Ronnie Watt baru saja duduk di kursinya ketika Detektif Scope datang. Lelaki yang lebih jangkung dan lebih bidang dadanya dari Ronnie itu menyapanya sejenak, lalu langsung menuju kursinya.
Sebenarnya Ronnie tak hendak membicarakan peristiwa memalukan di rumah Linda Hall. Tapi Erin berkali-kali mendesaknya. Bahwa apa yang dilakukan Andre pada Linda adalah salah satu bentuk pelanggaran kode etik psikologi–yang Ronnie sendiri tidak tahu hal itu benar atau tidak.
"Aku tidak menyangka Tuan Smith memanipulasi pasiennya, Ron. Aku menjadi tidak yakin dengan segala terapi yang dijalankannya selama ini. Apalagi, kau merekomendasikan Kepolisian untuk mengirim pasien ke sana. Aku benar-benar merasa bersalah, Ron. Laporkan dia, dan tarik semua pasien yang pernah direkomendasikan."
Kata-kata Erin terngiang jelas di telinga Ronnie. Membuatnya tak bisa tenang sejak pagi. Detektif Scope baru datang dari sebuah penyelidikan di luar kota–sepekan penuh. Dia pasti tidak ingin diganggu dengan sebuah laporan yang Ronnie tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Erin mengirim pesan, membuat Ronnie semakin gelisah. Seharusnya dia bisa lebih tenang menghadapi masalah sepele seperti ini. Cukup dilaporkan dan semua akan beres dalan waktu singkat.
Apa susahnya?
"Boss, bisa minta waktu sebentar?"
Detektif Scope mengangkat wajah dan kedua anggota polisi itu saling bertatapan sejenak. Dari tatapan atasannya, Ronnie sudah bisa menafsirkan bahwa atasannya itu sedang tidak ingin diganggu. Dia lalu membalik badan hendak kembali ke bangkunya.
"Hei, kembali. Katakan dalam satu menit."
Ronnie membalik badan setelah sebelumnya menarik napas panjang. "Ini tidak akan lama boss. Hanya saja, banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan. Karena Erin telah …"
"Waktumu tiga puluh detik lagi …"
Ronnie menelan ludah. Jangan main-main dengan waktu bila berhubungan dengan Detektif Scope. Anggota polisi teladan karena tak pernah terlambat. Jam berapapun janji yang diucapkannya–meski jam 00.01–dia akan muncul mendahului yang lain.
"Ini tentang Psikiater yang aku rekomendasikan. Aku tidak menyangka bila perbuatannya benar-benar membuat aku tidak bisa tidur. Sebelumnya, beberapa kasus yang ditanganinya berhasil dengan baik, bukan? Kasus wanita yang bunuh diri tapi gagal, suami yang hendak dibunuh istrinya tapi malah membunuh istrinya, terus ada lagi … aku lupa."
Detektif Scope melipat tangan di meja. "Duduklah Ronnie."
Ronnie mengangguk. Lalu dengan cepat duduk di hadapan Detektif Scope. Sebenarnya dia agak gugup, tapi sebagai anggota polisi dia harus bisa mengendalikan kegugupannya. Erin sudah mengajarinya sejak mereka menikah. Jadi, semendebarkan apapun, Ronnie tinggal menarik napas panjang untuk meredakannya.
Detektif Scope menunggu Ronnie menghembuskan napas berkali-kali. Seluruh kesatuan ini tahu, bagaimana Ronnie yang mudah sekali gugup. Itulah sebabnya dia tak pernah dilibatkan dalam kegiatan di luar kantor. Tugasnya hanya merapikan dan membuat laporan. Untuk menghadap Detektif Scope saja, butiran keringat sudah menghiasi pelipisnya–dan dia berkali-kali mengusapnya.
"Ada apa Ronnie?" tanya Detektif Scope datar. Dia tak ingin menaikkan nada suara, khawatir Ronnie malah semakin gugup dan akhirnya malah bungkam. "Apa pekerjaanmu beres selama aku pergi?"
"Tentu saja, Boss. Semua sudah ada di lemari."
"Bagus. Sekarang, ceritakan tentang Linda Hall. Aku siap mendengarkan, sepanjang waktu yang kau butuhkan."
Ronnie mengangguk. "Lebih dari satu menit?"
"Bahkan satu jam." Detektif Scope melebarkan senyum, membuat Ronnie lebih tenang.
"Kemarin aku mengunjungi Linda Hall, Erni yang mengajakku. Kami membawakan dia makanan dan anakku ternyata mudah akrab dengannya. Dia memang tidak menunjukkan perkembangan yang berarti selama sesi terapi. Karena dia hanya mengingat orang-orang yang setiap hari berada di sekitarnya. Foto pernikahannya yang terpajang di dinding, baginya adalah foto asing yang dia merasa tidak perlu mengetahuinya."
