Flora berdiri di koridor ujung sekolahnya yang berhadapan langsung dengan pagar. Flora melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Dari tadi Flora menghabiskan waktunya di perpustakaan dengan membaca novel yang di sediakan disana. Flora bahkan tidak sadar hika hari sudah mulai menggelap.
"Pulangnya gimana, ya," keluh Flora sembari menghela nafas lelahnya. Flora memang tidak membawa kendaraan ke sekolahnya. Biasanya Luna atau Diva yang akan mengantar Flora pulang kerumah. Namun saat ini Flora tidak mungkin mengabari sahabatnya itu.
Saat Flora hendak melangkahkan kakinya, tiba tiba saja Rafa berdiri disampingnya. Flora mengurungkan niatnya untuk pergi dan beralih menatap Rafa yang sudah menyapanya lebih dulu.
"Flo," panggil Rafa. "Belum pulang?"
Flora menggelengkan kepalanya. "Ini mau pulang. Tadi sibuk baca novel di perpustakaan sampai lupa waktu."
Rafa manggut manggut mengerti. "Mau pulang naik apa?"
"Paling naik taksi," jawab Flora dengan senyum tipisnya. "Lo kenapa belum pulang?"
Sebenarnya tadi Rafa sudah pulang dari sekolah. Rafa juga sudah nongkrong di warung yang biasa ia kunjungi. Tetapi tiba tiba saja Luna mengabari Rafa jika Flora masih ada di sekolah. Luna juga mengatakan kepada Rafa untuk menjemput Flora dan mengantarnya pulang agar hubungan mereka semakin dekat. Tentu saja setelah mendapat kabar dari Luna itu, Rafa langsung bergegas pergi ke sekolahnya. Rafa berada di luar perpustakaan dan menunggu Flora keluar. Dan saat Rafa melihat Flora berdiri di ujung koridor, Rafa langsung mendekati gadis itu.
"Tadi ada barang yang ketinggalan di kelas," kata Rafa berbohong. "Makanya balik lagi disini."
Flora manggut manggut mengerti dan kembali menatap ke depan. Flora memang susah bergaul dengan orang yang baru ia kenal. Flora lebih sering diam di depan orang yang ia kenal dan akan menjadi orang yang paling ribut di depan orang yang sudah akrab dengannya seperti Luna dan Diva.
"Flora..."
Flora mengalihkan pandangannya ke arah Rafa lagi sembari mengernyitkan keningnya. "Kenapa?"
Rafa terdiam sejenak, di lihat dari sedekat ini Flora sangat cantik. Rafa selalu terpesona dengan kecantikan Flora. Mungkin bagi sebagian orang, Flora biasa saja. Namun tidak untuk Rafa. Rafa merasa Flora sangat cantik dan sangat istimewa untuknya.
"Kenapa, Raf?" tanya Flora saat Rafa hanya diam saja.
Rafa tersadar dan segera mengusap wajahnya. "Pulang sama gue aja. Biar gue anterin lo pulang."
"Nggak usah," tolak Flora tidak mau merepotkan. "Gue bisa pulang sendiri. Lagian gue juga nggak mau ngerepotin lo."
Rafa terkekeh pelan. Rafa tidak akan merasa di repotkan, yang ada Rafa akan merasa sangat senang jika Flora mau menerima ajakannya.
"Nggak ngerepotin," kata Rafa. "Gue anterin aja, daripada lo pulang sendiri. Taksi juga belum tentu ada yang lewat. Daripada lo harus nunggu lama, mending sama gue aja."
Flora tidak menjawab ucapan Rafa itu. Flora bukan mau menolak niat baik Rafa, tetapi Flora selalu merasa canggung saat berhadapan dengan lelaki lain apalagi sampai pulang bersama.
Flora baru beberapa kali berpacaran. Dan yang paling lama bersama Jefan. Semenjak bersama Jefan pun, Salsha tidak pernah lagi berhubungan atau sampe berboncengan dengan lelaki lain. Flora terlalu fokus kepada Jefan. Sampai akhirnya lelaki itu menorehkan luka yang teramat dalam untuknya, sampai ia menjadi trauma.
"Gue bisa pulang sendiri, Raf. Makasih," kata Flora menolak.
