Flora menghela nafas panjangnya dan mengikat tali sepatunya yang terlepas. Karena tadi malam Flora keasyikan menonton drama Korea sampai tengah malam, membuat ia harus terlambat datang ke sekolah.
Flora menegakkan badannya dan melirik jam tangannya yang. Sudah lebih dari sepuluh menit ia terlambat. Flora yakin setelah ini ia akan dihukum.
"Ayo Flo. Dikit lagi kok nyampe ke kelas lo."
Flora kembali mengayunkan kakinya dengan cepat untuk sampai di kelasnya. Karena terlalu fokus berlari, Flora tidak sengaja menabrak bahu seseorang dan menyebabkannya tersungkur jatuh ke belakang.
Lagi-lagi Flora menghela nafas lelahnya. Selalu saja ada masalah untuk ia sampai ke kelasnya. Mulai dari terlambat bangun, taksi yang mogok dan sekarang saat ia hampir samau di kelasnya, ia masih harus terjatuh.
"Duh, sial," ringis Salsha pelan.
"Flora?"
Flora mendongakkan wajahnya kala tak asing mendengar suara itu. Dan benar saja, orang yang tak sengaja Flora tabrak adalah Rafa. Flora mengutuk dalam hati, mengapa ia harus bertemu dengan Rafa di situasi seperti ini.
Rafa mengulurkan tangannya ke arah Flora untuk membantu gadis itu berdiri. "Ayo, gue bantu."
Tanpa mengatakan apapun, Flora menerima uluran tangan Rafa dan mencoba berdiri. Flora juga membersihkan debu yang menempel di rok belakangnya.
"Sorry ya, gue nggak sengaja nabrak lo."
"Santai aja," kata Rafa. "Lo kenapa lari gitu? Lagi buru-buru?"
Flora mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Rafa itu. Jam pelajaran pertama sudah di mulai, sedangkan mereka berdua masih berada di luar dan tidak masuk ke kelas. Aneh memang, tetapi ini adalah Rafa.
"Gue terlambat, Raf. Pasti sekarang gurunya juga udah masuk." Flora menatap Rafa. "Lo bolos lagi?"
Rafa menggelengkan kepalanya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Nggak."
"Terus kenapa masih disini?" tanya Flora bingung.
"Guru-guru lagi rapat, dan pelajaran pertama kosong. Makanya gue disini," kata Rafa dengan enteng.
Flora semakin mengernyitkan keningnya. Jika ucapan Rafa benar, mengapa keadaan koridor tempat sepi. "Tapi kok sepi? Lo nggak bohong kan."
"Ngapain bohong, Flo. Guru emang lagi rapat tapi kayaknya ada tugas, deh, biar nggak keluar kelas," kata Rafa menjelaskan.
Flora manggut-manggut mengerti. "Berarti gue aman dong?"
"Aman. Makanya jangan buru-buru. Nanti lo jatuh lagi," kata Rafa sembari terkekeh.
Flora terdiam melihat Rafa yang terkekeh pelan itu. Ntah mengapa Rafa terlihat sangat tampan saat tertawa. Flora segera menggelengkan kepalanya saat otaknya memikirkan soal Rafa.
"Kalo gitu gue duluan ya, Raf. Mau ke kelas dulu."
"Hat-hati, Flo. Nanti nabrak orang lagi."
"Apaan sih," kata Flora sembari menepuk pundak Rafa dan berlalu pergi dari hadapan lelaki itu.
Rafa tersenyum dan menatap punggung Flora yang berjalan menjauh. Masih pagi, Rafa sudah bertemu dengan Flora. Rafa yakin jika hari ini ia akan bahagia karena sebelumnya ia bertemu dengan Flora.
Sedangkan Flora mengintip pelan ke arah kelasnya. Dan benar saja, tidak ada guru yang masuk ke kelasnya. Beberapa temannya pun tampak membuat tempat obrolan ternyamannya masing masing. Flora mendesah lega dan masuk ke dalam kelasnya itu.
Luna yang sedari tadi sedang memainkan ponselnya pun menatap ke arah Flora yang baru saja duduk di sampingnya. Luna menatap keadaan Flora yang tampak kusut.
"Tumben telat."
Flora menarik nafas panjangnya dan menghembuskannya perlahan. Akhirnya drama pagi ini selesai juga. "Gue telat bangun. Keasyikan nonton drakor tadi malam."
