanya.

Linda membuka pintu kamar apartemennya yang rupanya tidak terkunci. Saat dia hendak menutup pintu, Andre menahan kakinya di antara daun pintu dan kusen. Linda menoleh.

"Andre?" tanyanya terkejut. "Kapan kau sampai di sini?"

Andre tersenyum lebar, lalu membantu Linda membawa belanjaannya. Linda tidak menolak, tapi dia tampak kebingungan. Andre meletakkan belanjaan Linda di lantai, lalu meraih kedua tangan wanita yang sudah tak sabar ingin ditariknya dalam dekapannya.

"Andre, kau tidak seharusnya di sini … aku …"

Tanpa menunggu Linda menyelesaikan kalimatnya, Andre menarik Linda dalam dekapannya. Memeluk pinggang Linda dan mengetatkan pelukannya. Wanita itu memekik pelan, terkejut. Linda mendelik protes, tapi Andre sudah membungkam bibirnya dengan ciuman penuh gairahnya sebelum wanita itu membuka mulut.

Linda berusaha keras mendorong bahu Andre, tapi tangan Andre lebih kuat.

"Andre … jangan …umph …"

Andre tak peduli. Dia mencium Linda semakin intens. Seperti biasa, Linda selalu ragu. Tapi, dalam sekejap, dia akan membalas ciumannya dengan liar. Dan di kamar apartemen ini, tidak akan ada Erin yang akan mengetuk pintu berkali-kali.

"Emm …. Tuan Smith?"

Andre tersentak. Dia mengenal suara itu. Seketika dia mengakhiri ciumannya dan menoleh. Pinggang Linda masih ada dalam dekapannya ketika dia mendapati Erin berdiri tak jauh dari mereka berdua, sembari memegang menutup mata anaknya dengan telapak tangan.

Linda mendorong Andre yang sedang terkejut agar menjauh darinya. Dia merapikan pakaian dan rambutnya dengan cepat, lalu meninggalkan Andre yang masih terpaku–menatap Erin tak percaya. Bergegas Linda meraih tangan anak Erin dan menuntunnya menuju ruang tamu.

"Erin, ap-apa yang … kau lakukan di sini?" tanya Andre mendelik, sembari menyugar rambut. Dia begitu gegabah, tidak mengira asistennya akan memergokinya berusaha mencium Linda. Linda sudah menolak dan memperingatkannya tadi, tapi Andre yang tak bisa menahan hasrat menggelegak dalam jiwanya.

"Anda, Tuan. Apa yang anda lakukan?" Erin berjalan mendekat. "Rupanya selama ini, anda …"

"Tidak, Erin. Ini tidak seperti yang kau lihat."

Erin geleng-geleng kepala sembari melipat tangan. "Aku tidak melihat apa-apa. Atau Nyonya Smith akan mencekikku."

Erin membalik badan dan menyusul Linda. Tinggal Andre yang putus asa menyugar rambut. Hasratnya sudah menguap dengan cepat. Pertemuan rahasia yang gagal, hanya karena dia tak tahan menahan hasratnya melihat Linda.

"Kau memang bodoh, Andre," maki Andre pada dirinya sendiri. Kebodohan yang sama dengan saat tidur bersama Nyonya Smith yang membuatnya terjebak dalam perjanjian pernikahan. Bedanya, saat itu Nyonya Smith merayunya habis-habisan hingga berhasil membawanya ke ranjang. Wanita gila yang kesepian benar-benar membahayakan daripada wanita amnesia yang sama sekali tidak mengingat bahwa dia punya suami.

Sedangkan sekarang, dia bahkan tak berhasil membawa Linda ke ranjang. Andre yakin, bila Linda tak kunjung didapatkannya, bisa-bisa dia akan kembali ke ranjang Nyonya Smith.

Setelah meyakinkan dirinya sudah rapi, Andre memutuskan menyusul Erin dan Linda ke ruang tamu. Dan dia tertegun mendapati Ronnie Watt, suami Erin sudah ada di sana. Duduk di sebelah Erin dan menatapnya dengan tatapan aneh. Erin berada di sebelahnya, membisikkan sesuatu. Pasti wanita itu sudah melapor pada suaminya tentang apa yang sudah dilihatnya.

Andre merasa karirnya di ujung tanduk. Suami Erin adalah anak buah Detektif Scope. Anggota polisi yang merekomendasikan Andre agar mendapat pekerjaan dari Kepolisian.