Chereads / WHO IS MY MAN / Chapter 14 - 14 - Cenayang Gila

Chapter 14 - 14 - Cenayang Gila

Marry mendekap Jason erat. Perjalanan pulang dengan taksi dari Kantor Polisi menuju rumahnya terasa begitu panjang baginya. Dadanya bergemuruh menahan emosi, rasanya ingin meledak dan berteriak sekencang-kencangnya, Namun buah hati di pelukannya yang sedang terlelap telah membuatnya hanya bisa membungkam mulut.

"Linda, apa benar kau banyak bermain dengan lelaki selain suamimu? Apa suamiku juga?"

Praduga seorang istri yang sangat mencintai suaminya, semakin melebar dan tak terkendali. Apalagi Linda memang diakuinya jauh lebih cantik, menarik dan seksi. Tubuhnya masih sempurna, karena memang belum pernah melahirkan seorang anak. Marry menatap Jason yang terlelap. Kelahiran buah hati pertamanya itu, memang diakuinya telah membuat tubuhnya melar dan sulit kembali lagi ke asal. Apalagi saat ini, ada adik Jason yang akan membuat berat badannya semakin bertambah.

"Tapi, mustahil Peter berbuat macam-macam dengan Linda. Suami Linda sudah pasti akan membunuh siapapun yang berani menyentuh Linda. Para pemerkosanya saja dibantai tanpa ampun."

Marry mencoba menganalisa banyak hal. Sejak suami Linda dipenjara karena tertangkap basah sedang membunuh lima lelaki pemerkosa istrinya–Peter memang diberi tugas untuk menjadi pelindung Linda. Selama satu bulan Linda mengalami koma, hanya dia dan Peter yang selalu menjenguknya ke rumah sakit.

Dan saat Linda diijinkan pulang namun dalam pengawasan, Peter-lah yang rutin mengunjunginya. Juga mengantar dan menjemputnya saat harus melakukan terapi. Apakah saat Linda belum bisa mengingat apapun, mereka berdua telah menjalin hubungan? Peter memang bebas keluar masuk apartemen Linda. Marry pun tak pernah mempersoalkan hal itu.

"Siapapun tidak akan bisa menahan diri bila setiap hari bersama Linda."

Kata-kata Detektif Scope membuat dada Marry serasa ingin meledak. Linda memang bukan wanita yang genit apalagi penggoda, Tapi amnesia-nya bisa jadi membuat dia lupa segalanya.

"Linda …" desis Marry.

Dia harus memastikan sendiri pada Linda, atau selamanya akan terjebak dalam cemburu buta. Dia masih yakin, Peter hanya menjalankan tugas dari kakak kandungnya–untuk melindungi Linda dari orang-orang yang memanfaatkannya, termasuk Andre Smith. Tapi apa benar Peter selama ini bisa menahan diri bila setiap hari bersama Linda–yang sudah pasti kesepian?

Marry menjambak rambutnya sendiri. Dia menyadari, bahwa rasa cemburu telah menuntunnya untuk berprasangka.

"Tidak mungkin," batin Marry sembari melempar pandangan ke luar jendela taksi. "Setiap Peter pulang dari apartemen Linda–kami selalu bercinta. Dan Peter masih punya energi luar biasa untuk melakukannya berkali-kali. Mustahil dia menghabiskan energinya untuk Linda–bekas lima lelaki pemerkosanya."

Marry menggali memorinya, menghadirkan setiap momen bersama suaminya. Memaksa diri untuk mengulas senyum. "Peter mencintaiku. Dia tidak ingin mati konyol hanya gara-gara tergoda oleh Linda. Kakaknya sudah pasti akan menggilasnya bila sampai dia tahu Peter dan Linda telah mengkhianatinya. Dan bila itu benar, aku pastikan seumur hidupnya, Peter tidak akan bisa melihat Jason dan adiknya."

Marry sedikit lebih lega setelah setengah jam perjalanan dalam taksi. Amarahnya teredam dengan analisanya sendiri.

Setidaknya, Peter mengakui bahwa Jason adalah anaknya dengan memilih menikahinya. Dia tidak perlu membuktikan apapun. Peter menyayangi Jason–meski Marry sendiri tidak yakin, Jason darah daging Peter atau bukan. Karena selain bersama Peter, dia juga bersama lelaki lain yang hingga detik ini dia tak ingin menyebut namanya lagi.

"Aku memang bukan wanita yang baik Peter," batin Marry. "Tapi itu adalah masa lalu. Jadi tolong, tetaplah bersamaku. Demi Jason dan anak kita."

