Nyonya Smith tak bisa lagi menahan kegeramannya. Jadi selama ini prasangkanya benar. Andre selalu menghindarinya karena Linda Hall. Wanita itu telah memikatnya, dan sesi terapi mereka bisa jadi untuk menutupi perselingkuhan Andre dengan Linda Hall selama ini. Wanita itu bisa jadi cuma berpura-pura amnesia, hanya untuk mendapatkan Andre.
Dia harus mendapatkan keterangan selengkapnya dari Erin. Dan harus menyelesaikan masalah ini dengan diam-diam, tanpa Andre mengetahuinya. Atau lelaki itu akan semakin menjauhi dirinya. Pesta pernikahan semakin dekat, dan urusan warisan sebentar lagi akan beres. Dia tidak boleh gegabah mengatur strategi.
"Kau tidak bisa berbuat seperti ini padaku, Andre," geram Nyonya Smith. Dia merasa berhak atas hidup Andre, atas tubuh dan hatinya. Tak seorangpun bisa merebutnya dengan mudah. Sudah lama dia tertarik pada adik iparnya itu, tepatnya saat lelaki itu datang ke rumahnya dan meminta bantuan pada suaminya untuk biaya kuliah.
Sepeninggal kedua orang tuanya, Andre memang menjadi tanggungan kakaknya. Dan dia jarang mengunjungi kakaknya dengan alasan malas mendengar suara anak kecil. Erin mengatakan, ruang kerja Andre saja dibuat kedap suara. Karena dia memang tidak suka suara sedikit ramai. Apalagi suara anak kecil. Bila memang setiap sesi terapinya adalah saat dia berselingkuh dengan Linda Hall, maka sudah pasti ruang kedap suara itu hanya akan membuat Erin terlihat bodoh.
Dan kedatangannya malam itu hanyalah untuk menjenguk kakaknya yang baru pulang dari Rumah Sakit karena serangan jantung. Semula dia beralasan macam-macam agar tidak pulang. Entah kenapa dia kemudian muncul dengan alasan tidak punya uang, dan terjadilah apa yang dikehendaki Nyonya Smith.
"Aku tidak pernah menyesali malam itu, Andre," gumam Nyonya Smith. Baginya lebih baik hidup bersama Andre daripada terjebak dengan lelaki penyakitan. Kematian mendiang suaminya, seharusnya dirayakannya dengan malam indah bersama Andre. Tapi adik iparnya itu justru pergi entah ke mana, menghilang hingga hari pemakaman.
Nyonya Smith merasa harus menyusun rencana dengan baik. Andre bukan lagi pemuda haus dan lapar yang bisa dijebaknya dengan mudah. Apalagi, bila ucapan Detektif Scope benar, itu artinya Andre selama ini telah menyembunyikan rahasia besar darinya. Rahasia yang melanggar perjanjian pernikahan hitam di atas putih mereka.
"Erin, kau ada waktu besok?"
Nyonya Smith melihat jam dinding. Sudah pukul delapan malam. Andre belum datang.
"Besok week end, aku sudah janji dengan Ronnie untuk ke pantai, Nyonya Smith. Tapi agak siang."
"Apa Andre masih ada pasien?"
Erin terdiam sebentar. "Baru saja pulang pasien terakhir."
Tumben lebih cepat dari biasanya. Biasanya sampai jam sebelas malam. Mungkin dia akan mampir ke rumah Linda Hall, mungkin juga langsung pulang. Nyonya Smith berniat menunggunya setelah anak-anak tidur.
"Baiklah, aku akan ke rumahmu, sebelum kau pergi."
Nyonya Smith menutup sambungan telepon. Menenggak kopinya sampai habis, lalu menuju ruang tengah. Anak-anak sudah tidak ada di sana. Pengasuhnya muncul dan hendak berpamitan.
"Nyonya, anak-anak sudah tidur."
"Baiklah, kau boleh pulang. Terima kasih."
Si Pengasuh pun berlalu dari ruang tengah. Saat dia membuka pintu depan, seorang pemuda jangkung sudah berdiri di depannya dan nyaris membuatnya berteriak saking terkejutnya.
"Maafkan aku, apakah Nyonya Smith ada di rumah? Aku hendak mengumpulkan tugas kuliah."
