Chereads / Segel Cinta Zayyan / Chapter 21 - Obrolan Singkat Dengan Calon Adik Ipar

Chapter 21 - Obrolan Singkat Dengan Calon Adik Ipar

Hari ini Zayyan tidak telat karena bunda membangunkannya lima belas menit sebelum alarm yang dia setting berbunyi.

Datang ke sekolah sepagi ini membuatnya harus nongkrong dulu di kantin.

Awalnya dia duduk sendirian karena Yuda dan Farrel belum datang, siswa di kelasnya yang baru datang juga gak bisa di ajak ke kantin karena ada tugas piket sementara siswi dikelasnya gak ada yang mau di ajak karena takut diserang sama fansnya Dhita.

Menikmati kesendiriannya memakan tempe goreng kesukaan, tiba tiba datang seorang siswa mendekatinya.

Saat diperhatikan sebenarnya wajahnya tidak asing tapi dia gak ingat siapa orang ini.

"Sendirian aja bang?" tanya siswa itu yang tidak lain adalah Daffa, adiknya Dhita.

Zayyan ingin menjawab tapi lidahnya tersangkut ketika mendengar orang ini memanggilnya dengan sebutan bang! kayak udah akrab kali gitu.

"Iya ni bosan gue gak ada yang mau di ajak ke kantin, padahal di kelas juga gak ngapa-ngapain kan belum masuk." akhirnya ia memutuskan untuk melupakan itu, mungkin ni anak salah satu fans atau semacamnya.

Bukan dia sombong, tapi emang rada banyak orang yang sok akrab gini kalau ngajak dia ngobrol.

"Yauda gue duduk sini ya bang?" Daffa berusaha bersikap lebih santai namun tetap mengedepankan sopan agar idolanya tidak tersinggung.

"Boleh! duduk aja gak apa." boleh sih memang, tapi mulai risih ni dia.

Gak suka aja kalau ada orang yang sengaja ngedekatin dia cuma untuk numpang pamer doang, biar ikutan populer gitu bukan karena memang mau berteman dengannya.

"Ngomong-ngomong abang bisa jago banget berantam gitu belajarnya di mana bang?" tanya Daffa. j

Jujur ini adalah pertanyaan yang sudah ia pendam selama berbulan bulan.

"Berantam? darimana lo tau gue jago?" perasaan dia belum ada berantam lagi semenjak naik kelas 3 tapi kenapa ni anak bisa tau? kelas berapa sih ni orang? Zayyan pikir dia kelas 1 awalnya.

"Lah abang lupa kalau udah pernah nyelamatin saya waktu itu, adiknya kak Dhita loh bang!" tau Zayyan gak kenal sama dia Daffa jadi gugup lagi, dari sebelumnya dia udah ngomong pake gue ni jadi balik ke saya lagi.

"Ohh, jadi lo adiknya Dhita! pantes gue liat liat kok gak asing banget mukanya! sorry ya lupa gue." tawanya pecah.

Barulah dia merasa nyaman sedikit karena dia sempat kenal sama anak ini sebelum mereka 1 sekolah. pantesan dia manggilnya pake abang.

'Kayaknya dia nganggap hubungan gue sama Dhita seserius itu deh' pikir Zayyan.

"Gak apa bang, gak mungkin juga kan lo bisa langsung tanda muka gue kan kita baru ketemu 2 kali." melihat Zayyan yang ternyata asik dan ramah ketika diajak ngobrol, Daffa kembali nyaman dan tidak gugup lagi.

"Untuk apa lo nanyak gue jago berantem dari mana? mau belajar?" tanya Zayyan setelah menenangkan dirinya yang sedikit cekikikan saat tertawa tadi.

Ia tertawa memikirkan kenapa adik sama kakaknya bisa beda banget, kakaknya gak pernah santai kalau ngomong sedankan adiknya ini asik banget di ajak ngobbrol.

