Aku, Widanta Ester, seorang lulusan S1 terbaik dari salah satu Universitas Negeri yang ada di Indonesia. Aku terlahir dua bersaudara yang semuanya wanita. Aku bukan berasal dari keluarga kaya raya, namun alhamdulillah keluargaku berkecukupan. Kedua orang tuaku adalah PNS, papa PNS di Kementrian Agama dan mama PNS di Kementrian Kesehatan. Aku hidup dengan penuh prestasi, baik dalam bidang akademik, maupun non-akademik. Sejak kecil, aku mempunyai hobi membaca dan menulis, semua benda yang ku lihat, jika itu terdapat tulisan, tak luput aku membacanya, bahkan jika sedang berjalan-jalan, saat aku melihat selembaran, akan ku baca dari pangkal kalimat hingga ke ujung. Sejak SMP, aku sering dikirim mewakili sekolah untuk mengikuti lomba karya ilmiah, aku dibimbing langsung oleh guru bahasa indonesia favoritku. Aku memang bukan yang terdepan di sekolah, namun aku merupakan salah satu murid terbaik, terbukti dengan banyaknya piala dan piagam yang ku sumbangkan kepada pihak sekolah dalam berbagai perlombaan yang aku ikuti.
Aku dipilih sebagai penanggung jawab mading sekolah, setiap karyaku selalu terpampang dalam mading tersebut, bukan karena aku adalah sang penanggung jawab, melainkan Ibu Sumiati sebagai guru Bahasa Indonesia yang bertindak sebagai pembimbing selalu meloloskan karyaku untuk dipajang di majalah dinding sekolah. Semua murid di sekolah mempunyai kesempatan untuk mengirimkan karyanya, karya-karya yang dikirim akan diseleksi oleh Ibu Sumiati, dan yang terpilih akan ditempel di majalah dinding sekolah, setiap satu minggu sekali karya-karya dalam majalah dinding itu akan diganti, aku tidak ikut menentukan karya mana saja yang akan ditampilkan, namun secara kebetulan, setiap minggunya karyaku selalu terpilih untuk dipamerkan.
Aku memang bukan yang terdepan di sekolah, namun aku merupakan salah satu yang terbaik, terbukti dengan aku yang selalu masuk dalam kelas pilihan setiap tahunnya.
Hemmm, masalah percintaan pun sama, aku hanyalah seorang remaja biasa yang pada saat itu untuk pertama kalinya merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Saat aku berada di kelas VII, ada seorang kakak kelas yang berhasil mencuri perhatianku, sepertinya dia juga tertarik padaku, setiap bertemu kami selalu salah tingkah. Dia anak basket, bukan kapten, namun dia menjadi salah satu yang digandrungi oleh murid-murid wanita. Satu sekolah sering menggoda kami berdua, setiap kali aku berjalan melewati kelasnya, teman-teman sekelasnya selalu menggoda kami, begitu pun sebaliknya, jika dia yang berjalan melewati kelasku, maka teman-temanku yang akan menggoda kami.
Saat kelulusan SMP, aku mengikuti ajang pencarian bakat yang diadakan oleh salah satu majalah remaja ternama ibu kota, dan saat itu aku berhasil hingga sampai tahap final dan mendapat tawaran untuk bermain sinetron dengan syarat pindah ke Jakarta. Namun karena banyaknya pertimbangan, dan tentunya aku masih mengutamakan akademik, karena pada saat itu aku baru saja lulus SMP. akhirnya kesempatan menjadi seorang artis pun ku undur, hingga sekarang.
Memasuki masa SMAku, aku lulus sekolah unggulan, namun hanya berapa bulan aku mengikuti proses belajar mengajar disana, aku memilih mundur pada saat itu karena di tahun masukku adalah tahun pertama wajib asrama untuk anak kelas X, yang tentu saja aku pribadi tidak akan kuat. Akhirnya aku memutuskan pindah ke sekolah Negeri yang berada dekat dengan rumah orang tuaku. Aku bergabung dengan salah satu agency model terkenal di kota tempat tinggalku, awalnya aku iseng mengikuti perlombaan yang diadakan oleh agency tersebut saat valentine, dan tak disangka, aku berhasil meraih juara kedua, itu pun setelah aku lama bergabung dengan agency tersebut dan bertanya apa alasannya aku bisa mendapatkan juara II?
"Harusnya kamu juara I, tapi karena heels yang kamu pakai kekecilan, dan sangat mengganggu pandangan, makanya kamu ditempatkan di urutan kedua." Ucap salah satu pengajar fashion di agencyku yang dulu bertindak sebagai juri saat aku mengikuti lomba tersebut.
What ever! Yang jelas, karena berhasil meraih gelar juara meski hanya diurutan kedua, karirku sebagai model terbuka lebar. Aku sering sekali mengikuti peragaan busana yang diadakan di dalam maupun luar kota, banyak designer yang menyukai bentuk tubuh yang aku punya, terutama designer songket. Mereka bilang, saat aku memakai songket dan kebaya, maka songket dan kebaya tersebut terlihat sangat sempurna.
