Zayyan bukan tipe orang yang bisa melihat arogansi orang lain apalagi dalam sesuatu yang salah, makanya ia langsung memutuskan untuk membantu ibu ini tanpa pikir panjang setelah ia mengamati dan menyimpulkan siapa yang benar.
Walaupun ia tidak mengenalnya.
"Baiklah, saya akan ganti rugi! berapa kira-kira kerugian yang harus saya tanggung," tersenyum pahit, pria paruh baya itu hanya bisa mengakui kesalahan dan bertanggung jawab.
Tidak ada jalan lain karena dirinya sudah tertangkap basah.
"Berapa buk?" mana Zayyan tau berapa kerugian yang harus di tanggung, harusnya tanyanya sama ibuk ini dong pak.
"Saya juga kurang tau nih, karena ini mobil suami saya jadi saya kurang tau biaya yang harus di keluarkan," ini bukan kendaraan pribadi sehari harinya, jadi ia tidak pernah tau mengenai berapa biaya perawatan mobil mewah ini.
"Kalau gitu gini aja, bapak ikut ibuk saya ke bengkel hari ini biar tau berapa banyak yang harus bapak bayar, nanti kalau asal sebut bapak bisa rugi banyak lho," Zayyan mencari solusi.
"Tapi saya masih ada pertemuan penting ini, takutnya telat kalau saya ikut ibuk ke bengkel lagi," pria paruh baya yang sebelumnya nyolot saat berdebat dengan mamanya Dhita kini menjadi sangat ramah didepan Zayyan.
"Oh, kalau gak gini aja, saya kebetulan punya cek disini sebagai jaminan nanti kalau tagihan mobil itu sudah keluar ibuk datanga aja ke kantor, alamatnya udah tertera.
Nanti kami akan sediakan ganti ruginya, bisa kan buk? pertemuan kali ini sangat penting bagi saya." pria paruh baya itu memelas.
Dia bukan orang kaya raya yang bisa menjadikan mobil sekelas Range Rover menjadi kendaraan pribadi karena ia hanya bekerja dibawah naungan perusahaan swasta, karena itulah ia berusaha menghindar sebisa mungkin untuk mengganti rugi kerusakan yang dialami ibu ini.
Tapi karena ia juga sedang dalam perjalanan bisnis segala kerugian yang akan terjadi pada dirinya akan di bebankan seutuhnya pada perusahaan, iapun secara terpaksa harus membawa masalah ini sampai ke kantornya.
"Cek? buk coba periksa dulu, asli gak tu cek nya?" Zayyan mengambil map kertas itu sebelum menyerahkannya ke ibuk yang sedang ia tolong ini.
"Ya, ini asli! Baiklah saya akan dahulukan dengan uang saya, nanti anak saya yang akan minta tagihannya ke kantor anda," setelah memeriksa cek dengan seksama ibuk itu meyakini kalau cek itu memang cek asli.
"Yauda kalau gitu bapak boleh pergi, hati-hati pak! bawa mercy kok bisa sampek nyenggol mobil orang, sih!" Gumam Zayyan, suaranya cukup besar untuk di dengar pria paruh baya itu tapi ia tidak terlihat tersinggung sedikitpun.
Tepat setelah bapak yang sudah nyenggol mobilnya sampek penyok kayak gini pergi, mamanya Dhita langsung memeluk Zayyan erat-erat.
Ia benar benar berterima kasih karena anak muda ini udah nolongin dia kalau enggak bisa gagal shoping dia gara-gara ngancurin mobil suami.
"Makasih ya nak! baik banget sih kamu?" merangkul leher Zayyan dengan kedua telapak tangannya, ibuk masih merasakan euforia karena telah selamat dari masalah.
"Gak apa-apa buk, kebetulan saya liat aja tadi pas bapak itu nyenggol makanya saya datang begitu dia mulai ngeles gak mau ganti rugi," jawab Zayyan dengan ramah.
"Za, udah yok balik! anak-anak udah nelponin aja nih," panggil Farrel yang menonton kejadian ini dari jarak agak jauh, terlalu rame jalan rayanya jadi ia hampir gak bisa nyebrang, liat aja sampek sekarang ia belum berhasil nyebrang.