Si Pengasuh memindai pemuda di hadapannya. Menyandang ransel dan memegang seberkas kertas berjilid yang dihadapkan padanya. Celana jeans lusuh, sepatu kets mahal dan T-Shirt sport. Gaya khas mahasiswa, ditambah rambut sebahu yang berkali-kali disugar dengan jemari. Dia tampak gugup–pasti karena terlambat mengumpulkan tugas.
"Mahasiswa Nyonya Smith?" tanya si Pengasuh setelah memastikan penglihatannya.
Brandon mengangguk tak sabar. Si Pengasuh melongokkan kepala ke dalam ruang tamu.
"Nyonya, ada mahasiswa anda!"
Nyonya Smith yang baru saja menghidupkan televisi sontak menegang. Pasti Brandon. Kenapa anak itu datang ke sini? Dia benar-benar nekad. Bergegas Nyonya Smith menuju ruang tamu. Dilihatnya Brandon masih berdiri di teras. Sepasang mata biru lelaki itu terlihat bergairah menatapnya yang sudah mengenakan piyama.
"Kau boleh pulang," ucap Nyonya Smith pada pengasuhnya.
Brandon tersenyum senang. Nyonya Smith sudah menunggunya. Wanita itu pasti sudah tak sabar, terbukti dia mengusir pembantunya untuk segera pulang. Begitu si pengasuh menutup pagar menghilang, Brandon langsung menarik Nyonya Smith dalam dekapannya.
"Brandon!"
Nyonya Smith tak sempat melawan. Tangan mahasiswanya begitu besar dan kekar. Dan kedua tangan itu langsung mengunci pinggangnya dengan kuat.
"You miss me Elena," bisik Brandon lalu mencium bibir dosennya.
Nyonya Smith mendorong bahu Brandon, tapi lelaki jangkung itu sudah mengunci bibirnya. Menekannya ke dinding dengan kuat, lalu menggerayangi tubuhnya dengan liar. Dia tak bisa berkutik, dan jiwanya seketika melambung ke langit. Dia tak akan menolak kesempatan ini, karena untuk mendapatkan dari Andre Smith dia belum bisa.
"Brandon … hhhh …"
Mendengar desahan dosennya, Brandon semakin menggila. Nyonya Smith tidak menampik bahwa tubuhnya langsung bergetar hebat. Bayangan Andre Smith berkelebat, juga kertas perjanjian pernikahan itu. Bila pernikahan itu tidak segera terlaksana, dia khawatir akan semakin terikat dengan Brandon. Menolak Brandon hanya akan membuat mahasiswa ini semakin mengejarnya-seperti hari ini. Mahasiswa yang memuaskannya hanya demi nilai tugas mata kuliah.
"Persetan denganmu Andre," maki Nyonya Smith di antara napasnya yang mulai tak teratur. Dia tak lagi bisa mengendalikan dirinya. Lupa pada strategi yang akan disusunnya agar Andre tidak terpikat pada Linda Hall. Toh Andre tak akan tahu apa yang dilakukannya–lebih tepatnya tidak peduli.
"Andre, siapa dia?" bisik Brandon tanpa menghentikan serangannya.
"Adik … hhh … iparku. Dia … sebentar lagi … datang … hhhh …."
Brandon menarik kepalanya dari dada Nyonya Smith. Baju wanita itu sudah berantakan dibuatnya hanya dalam hitungan detik.
"Jadi?"
Nyonya Smith menarik tangan Brandon, membawanya ke sebuah pintu kecil, agak tersembunyi di balik pintu tengah. Saat membuka pintu itu, Brandon tersenyum.
"Toilet tidak masalah buatku?"
Nyonya Smith menjambak rambut Brandon dan menenggelamkan wajah lelaki itu ke dadanya. "Kau akan mendapat A plus bila bisa memuaskanku di toilet, Brandon."
*
Andre mematikan mesin mobil. Sebenarnya dia malas untuk pulang, karena akan mendapati wajah wanita yang dia ingin lari darinya. Elena Smith.
Beberapa hari ini, kepalanya terasa begitu berat. Linda tidak hadir di sesi terapi malam ini, mungkin wanita itu marah padanya. Dia tidak membalas pesan, bahkan kata Erin–dia juga membatalkan panggilan teleponnya.