Detektif Scope mengernyit kening. "Foto dia dengan suaminya?"
Ronnie mengangguk.
"Hm, itu salah satu ingatan, Ronnie. Dia tidak merasa perlu tahu, pasti dia punya alasan. Dan itu salah satu data yang harus kau catat."
Ronnie menggaruk kepalanya yang menjadi gatal. "Aku tidak tahu kalau itu harus kutulis. Kurasa yang perlu ditulis adalah hubungan dia dengan terapisnya. Andre Smith."
"Hubungan apa?"
"Mereka berciuman di depan Erni."
Detektif Scope membuka lipatan tangan, lalu mengambil buku catatan di laci mejanya. "Ini data yang menarik, Ronnie. Katakan padaku, bagaimana mereka berciuman. Apakah Andre Smith memaksa Linda atau sebaliknya, atau mereka melakukannya seperti sepasang kekasih?"
Ronnie termangu sebentar. "Erni yang melihat semuanya. Dan dia sangat marah, karena dia menganggap Andre Smith telah memanipulasi pasien. Dan dia curiga, beberapa pasien perempuan diperlakukan sama oleh Andre."
"Hmm, lanjutkan Ronnie." Detektif Scope menulis beberapa catatan di buku catatannya. Jadi setelah beberapa sesi terapi, ada hubungan di luar profesional kerja Andre Smith. Apakah hubungan itu sudah terjalin sebelum peristiwa perampokan dan pemerkosaan, atau setelahnya?
"Sudah."
"Sudah?" tanya Detektif Scope kecewa. "Hanya itu?"
Ronnie mengangguk. "Iya, hanya itu yang dilihat Erni."
"Aku perlu memanggil istrimu untuk memberikan kesaksian. Ini bisa menjadi salah satu bukti–bila nanti Andre Smith ternyata tidak bekerja sama dengan baik dengan kepolisian. Aku perlu data semua pasien Andre Smith."
Ronnie tercekat. Tidak mengira dengan satu laporan saja, Detektif Scope bisa mengembangkan penyelidikan menjadi menyelidiki Andre Smith. Ronnie tiba-tiba merasa bersalah telah menempatkan Andre dalam status diselidiki. Ditambah, Erni akan diminta memberikan kesaksian. Istrinya bisa jadi akan menceritakan semua hal tentang Andre, bahkan meski tidak berhubungan dengan Linda Hall. Entah mulut wanita memang demikian ataukah Erni yang sedang sekali menggunjing orang.
Sepulang dari rumah Linda saja, sepanjang jalan mulutnya tak berhenti mengeluarkan praduga-praduga pada Andre. Termasuk hubungan menceritakannya dengan Nyonya Smith, istri mendiang kakaknya. Nyonya Smith yang posesif seolah ibu tiri Andre yang selalu mengabsen Andre bila terlambat pulang. Belum lagi rumor kematian kakak kandung Andre Smith, sehari setelah kedatangan Andre di kota ini.
Dan masih banyak lagi.
"Tapi, Boss. Aku tidak ingin Andre menjadi terlibat atau dijadikan tersangka. Dia orang yang baik."
Detektif Scope melihat manik-manik keringat di pelipis Ronnie semakin banyak bahkan sudah menganak sungai. "Ronnie, percayalah padaku. Ini hanya untuk mengumpulkan data. Penyelidikan Linda Hall masih buntu. Karena semua pelaku sudah dibunuh oleh suaminya sendiri. Tinggal satu pelaku, otak dari perampokan dan pemerkosaan itu yang masih berkeliaran. Dan dia harus kita temukan segera karena sudah pasti membahayakan Linda Hall. Jadi, kita harus memastikan semua orang di sekeliling Linda Hall adalah orang yang aman bagi Linda."
Ronnie mengangguk sembari menghela napas lega. Semoga Erni tidak memarahinya bila nanti dia harus membawa istrinya itu ke Kantor Polisi, menghadap Detektif Scope.
"Ronnie, bisa kau ambilkan aku kopi?"
Ronnie mengangguk, lalu berjalan tegap meninggalkan atasannya. Melihat Ronnie tampak lebih tenang, Detektif Scope pun mengambil gagang telepon dan menelpon sebuah nomor.
"Kurt? Bisa kau hubungkan aku dengan Nyonya Smith? Ya, kakak ipar Andre Smith–terapis rekomendasi kepolisian. Kalau bisa buat janji aku dan kamu bertemu dengannya. Hm, dia mengajar di mana? Kalau begitu, kita saja yang ke sana."