Karir modelku berjalan sangat mulus, hingga hampir setiap minggu, wajah dan profilku terpampang di salah satu surat kabar lokal. Aku termasuk salah satu model yang diminati oleh designer untuk diikutsertakan dalam peragaan busana yang digelar. Banyak sekali event show yang aku ikuti, seperti fashion week, Wedding expo, event-event besar tersebut merupakan event wajib yang aku ikuti, belum lagi event-event kecil yang sering diadakan di mall-mall atau tempt keramaian lainnya. Terkadang, dalam satu hari aku bisa mengikuti 3 show dalam event yang berbeda.
Aku bersyukur dengan karir cemerlangku di dunia modeling, banyak sekali pencapaian yang ku dapat, mulai dari menjadi BA salah satu rumah pengantin ternama di kotaku, menjadi Duta Pariwisata dan dikirim ke tiga negara tetangga, hingga hampir saja menjadi bintang video klip untuk debutnya group band lokal.
Saat SMA pun, nilai akademikku tak pernah turun sekalipun aku sangat sibuk di dunia modeling. Terbukti masih banyak prestasi akademik yang berhasil aku raih saat mewakili sekolah. Yang paling berkesan saat aku akan lulus, Dinas Pendidikan mengadakan perlombaan Olimpiade Akuntansi SMA tingkat Provinsi, dan aku berhasil meraih juara III pada saat itu. Itu adalah persembahan terakhirku untuk sekolah tercinta sebelum dinyatakan lulus.
Memasuki dunia perkuliahan, aku berhasil lulus dari tes prestasi dan mendapatkan beasiswa di salah satu kampus negeri yang ada di indonesia, beasiswa yang diadakan oleh salah satu perusahaan besar yang memberikan jaminan bekerja setelah aku dinyatakan lulus, tentu saja dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Saat baru masuk kuliah, aku menjadi seorang presenter di salah satu stasiun tv lokal membawakan sebuah acara ragam, yaitu perlombaan bisnis untuk anak-anak SMA dan setingkatnya, acara tersebut digunakan untuk promosi bisnis school yang baru dibuka di sebuah STMIK di kota asalku.
Memasuki semester 3 perkuliahan, aku lebih memilih membatasi dunia modeling dan presenter untuk lebih focus pada dunia perkuliahan untuk masa depanku. Aku memiliki seorang pacar yang berbeda fakultas denganku, namun berada dalam satu kampus. Aku memilih jurusan Ekonomi Pembangunan dan pacarku berada di Fakultas Teknik jurusan Teknik Mesin. Selama pacaran kami sangat saling mendukung. Kami selalu bertaruh IP dan IPK di setiap semesternya, bagi yang kalah harus mentraktir tiket nonton di bioskop. Catatan : selama pacaran, kami tidak pernah malam mingguan, nonton di bioskop juga merupakan agenda rutin kami setiap semester perkuliahan setelah pembagian nilai setiap mata kuliah keluar. Hal itu terus berlanjut dari awal perkuliahan sampai semester akhir. Hingga akhirnya aku mengukuhkan gelar sarjana 3 bulan lebih cepat dari dia.
Saat aku masih proses skripsi, aku ditawari bekerja di salah satu asuransi swasta milik Jepang, namun aku menolaknya. Ya, aku tolak, di saat orang lain berusaha kesana kemari mencari pekerjaan, aku malah menolak posisi keuangan di sebuah asuransi swasta asing. Aku menolak tentunya dengan alasan yang menurutku tepat, namun akhirnya aku pun menyesalinya.
Saat setelah lulus, aku mulai memasuki dunia kerja. Aku bekerja di salah satu bank milik negara sebagai staff promosi. Aku mendapatkan pekerjaan tersebut karena pada suatu event perlombaan yang aku ikuti, bank tersebut menjadi sponsor utamanya, dan menjamin pemenang untuk bekerja di bank tersebut, dan tentu saja dengan syarat yang sudah ditentukan.
Tiga bulan bekerja disana, pacarku berhasil merampungkan masa kuliahnya, saat hari wisudahnya, dia mendapat telfon dari sebuah perusahaan swasta tempat dia melamar yang mengabarkan bahwa dia berhasil menyelesaikan tahap akhir tes seleksi, dan dia lulus untuk bekerja di perusahaan tersebut.
Kami berjuang sama-sama dari titik nol. Setiap impian dan harapan kami bangun bersama-sama. Kami berjuang bersama untuk mewujudkan apa yang kami harapkan dan yang menjadi impian kami.
9 tahun lamanya kami berpacaran, kedua keluarga besar saling mengenal, dia diterima dengan hangat oleh keluarga besarku, akupun juga demikian.
Hingga tiba saatnya dia melamarku, dan akhirnya kami menikah, kini kami dikaruniai sepasang anak kembar yang sangat cerdas.
Mungkin hidupku terlihat sangat sempurna, kehidupan yang diimpikan oleh banyak wanita di luar sana. Karir, percintaan seakan tidak ada cacatnya. Namun, inilah kisahku, kebahagiaan yang terlihat oleh mata hanya sebagian kecil dari pahitnya kehidupan.
Aku pernah mengidap depresi, beberapa kali nyaris bunuh diri, bahkan sampi sekarang ada trauma yang membekas di diriku hingga sukar untuk mempercayai orang lain lagi.
Aku, Widanta Ester, dan inilah kisahku.