Marry sengaja tidak menemui Peter di dalam sel–meski Detektif Scope mengijinkan. Dia tidak ingin memberi pengaruh buruk pada Jason. Jadi dia akan menunggu Peter di rumah. Dan wanita kaya bernama Nyonya Smith itu ternyata juga melakukan hal yang sama.

Dari sorot matanya, Marry melihat betapa marahnya Nyonya Smith–tapi dengan elegan dia bisa mengklamufasenya dengan elegan.

Saat melintasi area apartemen rumah Linda, tiba-tiba Marry memutuskan untuk menemui iparnya itu. Dia meminta sopir taksi untuk menurunkannya agak jauh dari apartemen Linda.

Entah kenapa, kali ini dia merasa harus mengawasi Linda. Meski Peter tetap akan pulang padanya, dia tidak yakin itu bisa bertahan lama bila memang mereka berdua punya hubungan gelap di belakangnya.

Sembari berjalan di trotoar, Marry kini nampak lebih waspada. Dia mengedarkan pandangannya ke bangunan-bangunan di sekitar apartemen Linda. Mengamati toko-toko dan kendaraan yang diparkir di tepi jalan. Dia merasa harus mengamati semuanya. Dia tidak ingin menjadi paranoid–tapi ada keluarga yang harus dipertahankan, jadi kini dia tak boleh lengah. Hanya menjadi wanita rumahan yang menanti kedatangan suami di rumah saja.

Dilihatnya sosok Linda melintas menyebrang jalan sembari membawa belanjaan dalam kantong yang dipeluknya. Marry berhenti agak jauh dan berpura-pura membalikkan badan. Dia tidak ingin Linda melihatnya–namun ekor matanya mengikuti langkah Linda memasuki gedung apartemennya.

Setelah sosok Linda menghilang, Marry perlahan melangkah menuju apartemen Linda. Di lantai satu, dia bertemu dengan Vega–si peramal. Vega adalah peramal yang tinggal di lantai satu apartemen tempat Linda tinggal. Dia biasa menerima tamu di apartemennya untuk diramal, selain membuka lapak di tempat-tempat hiburan. Sebagai peramal yang menjual jasa, dia tak pernah lepas dari dandanan dengan kalung manik-manik yang bergemerincing bila dia berjalan. Juga cincin dengan manik sebesar kelereng yang berwarna-warni. Satu hal yang tak pernah dilupakan Marry sejak mereka berkenalan tiga bulan yang lalu adalah–Vega selalu memakai lipstik hitam. Peter sudah memperingatkannya untuk menjauhi cenayang yang tinggal satu apartemen dengan Linda ini.

"Halo, Marry." Vega menyapa sembari melebarkan tangan dengan ramah.

"Hallo Vega, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Marry spontan.

Vega mengernyit kening, lalu tersenyum. "Pikiranmu sedang tidak di sini, Marry sayang. Seharunya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini. Apa kau ingin bertemu denganku? Aku tidak bisa menyelesaikan masalahmu, kamu sendiri yang bisa menyelesaikan."

Marry yang sedang menggendong Jason yang masih terlelap, menyadari bahwa dia telah salah bicara. Tentu saja Vega tinggal di apartemen ini. "Maksudku, kenapa kamu masih di sini, bukankah biasanya kamu meramal di tempat lain?"

Vega terkekeh, lalu meraih satu tangan Marry dan menggenggamnya. "Kau masih terkungkung dengan kesalahan di masa lalu. Sebaiknya, kau beritahu suamimu–anak siapa yang kaugendong ini."

Marry menarik tangannya. Vega adalah cenayang berbayar. Dia tidak ingin terjebak dengan wanita ini hanya untuk menggali masa lalunya. Atau Vega akan menguras dompetnya sedikit demi sedikit. Dan dia tak akan membiarkan Vega menguak masa lalunya hanya berdasarkan ilmu paranormalnya.

Namun Vega malah semakin menguatkan genggamannya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Marry dan mengendus-enduskan hidungnya. "Aku mencium bau uang sangat banyak."

"Lepaskan dia Vega!"

Marry dan Vega terkejut dan menoleh serempak ke sumber suara. Linda–tanpa kantong belanjaannya–menatap ke arah Vega dengan ekspresi kesal. Dia lalu mendekat dan menarik tangan Vega dari tangan Marry.

"Jangan macam-macam dengan adikku, dasar cenayang gila!" ujar Linda kesal.