Peter pulang dengan kedongkolan menggunung di dadanya. Sudah tiga bulan ini, usahanya mengembalikan ingatan Linda sama sekali tidak membuahkan hasil. Segala kisah yang diceritakannya pada Linda semenjak kayak iparnya itu pulang dari Rumah Sakit, sama sekali tidak membantu.
Linda benar-benar menjadi orang asing. Saat membuka mata di Rumah Sakit setelah koma satu bulan, dia bahkan tidak mengingat namanya sendiri. Peristiwa perampokan dan pemerkosaan yang dialaminya kemungkinan telah menimbulkan trauma mendalam dalam jiwanya, sehingga memerintah otaknya untuk melupakan semuanya.
Peter masih belum bisa memaafkan dirinya. Menurutnya, bila Linda bisa mengingat bagaimana mereka melalui malam romantis sehari sebelum malam pemerkosaan itu dialaminya–Linda akan mengingat semuanya. Nyatanya Linda sama sekali tidak ingat, bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang bermain di belakang suami Linda dan istri Peter. Padahal sudah dua tahun mereka menjalaninya–tanpa ada seorangpun yang tahu. Termasuk suami Linda dan istri Peter. Bahkan Peter menikahi istrinya pun atas permintaan Linda, agar suaminya tidak mengendus hubungan mereka.
Andre Smith, psikiaternya itu yang sekarang memenuhi kepalanya.
Andre memang lelaki yang menarik. Setahunya, lelaki itu masih lajang. Mungkin Linda merasa lebih aman menjalin hubungan dengan psikiaternya, daripada dengan Peter yang sudah punya anak dan istri.
Kesalahan Peter yang disesalinya selama tiga bulan ini adalah, dia membawa istri dan anaknya ke Rumah Sakit untuk menengok Linda. Dan saat itu bertepatan dengan Linda membuka mata dan mendapati bahwa adik iparnya sedang menengok dirinya.
"Sialan!" Peter memukul setir. Dia masih berada di dalam mobil, meski sudah mematikan mesinnya. Garasi sudah tertutup otomatis, membuatnya tidak perlu turun dari mobil. Peter menekan wajahnya di kemudi, berusaha memutar otak.
Dia masih belum putus asa untuk mengembalikan ingatan Linda. Namun bila Andre masih saja ditemui Linda sepekan dua kali, bukan tidak mungkin kedua orang itu akan menjadi sepasang kekasih. Dan Peter tidak akan punya kesempatan untuk masuk kembali ke dalam ingatan Linda. Sepertinya dia harus menghubungi Detektif Scope untuk menghentikan sesi terapi Linda–agar Linda tidak lagi bertemu dengan Andre. Toh, tidak ada hasilnya sama sekali.
Peter yakin, Andre mencumbui Linda saat Linda diterapi. Menghipnotisnya agar mau dan tunduk, bahkan jatuh cinta pada Andre. Kalau tidak, mushtail Linda menolaknya. Apalagi saat keduanya sama-sama sudah berhasrat seperti tadi.
Peter kembali memukul setir mobil.
"Sayang …"
Sebuah ketukan di jendela mobil membuat Peter menyadari bahwa dia kini berada di rumahnya. Marry istrinya, sudah berada di sebelah mobil–memakai piyama. Kedatangan Peter pasti sudah membangunkannya.
Peter keluar dari mobil dan Marry menyambutnya dengan sebuah ciuman. Peter sedang tidak berminat membalasnya.
"Bagaimana Linda?" tanya Marry dengan tatapan khawatir.
Melihat istrinya khawatir, Peter menjadi merasa bersalah–sedikit. Marry sangat perhatian pada Linda, dari dulu. Apalagi setelah peristiwa perampokan dan pemerkosaan yang dialami iparnya itu. Dia benar-benar prihatin, bahkan menangis semalaman saat Linda dinyatakan koma karena benturan keras di kepalanya.
Peter menggeleng. "Kurasa, terapi itu tidak membuahkan hasil. Linda bahkan …"
"Kenapa dia?" tanya Marry khawatir.
Peter menggeleng kuat-kuat. Di hadapan istrinya, dia tak boleh menunjukkan apapun tentang hubungan gelapnya selama dua tahun. Selama ini, dia selalu piawai bersandiwara.
Peter merapikan anak rambut Marry di belakang telinga, lalu tangannya turun ke leher, ke belahan piyama dan membuka baju piyama istrinya perlahan.