Luna menatap Flora dengan tatapan menyelidik. "Nonton drakor atau nelfonan sama Rafa?"
Flora mendelik aneh mendengar ucapan Luna itu. "Nggak ada yang telfonan sama Rafa. Gue nonton drakor tadi malam."
"Telfonan sama Rafa juga nggak papa, Flo. Nggak ada yang ngelarang juga kan?" goda Luna sembari tertawa.
Flora geleng-geleng kepala dan memukul lengan Luna pelan. "Jangan bikin gosip ya, Lun. Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Rafa."
"Ada juga nggak papa, Flora. Lo sama Rafa kan sama-sama single," kata Luna tak mau kalah.
"Nggak bakal mau dia sama Rafa. Di otak dia masih ada Jefan," kata Diva menimbrung di belakang. Sedari tadi Diva mendengar semua obrolan Flora dan Luna.
Flora membalikkan badannya dan menatap Diva dengan tatapan aneh. Moodnya langsung berubah saat ini mendengar nama Jefan.
"Kenapa jadi bahas Jefan, Div?"
"Lo tadi diam terus tiba-tiba ngomong soal Jefan. Heloo, disini udah nggak ada Jefan, yang ada sekarang cuma Rafa. Jangan salah server," sinis Luna menatap Diva.
Diva tidak memedulikan ucapan Luna itu. Diva menatap Flora dengan senyum sinisnya. "Tapi apa yang gue bilang emang benar 'kan, Flo? Lo masih mikirin Jefan."
Flora balas menatap Diva dengan tatapan anehnya. "Gue udah coba buat nggak bahas dia lagi. Gue udah coba buat move on. Kali ini gue beneran mau putus sama Jefan dan nggak mau balikan lagi. Tapi kok kayaknya lo nggak suka, Div?"
Diva mengalihkan pandangannya ke arah lain sejenak dan kembali menatap Diva. Diva memang ingin jika Flora kembali bersama Jefan. Agar tidak ada kesempatan Rafa untuk berpacaran dengan Flora.
"Gue sebagai sahabat lo cuma mau dukung pilihan lo siapa, Flo." Diva berkilah. "Gue tahu kalo lo masih sayang sama Jefan. Lo mau dekat sama Rafa juga karena disuruh sama Luna 'kan? Bukan karena kemauan lo sendiri."
"Jangan sok tahu, Div," kata Luna. Luna juga tidak mengerti dengan arah pikiran Diva. "Kayaknya dari kemaren tingkah lo beda banget. Lo nggak suka kalo Flora dekat sama Rafa? Seharusnya sebagai sahabat yang baik untuk Rafa, lo pasti mau dukung Rafa. Lo tahu kalo Rafa suka sama Flora kan."
Diva terdiam. Daripada harus berbicara panjang lebar kepada Flora dan Luna. Lebih baik Diva pergi saja. Mereka berdua tidak akan mengerti apa yang Diva maksud.
"Nggak usah di bahas," kata Diva sembari keluar dari ruangan.
Flora menatap aneh kepergian Diva. Diva yang menimbrung dengan obrolan mereka, dan Diva juga yang tiba-tiba pergi gitu aja.
"Teman lo aneh banget ya, Lun," kata Flora.
Luna membelalakkan matanya dan menepuk lengan Flora. "Teman lo juga, bego. Bukan cuma teman gue aja."
"Tapi Diva aneh banget kan. Dia suka kali sama Rafa," celutuj Flora.
"Jangan aneh-aneh deh, Flo. Nggak mungkin juga Diva suka sama Rafa. Mereka itu dekatnya cuma sebatas sahabat aja," jawab Luna.
Flora hanya menghendikkan bahunya acuh. Meskipun Luna mengatakan jika hubungan Rafa dan Diva hanya sebatas sahabat saja. Tetapi Flora merasakan ada sesuatu di antara keduanya.
"Nanti pulang sekolah, nongkrong yuk, Flo," ajak Luna.
"Kemana?"
"Ke cafe biasa. Udah lama kan kita nggak kesana. Nongkrong dululah sesekali, biar nggak panik."
Flora menganggukkan kepalanya. Kini tidak ada lagi yang melarang Flora melakukan apapun yang ia suka seperti nongkrong pulang sekolah. Kini Flora bebas melakukan apapun yang ia mau tanpa larangan dari Jefan lagi. Dan sekarang Flora merasa hidupnya lebih berwarna daripada sebelumnya.