Flora memperhatikan kesekitarnya, banyak pasangan seusianya yang menghabiskan waktu berdua di cafe ini. Ada yang bersenda gurau, ada yang saling suap-suangan dengan kekasihnya. Hal kecil seperti itu mampu membuat Flora kembali mengingat tentang hubungannya dan Jefan dulu.
Hubungan Jefan dan Flora dulu memang terbilang toxic. Keduanya saling mencintai satu sama lain, tetapi juga saling menyakiti. Jefan yang terlalu posesif dan suka mengatur kehidupan Flora. Flora sangat terkekang saat ia bersama dengan Jefan. Bahkan Flora tidak bebas berteman dengan siapapun termasuk Luna dan Diva. Jefan juga tidak pernah memperbolehkan Flora kemana pun bersama sahabatnya. Kehidupan Flora harus selalu bersama Jefan.
Tidak hanya disitu saja, seringkali Jefan marah hanya karena masalah spele. Jefan sering berkata kasar kepada Flora seperti mengatakannya jalang atau nama binatang. Tak sampai hanya disitu saja, Jefan juga sering memukul dan menampar Flora.
"Flo, lo kenapa ngelamun?"
Flora tersadar dan menggelengkan kepalanya. Flora tidak sadar jika sedari tadi ia memikirkan hubungannya yang dulu bersama Jefan. Itu semua karena Flora terbawa suasana melihat pasangan yang ada di sekitarnya.
"Nggak papa," kata Flora.
"Makan dulu makanannya. Ntar keburu dingin jadi nggak enak," kata Luna yang sedari tadi sudah menikmati makanannya.
"I...ya."
Flora pun mengaduk nasi goreng di depannya tanpa berniat memakannya. Moodnya langsung hilang karena memikirkan Jefan. Flora memang belum bisa melupakan Jefan sepenuhnya. Bukan melupakan lelaki itu, tetapi melupakan kenangan buruk selama berpacaran dengan Jefan lebih tepatnya.
Luna geleng-geleng kepala melihat Flora yang tak kunjung memakan makanannya. Luna tidak tahu mengapa Flora jadi seperti ini.
"Kenapa sih, Flo? Ada masalah?" tanya Luna lagi.
"Nggak selera makan aja," kata Flora tanpa semangat.
"Mau di pesenin makanan yang lain?" tanya Luna.
Flora menggelengkan kepalanya. Ini bukan masalah makanannya, tetapi masalah mood Flora yang sudah rusak. "Nggak usah. Ini aja nggak kemakan, apalagi yang lain."
Luna meletakkan sendoknya di atas piring dan menatap Flora dengan helaan nafas panjang. Luna sudah lama bersahabat dengan Flora meskipun hubungan mereka sempat renggang karena Jefan. Dan Luna tahu jika saat ini Flora sedang memikirkan sesuatu.
"Lo kalo ada masalah cerita sama gue, Flo. Jangan suka mendam masalah lo sendirian, nggak baik."
Namun bukan Flora namanya jika ia suka membagikan ceritanya kepada orang lain. Flora lebih suka mendengarkan orang lain bercerita kepadanya daripada ia yang harus bercerita. Flora hanya merasa tidak ada gunanya jika ia menceritakan masalahnya kepada orang lain termasuk sahabatnya sekalipun.
"Gue nggak papa," kata Flora bersikeras.
Luna tidak berbicara apapun lagi. Luna akan menunggu Flora sendiri yang akan berbicara kepadanya meskipun itu tidak mungkin. Kehidupan Flora terlalu misterius, sehingga Luna tidak tahu apa-apa tentang Flora selain kisah percintaan Flora bersama Jefan. Luna hanya tahu soal itu saja.
Tiba-tiba saja Flora membelalakkan matanya saat melihat Rafa berjalan ke arahnya. Flora menolehkan wajahnya dan menatap Luna seakan meminta pertanggungjawaban.
"Lo nyuruh Rafa kesini?" tanya Flora.
Belum sempat Luna menjawab, Rafa lebih dulu mendekat dan berdiri disamping Flora. "Gue boleh duduk disini?"
Luna pura-pura terkejut dengan keberadaan Rafa ini. Padahal sebelumnya Luna memang sudah mengatakan kepada Rafa jika keduanya sedang berada di cafe ini.
