"Maaf ya kak, gak tau saya kalau kakak kelas 3." Wajahnya masih muda banget makanya dia pikir ni orang masih kelas 1 sama kayak dia.
"Santai!"
"Tadi lo bilang apa? mau nikung Dhita dari cowok yang di tembaknya di podium?" tanya Zayyan dengan senyum tengil nya, itu adalah senyum khasnya.
"Jadi gak enak ni kalau ngomongin kakak kelas, kak!" mulai canggung ni bocah, masak iya ceritain kakak kelas sama senior, bisa jadi masalah nanti, mana belum kenal lagi.
"Nyantai aja kali lagian gue temennya Dhita kok, ya kan bre?" Zayyan meminta dukungan dari teman temannya.
Lo mau nikung Dhita dari gue kan? nih gue kasi liat gimana wujut asli Dhita yang sebenarnya!
Sementara itu, Dhita yang sengaja mengambil kursi paling pojok agar bisa sejauh mungkin dari Zayyan tidak menyadari perbincangan itu.
"Menurut kakak kakak ini bisa gak aku deketin kak Dhita?" merasakan kedekatan sebagai soerang teman, siswa ini mulai terbuka untuk berbincang dengan Zayyan, gak tau aja dia udah masuk kedalam perangkap!
"Nah kalau menurut gue lo pasti bisa deketin dia, mau gue kasi rayuan ampuh yang bisa buat Dhita –" Zayyan memetik jari beberapa kali, "jadi langsung suka sama lo!"
Yuda dan Farrel udah gelengin kepala aja, kasian sama nasib ni orang kalau beneran di kerjain sama Zayyan.
"Gimana tu kak? emagnnya kak Dhita suka di rayu gitu ya?" siswa itu langsung bersemangat.
"Bre udahlah kakak ini cuman –" teman temannya berniat memperingatkan temannya ini, tapi tatapan Zayyan mengurung niat mereka.
"Jelas dong! udah 2 tahun gue temenan sama dia masak gak tau hal gituan." siswa itu semakin percaya diri.
Tidak disangka sangka ia bisa mendapat saran langsung dari teman kak Dhita, rejeki emang ga pernah kemana!
"Lo liat dia duduk di sana kan?" Zayyan menunjuk kearah Dhita yang duduk sangat jauh darinya, baru kali ini ia melihat Dhita dan kawan kawan duduk di pojokan kantin, udah kayak anak baru aja.
"Nah lo samperin aja dia sekarang terus bilang 'hi miss perfect! boleh kenalan?' kalau engga bilang gini 'kak, kakak miss perfect di sekolah ini ya?" mendengar itu pipi Yuda dan Farrel udah menggembung nahan tawa.
Miss perfect itu adalah julukan yang Zayyan ciptain sendiri buat Dhita yang selalu mengomentari kesalahannya, dan Dhita selalu jadi kesal kalau Zayyan udah ngatain dia dengan kata kata itu.
"Gitu aja kak?" dari kata katanya sepertinya beneran sih, kan perfect artinya sempurna! memang cocok banget dengan wajah kak Dhita yang super cantik itu.
"Iya dong, dia gak suka kata kata yang terlalu berbunga bunga, cukup sesimpel itu aja." Zayyan membentuk tanda 'ok' dengan telunjuk dan ibu jari.
Huh! menghembus seteguk udara kotor untuk menghilangkan rasa deg degan dan tidak percaya diri, siswa itu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Dhita dengan rasa percaya diri.
"Bener bener lu ya Za! parah!" Yuda menggelengkan kepala menaruh iba pada siswa baru itu.
*
"Hai! kak Dhita ya?" tanpa basa basi siswa itu langsung menghampiri Dhita sebagai target utama.
"Iya? ada perlu apa ya?" Dhita yang tiba tiba didatangi orang yang tidak ia kenal merasa bingung, sesekali ia menoleh kearah Dina dan Anjani tapi mereka menggelengkan kepala tanda tidak tau apa apa.
