Chereads / Fall (in) Love, Again? / Chapter 9 - 8. Langkah Pertama Rafa

Chapter 9 - 8. Langkah Pertama Rafa

Rafa duduk di sebuah warung kopi yang terletak tidak jauh dari tempat karaoke yang ia kunjungi tadi. Daripada cafe, Rafa lebih memilih untuk nongkrong di warung kopi kecil seperti ini. Selain harganya yang murah, rasanya juga tidak kalah bila di banding dengan kopi yang ada di cafe. Dan di warung ini Rafa bebas melakukan apapun, termasuk merokok dan meminum wine dengan sepuasnya tanpa ada yang melarang.

Rafa mengambil ponselnya dan memperhatikan nomor Flora yang sudah Luna kirimkan tadi kepadanya. Rafa ingin mengirimkan pesan kepada Flora, tetapi Rafa juga bingung harus mengirimkan pesan apa ke gadis itu. Kalimat apa yang akan Rafa gunakan untuk memulai percakapan mereka.

Rafa mengacak rambutnya. Tidak seperti biasanya Rafa menjadi gelisah seperti ini hanya karena ingin mendekati seorang gadis. Biasanya Rafa akan terang terangan mendekati dan menggodanya. Dan bukan perkara sulit juga bagi Rafa untuk melakukan itu. Tetapi dengan Flora, rasanya berbeda. Rafa tidak berani untuk mendekati gadis itu secara terang terangan. Mengirimkan pesan singkat saja Rafa tidak berani. Itu artinya Flora memang berbeda dengan semua gadis yang pernah Rafa dekati. Flora spesial.

"Lagi ngapain, Raf?" Rio, salah satu teman Rafa di warung ini datang dan duduk di samping Rafa saat ia melihat lelaki itu tampak gelisah di tempatnya. Rio melihat ke arah layar ponsel Rafa yang menampilkan beranda pesan dengan nama Flora. Rio langsung mengerti dengan apa yang terjadi. Rafa ingin mengirimkan pesan kepada gadis yang bernama Flora itu tetapi ia merasa malu. Rio berlaih menatap Rafa dan tersenyum menggoda. "Kalo mau di chat, chat aja kali. Nggak usah pake nunggu lagi."

"Apaan si lo. Sok tahu banget," kata Rafa sembari mendorong Rio untuk menjauh darinya.

Rio tertawa meledek. "Billy mana? Tumben nggak bareng sama lo."

"Billy lagi di D'zone. Biasa, aktifitas malam dia," jawab Rafa.

"Lo nggak ikut, biasanya lo selalu bareng sama dia," kata Rio lagi. Bukan rahasia umum lagi soal Rafa dan Billy yang suka pergi ke tempat karaoke. Rio juga sesekali ikut bersama keduanya saat Rio sedang ada masalah dan ingin menyegarkan matanya.

"Absen dulu malam ini," jawab Rafa. Rafa kembali menatap layar ponselnya. Kalimat apa yang harus Rafa katakan kepada Flora sebagai awalan.

"Chat aja kali, Raf," goda Rio saat melihat Rafa semakin gelisah di tempatnya. "Lo bisa chat dia dengan panggil namanya atau chat dengan kata Malam. Apa susahnya, sih."

"Gue malu," kata Rafa. Rafa membayangkan bagaimana nantinya reaksi Flora saat membaca pesannya. Apa Flora akan risih jika Rafa mengiriminya pesan.

"Malu?" beo Rio. "Punya malu juga lo," ledek Rio tertawa.

"Bangsat!" maki Rafa sembari menoyor kepala Rio dengan sedikit keras. "Pergi sana lo. Gue nggak butuh lo."

"Biasa aja dong," kata Rio. "Tapi Flora siapa, sih?"

Rafa terdiam sejenak. Flora adalah satu satunya orang yang membuat Rafa kembali jatuh cinta setelah sekian lama. Hanya dengan melihat Flora saja sudah mampu membuat hati Rafa bergetak. Dan entah mengapa, Rafa ingin dekat dan menjadi kekasih gadis itu.

"Cewek yang gue suka," kata Rafa. "Tapi gue bingung gimana mau nge chat duluan."

"Pake cara yang gue bilang aja," saran Rio. Rio ini playboy dan ia sudah biasa mendekati gadis manapun dengan berbagai cara. "Chat dia pake nama namanya aja. Tapi jangan spam chat. Biar dia penasaran sama lo."

