"Oh jadi gak ada yang boleh suka sama gue selain lo gitu?" mendengar suara yang amat sangat dikenalnya ini Zayyan hampir menyemburkan es teh yang sedang diminumnya ke wajah Farrel.
"Santai aja kali kok sampek kaget gitu, ntar kalau lo meninggal karena kesedak gimana? kan gue yang sedih." ada adik kelas yang duduk di dekat Zayyan, gak mungkin ia langsung emosi gak jelas apalagi semua orang masih mengambung ambungkan adegan jadian mereka.
"Apaan sih Ta! buat kaget aja." Zayyan menyeka bibir dan dagunya yang basah karena es teh.
"Enteng banget lagi ngomongin gue meninggal, emang lo bakal sedih gitu kalau gue mati?"
3 orang adik kelas yang duduk di samping Zayyan perlahan menggeser mangkuk mereka menjauh, jangan sampek mereka kena imbas kawan baru yang tolol itu.
"Ada perlu apa?" Zayyan langsung bertanya begitu Dhita mengambil tempat duduk yang posisinya ditinggalkan 3 orang tadi.
"Cuma mau bilang, jangan sebar sebar julukan aneh lo itu sama orang orang! ngerti?"
"Lagian ngapain sih lo nyuruh tu anak ngomong kayak gitu ke gue? mau cari gara gara?" Dhita mengencangkan rahang bawahnya sambil menyipitkan mata menyoroti Zayyan dengan tajam.
"Ta minta maaf deh kami Cuma bercan --" belum lagi siap Farrel buat klarifikasi Dhita udah menyela.
"Rel! lo diam! gue ngomong sama dia!" Farrel langsung memalingkan wajah sambil melirik liar, kayak orang gak kenal.
"Dia tadi curhat sama kita kalau dia mau ngedekitin lo, nikung lo dari gue! yaudah gue Cuma kasi saran aja, ya kan bre?"
Farrel dan Yuda pura-pura gak denger, Zayyan duduknya di sisi kanan mereka malah menghadap kiri, gak mau terlibat kalau Dhita udah turun tangan.
"Udah gak usah ngeles, jujur aja!" kawannya gak mau bela gini mau minta dukungan dari siapa lagi?
"kalau gak percaya tanya aja tu sama adek ini, mereka temannya siswa yang datangin lo tadi kok."
Dhita menoleh ke kanan namun 3 orang itu juga noleh ke kanan seolah olah mencari orang yang sedang di maksud Zayyan padahal itu mereka sendiri.
Gini amat nyari dukungan, padahal tadi ketawanya bareng pas tu anak di marahin. Zayyan Cuma bisa ngeluh dalam hati, udah biasa ditinggal sendiri kalau udah ngadepin miss perfect satu ini.
"Gini deh, kalau gak lo tanya sendiri sama orang yang lo marah tadi, gue Cuma kasi saran kok, mungkin dianya aja yang salah cara menyampaikannya!" Udahlah bela diri sendiri aja, lagipula dia emang gak salah kok! tu anak aja yang ketinggian kalau ngomong.
"Ngaku aja udah kalau lo emang nyuru dia ganggu gue!" makin emosi aja Dhita lama lama deket orang ini.
"Dih ngapain gue nyuruh dia ganggu lo, gue masih punya banyak tenaga buat lakuin itu sendiri! gak perlu bantuan orang lain." tawa Zayyan pecah, tapi pelan aja ketawanya.
"Emang ya lo itu bener bener cowok paling brengsek di sekolah! hobinya ganggu cewek terus!" Dhita mengernyitkan dahinya dan menatap Zayyan penuh kebencian, namun seketika ia teringat bagaimana orang ini membantu ibunya kemarin.
Itu segera meredakan emosinya!
"Gak semua cewek Dhita! Cuma lo!" Ada kalimat rumit yang terselipkan dalam tatapannya ke Dhita.
Yuda sama Farrel cingak cinguk aja pura pura gak denger, lagian mereka juga gak paham maksudnya apaan.