"Kakak miss perfect ya di sini?" wajahnya udah dibuat buat biar terlihat ganteng, tapi kata kata yang menurutnya rayuan ampuh untuk meluluhkan pujaan hati malah jadi boomerang buat dirinya sendiri.
"Barusan lo bilang apa?" Dhita merapatkan giginya, ia bertanya dengan kesal pada orang ini.
"kakak Miss perfect." sebenarnya ia sudah merasakan hawa tidak enak, tapi tidak ada kalimat lain yang bisa ia jadikan jawaban.
"Kurang ajar banget sih lo? gak usah sok asik deh sama gue!"
"Ta udah Ta!" Dina dan Anjani segera menenangkan Dhita yang terlanjur emosi. seketika mereka jadi pusat perhatian satu kantin.
'Apa ini? kenapa kak Dhita malah marah kayak gini? tamat dah riwayat gue!' sekelilingnya melihat kearah dirinya, itu membuat ia kehilangan kepercayaan diri.
"Dah mending lo balik sekarang! sebelum dia lebih marah sama lo." Anjani menginstruksi.
Mengangguk dengan cepat siswa itu langsung menitipkan uangnya pada 3 orang temannya sebelum berlari ke kelasnya, ini mungkin akan menjadi pengalaman paling buruk yang tidak terlupakan.
"Siapa sih tu anak? junior kelas 1 ya?" Dhita yang masih kesal mendumel tidak senang, bisa-bisanya ada adik kelas yang kurang ajar kayak gitu.
"Gue rasa iya kali, tapi dari mana dia tau julukan itu coba?" Dina menjawab dengan wajah polosnya sementara Anjani terus mengelus punggung Dhita agar ia merasa lebih tenang.
"Gue tau ni akal-akalan tu orang, gak bisa banget liat idup gue tenang! barusan lo bilang apa? julukan? berarti lo mengakui kalau dia kasi julukan itu ke gue?" Dhita memejamkan matanya meredakan emosi sebelum melemparkan tatapan tajam pada Dina.
"Bukan gitu maksud gue Ta!" Dina gugup, dia paling gak bisa liat Dhita mode marah apalagi marahnya sama dia.
Tapi anehnya kepolosan dia lah yang paling sering memancing mode marah Dhita.
"Udahlah Ta, gak usah di pikirin!" Anjani terus mengelus punggung Dhita, anak ini kalau udah emosi susah ngendaliinnya.
Zayyan dan teman temannya yang ngeliatin wajah kesal Dhita setelah di samperin sama adik kelasnya barusan tidak henti hentinya tertawa.
"Emang parah banget, lagian dia kok marah banget di panggil gituan ya? kan julukannya bagus bukannya menjelekkan." Yuda mengelus pipinya yang mulai sakit karena ketawa terus.
"Iya kan aneh padahal Miss perfect itu kan artinya positif, Miss artinya nyonya dan Perfect artinya sempurna." tambah Zayyan.
"Nyonya yang Sempurna!" sambut Farrel perlahan, mereka sangat menikmati pembahasan ini.
Melihat Zayyan cengengesan, ketawa besar dengan kawan kawannya menambah rasa kesal, karena itu Dhita bangkit kursinya dan menghampiri mereka. Enak aja ngetawain penderitaan orang lain, awas aja!
Farrel duduk berhadap hadapan dengan Zayyan dan Yuda, jadi saat Dhita datang dari arah belakang mereka hanya Farrel yang menyadarinya.
"Lagian tu anak kok bisa-bisanya suka sama Dhita, kalian bilangin tuh sama dia cari yang sebaya aja udah gak usah sama kakak kelas apalagi Dhita!" gumam Zayyan sama 3 orang teman siswa yang di kerjainya tadi, mereka mau pergi tapi makanannya belum abis.
Mereka hanya merespon dengan senyum canggung takut salah ngomong!
Dhita yang mendengar itu rasanya ingin menumbuhkan tanduk dikepalanya biar bisa mukul ni orang sepuasnya, kalau dia punya tanduk kan dikira setan dan kalau setan mukul orang ga mungkin di hujat karena memang udah terkenal jahat.