Erin seperti biasa, malah menuduh Andre penyebab Linda tidak mau datang ke sesi terapi. Ditambah progres nihil selain mengenali orang-orang di sekelilingnya Tentu saja Andre tidak semudah itu mengakui pada Erin, bahwa dia tidak akan mencium Linda bila Linda Hall juga tidak menghendakinya. Kalau tidak, mustahil mereka selalu mengakhiri sesi terapi dengan bermesraan.
Semua akan menjadi rumit, bila Erin melapor pada Nyonya Smith. Dan Ronnie Watt? Semoga saja polisi IQ rendah itu beritikad untuk diam saja.
Andre memutar otak, mencari cara agar apa yang dilakukannya pada Linda Hall–di hadapan Erin, tidak akan membawa masalah pada praktek terapinya. Mendapatkan ijin saja susah, apalagi mendapat kucuran dana dari Nyonya Smith. Bila Linda tidak lagi direkomendasikan untuk terapi di kantornya, itu jauh lebih baik. Andre dan Linda tidak akan terikat lagi dengan status dokter dan pasien.
Mereka bisa berbuat bebas, dan Andre akan lebih mudah menaklukkan Linda yang masih ragu pada padanya. Dan Andre bertekad tidak ingin melepaskan Linda. Wanita itu telah memenuhi hati dan jiwanya. Dia harus mendapatkan Linda, bagaimanapun caranya. Toh suami wanita itu tidak akan kabur dari penjara.
"Kamu memang bodoh, Andre," makinya pada diri sendiri.
Andre turun dari mobil dan membuka pintu gerbang. Dia tertegun melihat pintu depan terbuka. Tidak biasanya pengasuh rumah membiarkan pintu rumah terbuka. Jam segini, Nyonya Smith pasti berada di ruang kerjanya, tak peduli pintu sudah dikunci atau belum. Karena Andre selalu pulang menjelang tengah malam.
Khawatir ada sesuatu yang tidak diharapkannya, Andre pun bergegas masuk. Kawasan perumahan ini cukup aman, tapi bagaimanapun tetap harus waspada. Bisa jadi pintu terbuka sendiri karena engselnya longgar. Dia semakin tertegun melihat sebuah ransel tergeletak di lantai dan sebuah berkas berjilid. Diraihnya berkas itu dan membaca sebagian teks yang tertera. Sebuah tugas dari mahasiswa bernama Brandon.
"Ini pasti milik mahasiswa Elena." Andre membuka lembarannya. Kosong melompong, tidak ada tulisan apapun. Membuatnya semakin was-was. Apakah ada orang yang masuk dan menyamar sebagai mahasiswa bernama Brandon? Dan dia telah mencelakai Elena dan anak-anak?
Andre melangkah masuk perlahan dengan sikap waspada dan mulai mendengar suara-suara aneh dari arah ruang tengah, Dia melangkah perlahan dan suara itu semakin jelas, berasal dari toilet di balik pintu tengah. Toilet yang sedikit terbuka itu membuat Andre curiga. Apalagi suara yang keluar dari dalamnya adalah suara desahan dan pekikan halus tertahan. Juga suara benda-benda berjatuhan, dan cekikikan tawa genit.
Semakin mendekat, Andre semakin yakin, itu adalah suara Elena dan seorang lelaki yang sedang menyatu raga, hendak menuju puncak kenikmatan duniawi. Dia masih ingat bagaimana suara Nyonya Smith bila sedang melakukannya, karena dia tak pernah lupa malam sialan saat dia dijebak wanita itu untuk memuaskan nafsunya. Setelahnya, hanya penyesalan yang didapatnya karena menjadi penyebab kematian kakak kandungnya.
Perlahan Andre mengeluarkan ponsel dan menekan fitur rekaman video, lalu membuka pintu perlahan hingga terbuka separuh. Yang dilihatnya kemudian sungguh membuatnya terkejut. Seketika dia teringat, bagaimana kakaknya meregang nyawa di hadapannya dan di hadapan Elena.
Yaitu saat dia memergoki dia dan Elena berbuat seperti yang dilakukan Elena dan lelaki berambut sebahu itu–di atas meja wastafel toilet. Di dalam rumah ini, saat status pernikahannya dan Elena Smith sah di atas hitam dan putih.
Dua manusia yang sedang sibuk asyik masyuk di meja toilet dengan suara-suara berusaha di tahan itu, tidak menyadari kedatangannya.