Dengan rasa kesal dan wajah yang sedikit cemberut Dhita berjalan ke arah kelasnya Zayyan untuk memberikan berkas pada buk Susi yang dititipkan padanya.
Tapi begitu ia tiba di depan kelas 12 mipa 5, Moodnya langsung membaik dan perasaan bahagia menghampirinya.
Bagaimana tidak, orang yang sedang ia umpat dalam hati karena tidak ingin ia temui hari ini sedang berdiri dengan satu kaki yang di angkat tepat di depan kelasnya.
"Idola sekolah lagi di hukum nich!" Dhita tertawa hebat, rasanya sangat senang melihat cowok palilng resek di sekolah ini mendapat hukuman.
"Hukuman apa? kami sedang olah raga, iya kan Yud?" kenapa pake muncul di sini segala sih? malu banget gue ni sumpah! Zayyan mengumpat dalam hati.
"Uluhh pegel ya? mau minum?" Sahut Dhita sambil menenangkan dirinya yang tertawa sebelumnya. Kemudian ia masuk kedalam kelas tanpa beban.
"Astaga, Yuda berapa menit lagi sih kita ini?" tanya Zayyan dengan kesal.
"2 menit lagi!" sahut Yuda saat ia melirik ke arah jam tangannya, sudah 8 menit mereka berdiri dengan posisi kaki seperti ini.
"Makanya jadi orang gak usah banyak gaya, kena kan lo sama buk Susi." mendekati Yuda dan Zayyan, Dhita sedang merasa diatas kertas sekarang.
Kapan lagi bisa liat ni cowok di hukum kayak gini, anggap aja balas dendam karena udah maksa dia duduk di kantin berduaan kemarin.
"Udah ya, mending lo beliin gue minum sekarang! tadi lo yang nawarin kan?" dengan malas Zayyan menjawab, dirinya sedang tidak berada dalam posisi yang menguntungkan jadi akan sangat merugikan jika dia mendebat cewek ini.
"Dih ogah banget gue beliin lo minum, siapa lo nyuru-nyuru gue!" Dhita memalingkan pandangannya.
"Ohh lo lupa kalau lo udah nembak gue di podium? baru berapa hari sih kita jadian?" Zayyan terkekeh pelan, kakinya mulai goyang kehilangan keseimbangan.
"Za! jaga omongan lo itu ya! gue ga pernah nembak lo!" darahnya sesara mendidih ketika mendengar Zayyan mengatakan hal itu dengan sangat percaya diri barusan.
Padahal jelas dia yang tiba tiba menjawab sesuatu yang tidak dikatakan sama sekali, tapi sekarang malah dia yang ngomongin itu dengan percaya diri.
Gak ada malunya ya ni orang! Dhita terus mengumpat dalam hati.
"Dhita ngapain kamu buat keributan di luar kelas saya?" suara Dhita terdengar sampai ke telinga buk Susi, dan tentu buk Susi langsung ketus karena ia selalu mengedepankan kedisiplinan.
"I-iya buk! maaf!" Dhita menggigit bibir bawahnya, ia kelepasan saat marahin Zayyan barusan.
"Tuh kan udah gue bilang, mending lo beliin minum buat gue sama Yuda! dapat pahala tau." sahut Zayyan.
"Ogah!" ucap Dhita kesal, lalu ia langsung berbalik dan kembali kelasnya.
"Dhita ga ngajak putus Za?" tanya Yuda sambil tertawa pelan.
"Gak mau mencemari nama baik sendiri dia jadi minta gue yang mutusin, sebagai lelaki yang baik ya gue harus memperjuangkan pacar baru gue dong, masak iya langsung gue putusin." tawa mereka berdua pecah, sampai terdengar kedalam kelas.
"ZAYYAN! YUDA! kalian berdiri disana sampai jam pelajaran saya selesai." memang murid tidak punya sopan santun, udah dihukum masih juga cengengesan. Buk Susi jadi kesal.
"Duhhh kan, gara gara lo ni Yud."
"Ih kok jadi gara gara gue orang lo yang becanda kok!"