Rafa sudah tahu jika Flora akan menolak ajakannya ini. Namun kali ini Rafa akan berupaya agar Flora mau pulang bersama dengannya. Ini bisa menjadi langkah Rafa untuk lebih dekat dengan Flora. Lagipula, Rafa sudah ada disini. Rafa tidak akan usahanya terbuang sia sia.
"Gue nggak akan ngapa ngapain lo, Flo. Nggak usah takut sama gue," kata Rafa meyakinkan Flora. "Gue cuma mau nganterin lo pulang. Nggak ada maksud lain."
Flora menghela nafas panjangnya dan menganggukkan kepalanya. Flora terpaksa pulang bersama Rafa karena tidak tega menolak ajakannya itu. Di samping itu Flora juga tidak tahu harus pulang bersama siapa nanti.
"Mau kan?" tanya Rafa lagi.
Flora menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Iyaa. Tapi kalo nggak ngerepotin lo."
Rafa tersenyum senang. Akhirnya Flora mau pulang bersama dirinya. Satu langkah yang sangat bagus. Rafa yakin secepatnya Flora akan menjadi miliknya.
"Tunggu disini, gue ambil motor di parkiran dulu."
Rafa pun melangkahkan kakinya menuju parkiran untuk mengambil motornya. Senyum manis tidak hilang dari wajah Rafa. Sudah sejak lama Rafa menanti nantikan momen ini. Dan sekarang semuanya terwujud.
Sebelum kembali menemui Flora dengan motornya, Rafa terlebih dulu mengirimkan pesan kepada Luna dan mengatakan rencananya berhasil. Rafa tentu saja merasa senang karena ada yang memberikan support kepadanya. Luna selalu mendukung jika ia mendekati Flora.
Setelah mengirimkan pesan tersebut kepada Luna, barulah Rafa menjalankan motornya menuju tempat Flora berdiri tadi. Rafa mengehentikan motornya tepat di depan Flora dan mengajak gadis itu untuk naik ke atas motornya.
"Yuk."
Flora menganggukkan kepalanya dengan pelan dan duduk di belakang Rafa. Flora merasa asing dengan ini semua karena biasanya Flora selalu bersama Jefan. Dan ini untuk pertama kalinya bagi Flora pulang bersama orang lain selain Jefan. Jika terus saja terbayang dengan masa lalunya, bagaimana Flora akan bisa melupakan Jefan?
"Udah?" tanya Rafa.
"Udah..."
Rafa tersenyum di balik helm yang ia pakai dan mulai menjalankan motornya keluar dari pekarangan sekolah dan bergabung dengan pengendara lain di jalan raya. Keinginan Rafa untuk berboncengan dari beberapa tahun yang lalu akhirnya menjadi kenyataan. Kebahagiaan tentu saja terlihat di wajah Rafa.
"Rumah lo dimana?" tanya Rafa.
"Di jalan Cempaka, nomor 2," jawab Flora dengan singkat.
Rafa menganggukkan kepalanya dari balik helm dan menjalankan motornya menuju rumah Salsha. Keadaan di antara mereka hening. Tidak ada lagi yang bersuara. Rafa baru menyadari jika Flora sangat pendiam. Sangat berbeda dari Flora yang Rafa perhatian secara diam diam saat bersama Luna dan Diva. Rafa sampai kebingungan untuk mencari bahan obrolan dengan Flora.
Tidak ingin kebersamaan mereka hanya dengan mengantar Flora saja, Rafa berniat untuk mengajak Flora makan sebentar. Dengan penuh harapan, Rafa pun mulai berbicara.
"Flo, lapar nggak?"
Flora yang sedari tadi hanya diam saja sembari menatap pemandangan disepanjang jalan pun beralih menatap ke depannya. Flora bisa melihat wajah Rafa di balik kaca spionnya.
"Kenapa?" tanya Flora.
"Mau makan dulu, mau?" tanya Rafa. "Ada warung sate yang enak banget di sekitar sini."
Flora ingin menolak ajakan Rafa itu tetapi ia merasa tidak tega. Maka hal yang bisa Flora lakukan hanya mengangguk kepalanya.
"Boleh. Makan dulu aja."
"Mama lo nggak marah kalo pulangnya malam?" tanya Rafa lagi.
"Nggak kok, santai aja," kata Flora.