"Ah, ya baiklah, Tuan Saga." Bian pun menahan senyumnya ketika memang ia terlalu sering tidak fokus dalam bekerja.
"Dia selalu saja begitu," gumam Saga dengan perlahan. Selepas kepergian dari Bian, Saga pun teringat jika ia ingin membahas sesuatu dengan Sam.
Melakukan panggilan tanpa ingin membuatnya berjalan menemui langsung. Tak berapa Sam pun datang.
"Ada apa, Tuan Saga?"
"Aku tahu kalau Bella mencurigai mu kan?"
"Ya benar sekali, Tuan Saga. Bahkan dia juga sempat bertanya kepada Bian. Tapi, memang aku tidak mengatakan apapun," sahut Sam dalam kejujurannya.
"Bagus sekali, malam nanti giliran kamu yang mengawasi ayahnya Bella di rumah sakit. Dengan begitu Bella akan semakin bingung dengan sosok pria bertopeng yang membuatnya ketakutan. Tapi, sekarang aku yang akan berada di sini, sebab Bian yang akan menemanimu di sana," ucap Saga dalam perintahnya.
"Siap, Tuan Saga. Lalu bagaimana dengan persoalan adikny Bella, apakah kamu akan segera bergegas sekarang?"
"Tidak perlu, aku sudah memberi aba-aba kepada Bian. Dia akan mengatakannya padamu. Sekarang pergilah."
"Baik, Tuan Saga."
Selepas kepergian Sam, Saga segera berjalan menghampiri Bella.
Terlihat wanita itu sedang melakukan tugasnya dengan ikhlas, namun Saga tidak sadar kalau ternyata Bella sudah ketiduran sembari ia menunggu air penuh.
"Ya ampun, dia malah tidur di sini. Pantas saja dia tidak datang-datang," gumam Saga.
Dengan sengaja Saga mengarahkan shower kearah wajahnya Bella. Cipratan air membuat Bella terbangun. Hingga membuat baju wanita itu basah kuyup.
Dengan penuh kesal di saat melihat kearah pakaiannya, Bella pun melotot dengan sempurna kearah Saga, dan dengan sengaja ia pun membalas perbuatan pria itu.
Keduanya telah basah kuyup, dan tawa lepas ikut menyertainya. Tanpa sadar bahwa untuk kali pertamanya Saga bisa kembali tertawa lepas setelah sekian lama. Entah kenapa wanita itu begitu cepat membuatnya senang, dan ia pun tidak paham akan hal itu.
Begitupun sebaliknya dengan Bella, ia ikut bahagia ketika melihat wajah pria dingin itu ceria. Semakin membuat Bella menatap kearah Saga, tapi semakin pula ia menyadari kalau Saga memiliki sisi lain yang mungkin saja tidak diketahui olehnya.
Dalam diam Bella berkata. "Apakah mungkin aku bisa mencintai suamiku meskipun dia tidak sempurna? Tapi, seharusnya aku bisa kan? Walau bagaimanapun keadaannya sekarang, dia tetap sudah menjadi suamiku, dan aku harus berbakti dengannya juga memberikan cinta."
Alhasil, membuat Bella dengan tiba-tiba memberikan menunduk, dan segera memberikan pelukan hangat kepada Saga. Tanpa adanya kebohongan kini ia melakukannya dengan ketulusan.
"Tuan Saga, mulai sekarang aku akan memanggilmu layaknya seperti suamiku karena memang sekarang kamu adalah suamiku," ucap Bella dengan pelan. "Tapi, aku tidak bisa membiarkan kamu tahu bahwa sebenarnya pria itu telah mengambil kesucian ku, siapa dia aku tidak kenal," lanjut batinnya.
Sontak membuat Saga terdiam, bahkan ia semakin dibuat bingung oleh sikap juga tindakan Bella yang penuh kelembutan, apalagi dengan pelukan yang disengaja.
Walau Saga mengakui jika hatinya sedikit tersentuh dengan ucapan manis yang dilontarkan oleh Bella, namun ia kembali teringat dengan kisah kelamnya.
"Walaupun nantinya sikapmu begitu baik denganku, tapi aku tidak akan pernah melupakan bahwa ayahmu adalah pelaku yang sebenarnya. Meskipun aku tidak memiliki banyak bukti yang dapat memasukkan ayahmu ke dalam penjara, tapi aku sangat yakin karena di saat kejadian dia berada di tempat," batinnya Saga.
"Air mata harus dibayar dengan air mata, dan begitu juga dengan kesengsaraan serta kematian yang telah keluargaku alami selama lima tahun ini, tidak akan pernah membuatku bisa tenang sebelum dendam ini terbalaskan, Bella," lanjut Saga dalam batinnya.
Sedang asyik-asyiknya Bella memberikan pelukan hangat kepada Saga, namun tiba-tiba saja kenyamanan itu terhempas kan oleh tangan kekar Saga. Sontak membuat Bella merasa bingung.
"Mas Saga, kenapa kamu mendorongku?" tanya Bella dalam kebingungannya.
"Lagipula kamu banyak sekali drama. Sekarang cepat mandikan aku," perintah Saga dengan raut wajahnya yang datar.
"Tapi, kenapa harus aku yang memandikan mu? Kamu bisa kan mandi sendiri?" tanya Bella ketika ia juga ikut merasa kesal dengan sikap Saga yang terlihat kasar.
"Mulai detik ini kamu yang harus memandikan aku. Enggak pakek nolak!" tegas Saga tanpamu gin dibantah.
"Tapi, tunggu, aku ini istri atau pelayanmu, Mas Saga?" tanya Bella dengan kesal sembari berdiri tegak dengan melipatkan kedua tangan di dadanya.
"Kamu mau nolak?" Saga tidak menjawab, tapi justru ia memperlihatkan tatapan tengilnya kepada sang istri.
Membuat Bella semakin kesal, namun niatnya untuk membalas perbuatan Saga sempat tertunda karena tatapan tajam yang sedang pria itu perlihatkan.
Melangkah lebih mendekat, dan segera memandikan Saga tanpa melepaskan pakaian bawahnya. Namun, hal itu semakin membuat Saga kebingungan ketika Bella lagi-lagi mengalihkan pandangannya dari tubuh bagian bawah Saga.
Tiba-tiba saja terselip sebuah ide baru untuk dapat mengerjai istrinya itu. Saga menarik tangannya Bella dan meminta menatap kearahnya.
"Apa mau mu?" tanya Bella dengan penuh kebingungan.
"Hey, sejak kapan mandi cuma setengah badan?" tanya Saga dengan tatapan tajam yang ia sengaja perlihatkan.
"Ya sejak sekarang." Bella mencoba mengalihkan pandangannya ketika ia merasa malu dengan sikap Tuan Saga yang seperti sengaja mengerjainya.
"Ayo cepat mandikan aku dengan benar, kalau tidak-"
"Kalau tidak apa?" Dengan begitu cepat Bella membantah.
"Ah kau ini." Saga segera pergi tanpa lupa menarik handuk yang ia selat di dalam kamar mandi. Tapi, