Setelah beberapa hari menghindar dari Luna dan Flora, kini Diva kembali bergabung bersama keduanya. Semua itu juga karena Flora yang terus mengajak Diva untuk bergabung lagi bersama mereka. Flora merasa tidak ada masalah dengan Diva, maka dari itu Flora bersikap seperti layaknya sahabat kepada gadis itu.
Saat ini Flora dan kedua sahabatnya itu sedang menikmati waktu istirahat di kantin. Ketiganya sedang makan dan mengobrol singkat. Sikap Diva memang masih sedikit berubah. Sekarang Diva berubah menjadi pendiam dan tidak banyak bicara. Padahal dulu, Diva adalah gadis yang aktif dan cerewet.
"Weekend kalian kemana?" tanya Luna sembari menatap Flora dan Diva bergantian.
Flora memasukkan bakso ke dalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan. "Dirumah aja kayaknya. Belum kepikiran mau kemana gitu."
"Kalo lo kemana, Div?" tanya Luna.
"Belum tau," jawab Diva singkat.
"Hangout, yuk. Kita ke salon sama shopping bareng. Mau, nggak?"
Dive menggelengkan kepalanya. "Gue nggak bisa. Kalian berdua aja."
Luna mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Diva itu. "Kenapa nggak bisa sih, Div. Lo juga kan nggak tau weekend mau kemana. Jadi mending pergi sama kita aja."
"Setuju sama kata Luna," kata Flora menambahi. "Ayolah, Div. Udah lama kan kita nggak hangout bareng. Weekend ini kita seru-seruan bareng lagi. Mau ya?"
Diva menatap wajah Luna dan Flora yang menatapnya dengan penuh harap. Sebenarnya Diva juga tidak mengerti mengapa ia jadi bersikap dingin kepada Flora dan Luna. Diva tahu jika keduanya tidak memiliki salah kepadanya. Hanya saja mengetahui jika Rafa menyukai Flora dan ingin mendekati gadis itu membuat Diva sedikit... Cemburu.
Belum sempat Diva menjawab, Rafa dan Billy tiba tiba datang dan bergabung bersama mereka. Diva melihat jika Rafa sengaja duduk di samping Flora sedangkan Billy duduk di sampingnya. Diva jadi merasa sedikit jengkel karena biasanya Rafa selalu duduk di sampingnya.
"Kita boleh gabung disini kan?" tanya Billy basa basi. Padahal ia dan Rafa sudah duduk.
Flora yang tengah asyik memakan baksonya pun tersedak kala melihat Rafa duduk di sampingnya. Flora masih merasa aneh saat Rafa berada di sampingnya. Meskipun sudah beberapa kali keduanya mengobrol.
Rafa yang berada di samping Flora pun segera memberikan minuman dingin kepada Flora yang tersedak. "Pelan-pelan makannya, Flo."
Dengan canggung, Flora mengambil minuman tersebut dari tangan Rafa dan menyeruputnya. "I..yaa."
"Kalian berdua ngapain disini?" tanya Luna kepada Rafa dan Billy.
"Kita lapar, mau makan," jawab Billy dengan enteng. Billy pun menggeser makanan Diva. "Emang nggak boleh kita kesini?"
"Makanan gue Billy," ketus Diva saat Billy memakan makanannya yang masih tersisa banyak.
"Buat gue. Lo tinggal pesan lagi apa susahnya sih."
Flora hanya diam saja dan menatap Diva serta Billy yang berdebat hanya karena makanan. Sementara Rafa mencoba cari-cari kesempatan untuk melirik wajah Flora yang berada di sampingnya. Wajah yang membuat ia jatuh hati kepada gadis itu.
"Kok nggak makan lagi, Flo?" tanya Rafa.
Flora tersadar dan segera mengaduk baksonya. "Iyaa. Di makan lagi."
"Rafa kalo ada Flora lebih kalem, ya. Biasanya juga banyak tingkah," komentar Luna sembari tersenyum menggoda.
Diva seketika beralih menatap Rafa dan membiarkan Billy menghabiskan makanannya. Diva merasa jika Rafa memang menyukai Flora. Dilihat dari sikap dan tatapan lelaki itu saat menatap Flora.
"Gue emang kalem, kan. Nggak banyak omong juga," kata Rafa sembari menatap Flora lekat. Tidak peduli jika saat ini ia sedang bersama sahabat sahabatnya. Yang terpenting sekarang adalah Flora.