Dengan perasaan kesal dan dongkol dalam hati mereka berdiri di depan kelas selama 1 setengah jam, sebelum akhirnya di perbolehkan masuk oleh guru yang mengajar di jam berikutnya.
*
Kring!
jam istirahat telah tiba!
"Jadi gak tenang ni perut gue gara gara di hukum sama si paling disiplin," gumam Yuda sembari mematahkan tempe krispi di tangannya.
"Dendam sama gue sampek segitunya tu guru, padahal kita Cuma telat 1 menit lho!" tambah Zayyan, Mereka meluapkan kekesalan dimeja kantin sambil makan gorengan.
"Orang kalian juga pake cari gara gara sama buk Susi, udah tau kalau ngasi hukuman gak pernah naggung, pasti berat!" Farrel terkekeh mendengar cerita kedua temannya ini, sangat bersyukur karena dia berada dikelas yang berbeda atau nasibnya akan seburuk mereka.
"Satu menit doang? lo kira itu sengaja karena cari gara gara? emang dianya aja yang si sok paling disiplin," celetuk Yuda, dia masih tidak terima mereka di hukum seperti itu hanya karena telat masuk kelas 1 menit.
Tidak lama datang 4 orang siswa duduk di sebelah meja mereka dengan jajanan bawaan mereka sambil berbincang satu sama lain, dilihat dari wajahnya sepertinya mereka junior kelas 1.
"Sayang banget ya, padahal baru aja gue mau ajak kak Dhita kenalan tapi dia malah udah jadian sama yang lain," kata salah seorang siswa, kebetulan duduknya paling dekat dengan Zayyan jadi ia bisa mendengar itu dengan jelas.
"Gak usah mimpi deh, kak Dhita itu idola di sini mana mungkin mau sama bocah bau bawang kayak lo," sahut temannya yang lain.
"Dih lo belum tau aja pesona gue, Ni ya gue ceritain! gue pernah nembak cewek paling cantik di SMP pas masih kelas 1!" tambah siswa yang duduk di dekat Zayyan.
"Terus? di terima?" tatapan rumit dari teman temannya yang lain mulai menghujaninya.
"Jelaslah! ditolak!" jawabnya canggung, padahal sebelumnya sombong banget tuh ngomongnya.
"Uhhuk!" Zayyan tersedak, jawaban anak ini benar benar tidak sesuai ekspektasinya.
"Tapi ya gue yakin bisa dapetin kak Dhita, cowok yang di tembaknya di podium kemarin gimana sih tampangnya? emang ganteng ya?" dia gak datang di acara penutupan jadi gak tau kejadian di posium saat itu.
"Kenapa? lo mau nikung Dhita dari tu cowok?" sahut Zayyan, dan itu sangat mengejutkan bagi ketiga teman siswa yang terus membicarakan Dhita.
Mereka kenal betul siapa orang yang bicara ini. Dialah yang di tembak kak Dhita di podium kemaren.
"Nah itu dia niat gue, eh tunggu! lo barusan bilang apa? Dhita?" menoleh ke samping siswa itu sedikit terkejut dengan penuturan pria ini mengenai kakak seniornya.
"Iya? emang kenapa?" Yuda dan Farrel terus menikmati gorengan sambil menikmati adegan, anak sombong kayak gini emang makanan Zayyan pikir mereka.
"Sok asik banget sih lo dia tu kelas 3 bre!" siswa itu mulai bicara dengan nada tidak senang.
"Santai aja kali, gue kelas 3 kok! lo aja yang sok asik sama gue!" Zayyan melirik 3 teman orang ini, dapat dilihat Cuma anak ini yang gak kenal siapa dirinya.
"Emang iya ya?" menarik sedikit tubuhnya mendekatkannya pada saah satu teman di sampingnya, siswa itu bertanya.
"Goblok banget sih lo cari gara-gara sama kakak leting!" seketika jantungnya berdebar hebat, belum satu minggu sekolah masak udah berantem sama kakak kelas sih?
"Udah santai aja gak perlu takut." mengangkat sebelah kakinya disilangkan di atas lutut kaki lainnya, Zayyan bicara dengan tenang.