Rafa membuang rokok yang baru ia hisap sekali dan menginjaknya. Rafa membelalakkan matanya saat melihat pesan singkat dari Flora itu. Rafa tidak menyangka jika Flora mau mengirimkannya pesan.
Rio yang sedang berada di samping Rafa mengernyitkan keningnya melihat apa yang Rafa lakukan. "Kenapa lo?"
Rafa mengalihkan pandangannya ke Rio sembari menggelengkan kepalanya perlahan. Rio tidak perlu mengetahui apa yang terjadi. Rafa juga tidak mau Rio tahu jika ia lemah saat berhadapan dengan Flora. Bisa hilang harga dirinya di depan Rio.
Rafa berdiri dari duduknya dan mengambil tasnya di atas meja. Rafa memang belum pulang kerumah semenjak tadi siang. Dan setelah mendapat pesan dari Flora, Rafa memutuskan untuk pulang kerumahnya.
"Gue balik duluan," kata Rafa sembari berjalan menuju ke motornya terparkir.
Rio hanya diam saja dan memandang ke arah Rafa yang sudah pergi dengan motornya. Rio merasa ada yang berbeda dengan Rafa akhir akhir ini. Lelaki itu jarang pergi ke club atau room karaoke seperti biasanya. Sekarang Rafa lebih sering duduk di warung sembari memainkan ponselnya. Ntah apa yang lelaki itu lakukan dengan ponselnya itu.
Sementara Rafa sudah sampai kerumahnya. Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di kasur. Rafa mengambil ponselnya dan membaca ulang pesan dari Flora itu.
Flora : Haii Raf.
Rafa tersenyum manis membaca pesan itu. Hanya pesan singkat namun bisa membuat perasaan Rafa jungkir balik. Rafa merasa sangat senang karena Flora mengirimkan pesan kepadanya. Itu tandanya Rafa harus maju untuk merebut hati gadis itu.
Rafa menghela nafasnya sejenak dan membalas pesan gadis itu.
Rafa : Haii, Flo. Ada apa ya?
Rafa menatap layar ponselnya setelah membalas pesan dari Flora itu. Lima menit, Rafa tidak kunjung mendapat balasan dari Flora. Rafa tetap menunggu balasan pesannya itu dengan bersiul pelan. Satu jam berlalu, tetap tidak ada balasan dari Flora. Hingga sampai Rafa tertidur pun, Flora tidak kunjung membalas pesannya.
***
Flora berjalan sendiri di koridor utama sekolahnya menuju kelasnya. Tepat di ujung koridor, Flora melihat Rafa berdiri sendiri dengan baju yang di keluarkan dari tempatnya. Flora menghela nafasnya dan tetap berjalan pelan melewati Rafa.
"Flo..."
Flora menghentikan langkahnya dan beralih menatap Rafa. Flora tersenyum tipis ke arah lelaki itu. "Hai, Raf."
Rafa sebenarnya enggan untuk memanggil Flora. Rafa masih suka gugup saat berbicara dengan Flora. Mungkin efek karena ia mencintai gadis itu. Namun karena pesannya yang tak kunjung Flora balas, Rafa jadi ingat memanggil gadis itu dan mengobrol dengannya.
"Tadi malam kenapa nggak balas chat gue?" tanya Rafa to the point.
Flora menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ntah apa yang harus Flora katakan kepada Rafa. Flora juga bingung mengapa ia bisa mengirimkan pesan kepada Rafa. Semuanya terjadi begitu saja. Namun saat mendapat balasan dari Rafa, Flora tidak tahu harus mengatakan apa.
"Gue udah tidur pas lo balas chat gue, Raf," kata Flora berbohong. Tadi malam Flora masih membaca balasan dari Rafa itu.
Rafa manggut manggut mengerti. "Terus lo ngapain ngechat gue? Ada yang mau lo tanyain atau sampain sama gue?"
Flora terdiam dan mengigit bibir bawahnya. Flora bahkan tidak tahu mengapa ia mengirimkan pesan kepada Rafa.
Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Flora, Rafa kembali berkata. "Flo, kok diam?"