"Udah ah gue mau balik, intinya gue gak mau dengar ada orang yang manggil gue dengan panggilan itu! ngeganggu banget sama gue." Dhita yang sudah mulai tenang karena tiba tiba teringat kebaikan Zayyan kemarin seketika merubah nada bicaranya menjadi lebih tenang, namun masih kesal.
Dia bangkit dari kursinya dan kembali berjalan ke meja makannya, "Termasuk gue?" suara Zayyan menghentikan langkahnya.
Namun ia hanya memejamkan mata sambil menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan derap langkahnya.
"Udah gitu aja? gue pikir lo bakal marah-marah." Dina menyambut dengan kebingungan, kok gak seru kayak biasa sih perdebatannya? Kayak kurang panjang gitu.
"Apaan sih Dinaa, bisa gak kalau ngomong di saring dikit!" Anjani sedikit ketus, udah tau Dhita moodnya lagi rusak malah di becandain kayak gitu.
"Balik kelas yok?" ajak Anjani yang langsung menarik paksa tangan kedua sahabatnya ini, dia punya perasaan gak enak aja kalau lama lama di kantin, ni tempat selalu jadi panggung perdebatan.
*****
Memasuki jam terakhir di kelas, Dhita mulai mengantuk mendengarkan penjelasan guru.
Detik detik terakhir sebelum bel pulang memang paling nikmat kalau di manfaatkan untuk tidur, tapi hal seperti itu sama sekali tidak ada dalam kamus besar kehidupan seorang Dhita yang menganut kedisiplinan tingkat tinggi!
Kalau tidak mana mungkin julukan Miss Perfect dinobatkan Zayyan untuknya.
Dan masih di kelas yang sama seorang pria tampak gelisah dengan pulpen yang terus menerus diputarnya di sela jari jemarinya sambil menatap ke arah Dhita.
Posisi duduknya paling pojok di belakang jadi tidak ada satupun yang menyadari tatapan penuh pertanyaan itu.
Sudah berhari hari ia gelisah dan itu semua karena adegan jadiannya sang pujaan hati dengan seorang cowok yang tidak pernah masuk dalam daftar persaingannya.
Jadi ia memutuskan untuk meminta penjelasan itu hari ini dan ia sedang menunggu bel pulang untuk menentukan waktu yang tepat.
Kring! bel pulang sekolah akhirnya bergema
"Ta lo pulang sama siapa? Mobil lo kan lagi di bengkel nih." tanya Anjani bermaksud menawarkan tumpangan, soalnya tadi Dhita sempat cerita soal mobil ayahnya yang di senggol orang waktu di parkiran.
Tapi tidak dengan aksi heroik Zayyan!
Tidak satupun yang mengetahui kisah itu kecuali adiknya dan temannya Zayyan.
"Gatau nih, katanya tadi mama mau bawa mobilnya sendiri buat jemput, itupun kalau mobilnya udah pulang."
Jawab Dhita sedikit gundah, mamanya lagi custom interior mobil dan belum tau hari ini udah siap atau belum, mana mobil papa juga udah diantar ke bengkel.
"Yauda kalau gitu sekalian sama gue aja, ini hari pertama gue dikasih bawa mobil loh ke sekolah!" muka Anjani rada songong gitu.
"Seriusan? kenapa tiba tiba dikasi, bukannya tante ngelarang banget lo bawa mobil ke sekolah ya?" berhubung Orang tua Anjani lumayan tajir, mobilnya Anjani lumayan High untuk anak seusianya makanya mamanya ngelarang dia bawa mobil biar gak punya sifat sombong.
Orang tuanya cukup humble sih!
"Ortu gue lagi ada bisnis kecil kecilan di Jerman, supir gue lagi ambil cuti. Alhasil gue disuruh bawa mobil, tapi bukan mobil gue sendiri! mobil karyawannya bokap," tutur Anjani sedih.
"Oh jadi lo gak bawa mini cooper kebanggaan lo itu?" Dhita terkekeh pelan saat kelas mulai sepi karena udah pada keluar, hanya menyisakan dia, Anjani dan Dina.
Oh tidak! ada satu pria yang duduk di pojokan juga belum pulang.