"Gitu ya," Rafa masih ragu. Bagaimana jika Flora eilfeel kepadanya.

"Gitu aja, Rafa," desak Rio. "Chat sekarang aja. Nggak usah ngulur ngulur waktu lagi."

"Oke deh."

Rafa menarik nafasnya sejenak kemudian menghembuskannya secara perlahan. Padahal ia hanya ingin mengirim pesan singkat kepada Flora, tetapi Rafa merasa sangat gugup.

Rafa membuka beranda obrolannya lagi dengan Flora dan mengetik pesan kepada Flora

Rafa :

Haii, Ra.

Dengan ragu, Rafa menekan tombol kirim dan otomatis pesan itu sudah terkirim kepada Flora. Jantung Rafa berdetak dengan kencang. Rafa menunggu balasa dari Flora, tetapi nihil. Sudah lima belas menit berlalu, Flora belum juga membalas pesannya itu.

"Di balas?" tanya Rio.

"Nggak," jawab Rafa sendu. "Mungkin dia risih gue chat kayak gitu."

"Lo kenapa jadi pesimis kayak gini sih," kata Rio sembari menepuk pundak Rafa. "Mungkin aja dia lagi nggak megang hape. Makanya dia belum balas chat lo. Positif thinking aja."

Rafa mengangguk pelan. Lebih baik ia menunggu Flora membalas pesannya saja. Dan jangan mengirimkan pesan tambahan lagi sebelum Flora membalasnya. Tetapi Rafa juga bingung memikirkan apa pendapat Flora saat membaca pesannya itu.

****

Flora masuk ke dalam kamarnya setelah acara makan malamnya bersama kedua Orang tuanya selesai. Flora duduk di bangku belajarnya dan membuka buku. Kebiasaan Flora selalu mengulang kembali pelajaran yang sudah di pelajari hari ini sekaligus Flora akan mengerjakan tugas sekolahnya.

Setelah selesai dengan aktifitasnya itu, Flora beralih membuka laptopnya. Jika malam hari seperti ini dan Flora tidak punya pekerjaan yang harus ia lakukan lagi. Flora akan menulis cerita di laptopnya dan mempublikasikannya di blog pribadinya. Tulisan tulisan Flora itu berupa cerpen atau cerita bersambung tentang apa yang terjadi kepadanya. Tak jarang juga, orang orang di sekitarnya ia jadikan menjadi tokoh utama dalam ceritanya. Tetapi tentu saja Flora mengubah sedikit alur ceritanya sehingga menjadi lebih menarik.

Seperti saat ini, Flora sedang menulis cerita tentang kisahnya bersama Jefan. Hubungan yang sudah ia jalani selam dua tahun ini akan Flora tuangkan menjadi bentu cerita bersambung. Diandra ingin membagi pengalaman terbodohnya kepada para pembaca ceritanya itu agar tidak ada lagi yang akan mengalami hal serupa dengannya. Dan nama tokoh itu pun akan Flora samarkan agar tidak ada orang yang bisa menebak cerita siapa yang ia tulis itu.

Kurang lebih setengah jam Flora berkutat dengan rangkaian kata katanya. Setelah Flora merasa cukup untuk malam ini, Diandra menutup kembali laptopnya itu.

"Maaf ya Jefan, gue pake kisah kita buat cerita gue," kata Flora sembari tertawa. Alasan yang membuat Flora lebih suka menceritakan kisahnya sendiri daripada harus berhalusinasi adalah karena kisah yang benar benar terjadi itu akan lebih nyata masuk ke dalam hati pembacanya.

Flora melangkah menuju nakasnya dan mengambil ponsel yang sudah ia letakkan beberapa jam yang lalu. Flora melihat ada beberapa pesan dari grup kelasnya. Luna yang ingin curhat kepadanya. Diva yang meminta referensi untuk cerita yang akan ia baca selanjutnya. Jefan yang menelfonnya beberapa kali dan nomor yang tidak Flora kenali.

Flora mengernyitkan keningnya dan membuka pesan itu terlebih dahulu. Hanya pesan singkat yang tidak ia ketahui siapa pengirimnya. Jari Flora beralih membuka display picture nomor yang tidak ia kenali itu dan Flora cukup terkejut saat melihat siapa yang berada di foto itu.

"Rafa?"