Flora mengalihkan pandangannya ke arah lain sejenak dan kembali menatap Rafa. Apa yang harus ia katakan kepada gadis itu. "Nggak papa. Gue cuma iseng aja nge chat lo tadi malam. Gue ganggu, ya?"
Rafa sedikit sakit hati karena Flora mengatakan hanya iseng saja mengirim pesan kepadanya. Namun Rafa berusaha untuk biasa saja. "Nggak ganggu, kok. Cuma gue heran aja kenapa tiba tiba lo nge chat gue."
Tiba tiba saja Luna datang dan bergabung dengan mereka. Flora mendesah lega karena ada yang mengalihkan pembicaraan mereka. Namun berbeda dengan Rafa yang memasang wajah kecutnya. Rafa masih ingin mengobrol berdua dengan Flora.
"Ngapain lo berdua disini?" tanya Luna sembari menatap Flora dan Rafa bergantian. "Pacaran?"
"Pacaran gimana sih, gue sama Rafa cuma teman," kata Flora. Sedikit trauma dengan kata Pacaran.
"Ngapain disini, Raf?" tanya Luna sembari menaikkan sebelah alisnya ke atas. "Biasanya jam segini lo di taman belakang."
"Bukan urusan lo," kata Rafa dengan ketus.
"Raf, gue sama Luna duluan ke kelas, ya," kata Flora.
Tanpa menunggu jawaban dari Rafa, Flora segera menarik tangan Luna untuk pergi dari hadapan Rafa. Rafa menatap kepergian Flora dan Luna itu dengan senyum kecutnya. Mengapa susah sekali untuk ia mendapatkan hati Rafa. Rafa hanya ingin dekat dengan Flora. Namun sepertinya semesta tidak mendukung keinginannya itu.
***
Jefan menatap perbincangan Rafa dan Flora dari jarak jauh. Sekarang hanya ini yang bisa Jefan lakukan. Menantau pergerakan Rafa dan Flora. Jefan tahu jika Rafa menyukai Flora dan ingin dekat dengan mantannya itu. Namun Jefan tidak akan membiarkan Rafa mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Sekarang hobi baru lo lihatin Flora dari jauh ya?" tanya Sonya yang tiba tiba berdiri di samping Jefan. Sonya meletakkan lengannya di bahu Jefan.
"Lo ngapain disini?" tanya Jefan dengan datar kepada Sonya. Karena gadis inilah Flora memutuskan hubungan dengannya.
"Lagi ngelihatin lo lihatin Flora dari jauh," kata Sonya dengan entengnya. "Kenapa nggak coba move on aja dari Flora. Flora aja udah bisa buka hati sama cowok lain. Masa lo nggak bisa."
Jefan beralih menatap Sonya dengan tatapan dingin. "Lo tau kenapa gue sama Flora putus? Itu karena lo! Gara gara lo, gue putus sama Flora."
"Kenapa karena gue?" Sonya menunjuk dirinya sendiri. Tidak terima jika ia di salahkan dengan apa yang sama sekali tidak ia lakukan. "Lo sendiri yang ngajakin gue sama Tiana pergi. Lo juga yang nyuruh Tiana untuk hapus foto itu biar Flora nggak lihat. Terus kenapa lo salahin gue?"
"Karena lo, Flora mutusin gue. Dia cemburu sama lo, Sonya!" tegas Jefan. Kehadiran Sonya ke kehidupannya memang membuat hubungan dan Flora rusak. "Harusnya dari awal emang gue nggak dekat sama lo. Harusnya gue nggak pergi sama lo dan Tiana."
"Dan sekarang nggak ada yang bisa lo lakuin selain terima Flora mutusin lo," kata Sonya dengan menatap mata Jefan dengan penuh peringatan. "Lo sama Flora emang nggak cocok. Jadi mending lo move on."
Jefan menghela nafasnya dan berlalu dari hadapan Sonya. Tidak ada gunanya Jefan berbicara dengan Sonya. Sonya tidak akan pernah tahu apa yang ia rasakan. Jefan masih sangat mencintai Flora dan tidak ingin kehilangan gadis itu. Tidak untuk saat ini.