"Ibuk kasi uang buat jajan dikit ya? sebagai tanda terima kasih aja ini." ibuk itu mulai meraba raba tas kulit ber-merk dan mengeluarkan beberapa lembar uang kemudian.
"Gak perlu ibuk, saya tulus kok! udah ya masih ada kerjaan lagi di sekolah," jawab Zayyan cepat, kemudian ia memberi kode pada Yuda agar ia segera kembali ke parkiran motor mereka.
"Terima dong!" sang ibu memelas, ia gak punya bingkisan atau barang apa yang bisa di jadiin tanda terima kasih, jadi dia mau kasi uang aja.
"Gak usah buk, gapapa buat anak ibuk aja nanti mana tau dia butuh," Zayyan berbasa basi, abisnya gak tau gimana cara nolaknya lagi.
"Saya permisi dulu buk!" dengan senyuman ramah Zayyan dan Yuda meninggalkan lokasi keributan itu dan kembali ke motor mereka.
Sedangkan Mamanya Dhita hanya bisa menatap punggungnya dengan rasa kagum di hatinya.
Kemudian ia langsung kembali kedalam mobilnya dalam keadaan senang, namun saat ia masuk kedalam kedua anaknya ini malah bersikap canggung padanya.
"Kalian kenapa? kok diem aja? takut sama bapak tadi ya? ihh untung ada anak itu tadi ya kalau engga abis mama di marahin sama ayah kamu," mama memancing obrolan di tengah kecanggungan.
"Iya ma." jawab Daffa dengan senyum palsu, sebenarnya dirinya saat ini sedang merasa tertekan karena kakanya mengancam akan memberikan hukuman berat di sekolah jika dia bicara sepatah kata saja tentang Zayyan yang menolong ibuny tadi.
"Kalau gitu kita ke bengkel dulu baru pulang kerumah ya?" tawar sang mama.
*
"Ada apa sihh barusan? gue pikir lo bakalan berantem, ampir aja gue suruh anak basket buat datang ke sini." tanya Farrel yang kepo.
"Gak, cuma masalah sepele! lagian tu bapak gak punya nyali kalau enggak mungkin bakal sampek berantam tadi," jawab Zayyan dengan santai sambil menghidupkan mesin motornya.
Yuda menjelaskan semuanya pada Farrel yang tidak terlalu mendengar perdebatan diantara mereka tadi dalam perjalanan kembalinya mereka kesekolah untuk latihan basket.
*****
"Aduhhh! pada pegel semua ni badan gue," Zayyan menggeliat di atas tempat tidurnya, menatap langit langit kamarnya.
"Zayyan! makan malam dulu!" Bunda berteriak dari luar kamarnya, anaknya yang satu ini memang hobi di teriakin dari luar seperti ini.
"Iya bunda, sebentar lagi! badan masih pegel semua ni gara gara tadi telat terus di suruh bersihin 2 toilet." Zayyan keluar kamar, tapi hanya untuk mengambil minum.
"Orang kamu bangunnya matahari udah terik gitu gimana gak telat!" balas sang bunda.
Ia sudah memaklumkan kenakalan Zayyan selama itu masih dalam batas normal.
"Macet bun! bukan karena telat bangun tapi karena macet!" Zayyan harus mengklarifikasi ini atau bundanya akan terus menyalahkannya.
Jika bukan karena macet dia bisa datang lebih cepat dan mungkin bisa lebih cepat daripada miss perfect.
"Jangan menyalahkan keadaan atas kesalahan diri sendiri! kamu harus belajar tanggung jawab Za!" nasehat bunda sambil tertawa ringan.
"Hemm" duduk diatas meja makan, Zayyan memainkan ponselnya dengan malas, scroll sana sini tapi gak ada satupun aplikasi yang dibuka.
Cuma karena lagi bosen aja, buka sosial media bentar liat apa yang lagi trending lalu buka roomchat liat siapa aja yang ngechat dia hari ini.
Ya! yang chat dia banyak banget!