"Kok lo bisa ada disini, Raf? Kebetulan banget," kata Luna pura-pura.
"Boleh, duduk aja," kata Flora.
Rafa pun duduk di samping Flora dan tersenyum ke arah Luna. Luna sangat berpengaruh terhadap kedekatannya dan Flora. Luna selalu membantunya. Mungkin jika tidak ada Luna, Rafa tidak akan seberani ini untuk mendekati Flora.
"Kalian udah lama disini?" tanya Rafa berbasa-basi. Rafa menatap piring Luna yang sudah tidak ada sisa makanan lagi. Kemudian beralih menatap piring Flora yang masi tersisa banyak. "Kenapa nggak di makan makanannya?"
"Nggak laper," kata Flora dengan senyum tipisnya.
"Banyak pikiran kali," jawab Luna tanpa diminta. "Lo kenapa bisa ada disini, Raf? Kebetulan banget."
"Ada janji sama temen, tapi kayaknya dia belum datang," alibi Rafa agar Flora tidak curiga kepada Luna.
Flora hanya diam saja sembari sesekali memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Jujur saja, Flora tidak nyaman berada di posisi ini.
Luna memainkan ponselnya sebentar dan memasukkannya ke dalam tas. Luna juga bersiap-siap untuk pergi. Flora yang melihat pergerakan Luna itu membelalakkan matanya dan mengatap Luna seperti meminta penjelasan. Tetapi Luna malah acuh dengan tatapan Flora itu.
"Raf, lo bisa anterin Salsha pulang, kan? Soalnya mama gue tiba-tiba minta di antar ke mall," kata Luna sembari berdiri dari duduknya. "Bisa kan, Raf?"
"Bisa. Biar gue yang ngantar Flora nanti," kata Rafa dengan senang hati.
Sedangkan Flora menelan salivanya susah payah dan kembali memijat pelipisnya. Flora tahu jika ini adalah akal-akalan Luna agar ia bisa dekat dengan Rafa.
"Nggak bisa nganterin gue dulu, Lun? Gue nggak enak sama Rafa," kata Flora.
"Nggak papa, Flo. Santai aja," kata Rafa.
"Tuh, Rafa bilang nggak papa. Jadi santai aja." Luna terkekeh pelan. "Gue pergi ya, Flo. Dan lo Raf, jangain Flora. Jangan sampai lecet."
"Aman-aman."
Flora hanya bisa pasrah saat Luna pergi meninggalkan berdua dengan Rafa di cafe ini. Jika tahu akan seperti ini, Flora tidak akan pernah mau di ajak Luna ke cafe.
Suasana antara Flora dan Rafa mendadak canggung. Flora sesekali tersenyum tipis ke arah Rafa. Ini yang Flora takutkan saat ia hanya berdua saja dengan Rafa. Flora sangat susah membangun obrolan dengan orang lain yang belum ia kenal dekat.
Rafa melirik Flora yang berada disampingnya. Rafa juga bingung harus mengatakan apa kepada Flora agar mereka bisa mengobrol. Rafa merasa jika ia sedang bersama Flora, semua kata-kata yang ada di pikirannya seketika hilang. Tidak seperti saat ia bersama teman-temannya yang lain.
"Flo," panggil Rafa.
"Kenapa, Raf?" tanya Flora.
"Gue boleh tanya sesuatu sama lo?" tanya Rafa.
"Boleh. Tanyain aja."
"Agak sedikit pribadi sih. Terserah lo mau jawab atau nggak." Rafa ingin mengulik sedikit informasi tentang hubungan Flora dan Jefan dimasa lalu kepada gadis itu langsung. "Lo kenapa bisa putus sama Jefan?"
Flora seketika terbatuk mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Rafa itu. Rafa pun mengambil minuman yang tergeletak di atas meja dan memberikannya kepada Flora.
"Kaget ya sama pertanyaan gue."
Flora menerima gelas dari tangan Rafa dan menyeruput isinya. Jelas syaka Flora terkejut saat Rafa bertanya soal Jefan. Flora tidak menyangka jika Rafa berani menanyakan hal itu kepadanya.
"Kayaknya Luna sama Diva pasti pernah cerita sama lo," kata Flora. "Apalagi Luna. Luna kalo lo tanya sesuatu pasti langsung di jawab sama dia panjang lebar."