"Sebenarnya gue pengen jago kayak lo juga bang jadi kalau ada yang gangguin gue lagi gue gak perlu nunggu lo datang kan? lagian udah 2 kali lho lo nolongin gue bang!" Daffa mulai lebih santai lagi, seneng banget rasanya bisa ngobrol sama idola sendiri.

"Iya sih! eh? apa? 2 kali?" perasaan cuma sekali kenapa tiba tiba jadi 2 kali ya? Zayyan jadi bingung.

"Iya tempo hari waktu lo ngaku ngaku jadi anak mama gue, yang mobilnya penyok itu loh." jawab Daffa dengan santai.

"Loh itu mama lo? terus lo diem aja didalam mobil? bantu kali mama lo kan sayang kalau dia sampek keluar uang buat benerin tu penyok mobil padahal yang salah bapak itu."

keterkejutannya bertambah, kenapa bisa jadi kebetulan seperti itu orang yang di tolongnya ternyata adalah mamanya Dhita. Tu orang tau gak ya?

"Mama yang larang, gue juga takut bang kalau di pukul sama tu orang, mana mukanya serem banget lagi, btw thanks banget loh udah bantuin mama kemarin."

Zayyan cuma tersenyum ringan, masih gak nyangka kalau itu rupanya mamanya Dhita.

"Gak perlu takut! kan lo cowoknya jadi harusnya lo yang ngelindungin mama lo!" ucap Zayyan setelah menyelesaikan suapan terakhirnya.

"Yaudah kalau lo emang mau, lo bisa pilih ekstrakulikuler beladiri buat jam ekskul. Terus disana ada 2, silat sama karate! kalau lo pilih silat kebetulan gue ketuanya jadi bisa daftar sama gue.

Tapi kalau lo mau pilih karate bisa datang ke ruang osis aja atau minta tolong sama kakak lo biar dia daftarin sama temen sekelasnya, Gilang namanya dia ketua dari cabang karate."

Zayyan menjelaskan dengan serius, lagipula tujuan adek ini belajar juga serius jadi gak boleh di becandain.

"Oh gitu ya bang, yauda nanti gue liat liat dulu." sebenarnya dia mau langsung daftar di Silat karenna ada bang Zayyan, tapi ntar dulu aja mau liat mana yang lebih keren.

"Gue balik duluan ya?" Zayyan pamit karena kantin mulai rame, dia gak mau di kerumunin orang orang gak jelas yang sok akrab.

*

"Dina lo mau tau kabar terkini hari ini?" Anjani memulai forum 3 orang yang sedang duduk di teras kelas itu, mereka sedang menungu bel masuk.

"Udah deh An, gak perlu di besar besarin tau gak!" Dhita udah punya feeling tentang apa yang bakalan di bahas sama Anjani.

"Gak! gue udah terlanjur kepo! silahkan lanjutkan Anjani ku." sahut Dina dengan nada bicara manjanya itu.

"Orang yang di ceritain Dhita waktu itu, yang nolongin mamanya pas mobilnya di senggol orang ternyata.... lo tau siapa?" tuh kan udah feeling pasti dia bakal ungkit masalah di mobil kemarin.

"Emangnya siapa? polisi? atau tukang parkir? atau --"Dina menebak asal, lagian ngapain pake ditanya coba? kan memang dia dari awal gak tau.

"Zayyan ego! asal banget sih lo nebaknya." Anjani cemberut, kesal dengan Dina.

Aneh kan? padahal udah tau Dina memang gak tau siapa orang itu karena mereka berdua sama sama dengar kalau itu adalah orang yang gak di kenal pas Dhita cerita pertama kali.

"Zayyan?" duh besar banget suaranya Dina sampek satu koridor ngeliatin mereka, mana nama yang di sebut semua orang kenal lagi.

"Dinaaaa! lo apaan sih, gak sekalian aja sana pake mic oprator biar satu sekolah denger!" Dhita semakin kesal liat kebodohan temannya yang satu ini.

"Emang boleh ya Ta?" tanya Dina dengan polosnya.

"Udah ah gue mau masuk kelas aja, capek ngobrol sama kalian." baru juga duduk udah ngerusak mood dia aja.