"Jadi kalo di depan Flora lo mode kalem, tapi kalo nggak ada Flora lo bobrok?" tanya Luna lagi. "Pencitraan dong lo namanya."
Flora hanya diam saja dan tidak menanggapi apapun yang Luna katakan itu meskipun mamanya disebut. Diam-diam Flora menatap ke arah Diva yang kini hanya diam saja. Tidak seperti biasanya gadis itu selalu banyak omong. Flora semakin merasa ada yang tidak beres dengan Diva.
"Lo bakal lebih kaget lagi kalo tahu sesuatu," kata Billy sembari mengunyah makanannya. Billy juga berbicara dengan sangat antuasias. "Rafa masuk pelajaran akuntansi tadi. Padahal kalian tau kan kalo Rafa nggak suka sama pelajaran itu. Tadi aja dia bilang kalo dia mau bolos. Tapi nggak taunya, dia balik lagi. Kenapa coba? Gue aja sampe heran lihat dia balik."
Seketika pandangan Flora beralih menatap Rafa. Sedangkan yang di tatap hanya memasang wajah polosnya. Sekarang Flora jadi tahu alasan Rafa ada di taman belakang. Lelaki itu memang berniat untuk bolos. Tetapi karena Flora memaksa Rafa untuk masuk, lelaki itu menurut.
"Kenapa tiba tiba masuk, Raf?" tanya Luna. "Sakit lo? Tapi kan kalo sakit harusnya ada di UKS, bukan di kelas."
Dengan menatap Flora intens, Rafa menjawab. "Ada seseorang yang spesial nyuruh gue masuk. Jadi gue masuk."
Luna cengengesan mendengar ucapan Rafa itu. Tanpa perlu bertanya Luna sudah tahu siapa maksud ucapan Rafa itu. Tatapan Rafa sudah menjelaskan semua yang terjadi. Luna merasa bahagia, akhirnya ada kemajuan antara Rafa dan Flora.
Sedangkan Flora mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tersenyum malu-malu. Ucapan Rafa itu membuat Flora salah tingkah. Flora sudah berusaha untuk menutupinya, tetapi ia tidak bisa. Rafa terlalu pintar mengambil hatinya.
"Jadi karena ada yang nyuruh, Raf." Billy sengaja memperjelasnya. "Kayaknya orang spesial itu harus terus terusan nyuruh lo masuk, deh. Biar lo nggak bolos terus."
"Setuju, Bil. Setuju banget," kata Luna mengompori. "Orang spesial Rafa itu harus maksa dia masuk terus. Biar nggak ketinggalan pelajaran. Iyaa dong."
"Tapi masalahnya orang spesial Rafa siapa?" Billy bertingkah pura pura tak tahu. "Lo tahu, Lun?"
"Siapa ya." Luna juga ikut ikutan menggoda Flora. "Siapa, Flo?"
"Apaan sih kok jadi gue," kata Flora berusaha bersikap biasa saja padahal hatinya sedang berdetak kencang sekarang. "Tanya Rafa langsung lah. Kan Rafa yang punya orang spesial."
"Lo nggak tau atau pura pura nggak tau, Flo," goda Luna lagi.
Diva yang tidak tahan berada di tengah-tengah mereka itu pun mengebrak meja dan melangkahkan kakinya pergi dari kantin. Diva tidak suka dengan mereka semua orang menggoda Flora tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.
Semua orang yang berada disana terdiam karena gebrakan Diva yang tiba-tiba itu, tidak terkecuali Flora. Flora terdiam dan menatap punggung Diva yang keluar dari kantin.
"Diva kenapa sih?" tanya Luna yang juga heran dengan tingkah Diva. "Aneh banget akhir-akhir ini."
Rafa juga sebenarnya merasa ada yang berbeda dari Diva. Diva bersikap berbeda dari yang biasanya. Ntah apa yang menyebabkan gadis itu seperti itu. Rafa merasa jika ia tidak melakukan kesalahan kepada Diva.
"Biar gue yang nyusulin Diva. Kalian lanjut makan aja."
Rafa berdiri dari duduknya dan berjalan menemui Diva. Rafa harus berbicara dengan Diva dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepada gadis itu. Flora hanya diam saja dan menatap punggung Rafa yang sudah menjauh. Flora merasakan ada yang aneh dari hatinya saat Rafa pergi menyusul Diva.