"Jangan bilang kau memakai boxer-ku," goda Peter ketika Marry membantunya membuka piyamanya lebar-lebar. Melihat Marry yang menawarkan dirinya, hasrat Peter perlahan bangkit. Linda tidak bisa memenuhi hasratnya, maka pada Marry dia akan mendapatkannya malam ini. Toh tak ada bedanya saat menyatu.
"Kau mau di dalam mobil?" bisik Peter di telinga istrinya, sembari meninggalkan tanda kekuasaannya di leher Marry.. Marry terkikik geli. Terlalu lama bila harus ke kamar mereka, di lantai dua. Apalagi bila Jason–anak mereka sampai terbangun. Namun sungguh tidak lucu bila Jason memergoki mereka berdua di garasi.
Kamar mereka adalah tempat yang paling aman–dan nyaman.
Marry sangat yakin Peter mencintainya, bahkan lebih dari sebelumnya. Sejak Linda mengalami koma, dia dan suaminya semakin sering bersama. Peter menjadi lebih perhatian dan protektif.. Marry memahami, Peter pasti tidak ingin dia mengalami nasib yang sama dengan kakak iparnya.
Apa yang dialami Linda memang sangat tragis. Di hari ulang tahun perkawinannya, saat menunggu suaminya pulang–dia justru dirampok dan diperkosa.
Sudah empat bulan, sejak peristiwa itu terjadi, Marry melihat perubahan besar pada Peter. Peter tidak lagi banyak beralasan sedang bertugas mengirim barang ke luar kota. Dia lebih banyak di rumah dan mengerjakan semua pekerjaannya dari ponsel.
Dan hari ini dia akan memberi kabar mengejutkan untuk lelaki yang menikahinya karena kecelakaan itu. Ya, Jason Hall anak mereka sudah bersemayam tiga bulan di rahimnya saat mereka menikah.
Semula Peter menyangkal bila janin dalam rahim Marry adalah anaknya, bahkan menuduh Marry bisa saja tidur dengan lelaki lain. Marry tak membantah, juga tidak mengaku, karena memang dia juga tidur dengan lelaki lain. Namun entah kenapa, seminggu kemudian Peter datang dan mengajaknya menikah. Padahal, Marry sudah memutuskan hendak pindah ke kota lain–karena lelaki lain itu pun tak bersedia menikahinya.
"Peter, aku tidak bisa membayangkan bila Linda sampai hamil karena perkosaan yang dialaminya."
Peter yang masih memeluk Marry perlahan melepaskan pelukannya, lalu duduk di tepi ranjang. Marry tiba-tiba merasa khawatir telah menyinggung perasaan Peter. Karena sejak Linda koma dan suaminya dipenjara, Peter yang bertanggung jawab mengurus semua keperluan Linda.
"Tidak usah kau pikirkan sejauh itu," ucap Peter sembari memunggungi istrinya. Dan sejurus kemudian dia merasakan pelukan erat Marry dari belakang.
"Bila sampai dia hamil dan punya anak, apa kita yang harus merawat anaknya?".
Peter terdiam. Memejam mata, mereka ulang malam sebelum peristiwa itu terjadi. Malam romantis pertama dan terakhir yang tak bisa dilupakannya. Sejak dua tahun menjalin hubungan gelap di belakang suami Linda, baru di malam itu mereka berdua menyatukan cinta. Dan bila Linda hamil, bisa jadi itu itu adalah anaknya. Bisa jadi juga anak dari pemerkosanya.
"Kau keberatan?" tanya Peter–merasa aman menatap cermin di hadapannya. Marry biasanya sangat pandai menangkap perubahan air muka dan gestur tubuh. Namun untunglah selama ini Peter punya cara jitu untuk menutupi hubungan asmaranya dengan Linda. Saat sampai di rumah, jangan pernah menolak Marry untuk bercinta.
"Hmm, bagaimana ya?"
Peter mengernyit kening, lalu perlahan membalik badan. Menatap Marry yang tersenyum-senyum ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Peter mulai panik. Baru kali ini Marry menyatakan keberatan untuk urusan Linda Hall. Selama ini, hubungan kedua wanita ini baik-baik sebagai sesama ipar. Baik Peter maupun Linda, sangat lihai menyembunyikan hubungan mereka. Apalagi dari suami Linda yang posesif.
Marry turun dari ranjang dan mengambil sesuatu dari laci meja. Sebuah benda putih dengan ujung biru, mirip ballpoint. Lalu menyerahkannya pada Peter.
Peter menatap dua tanda garis di benda berwarna putih di tangannya.
"Apa ini?"
"Jason mau punya adik."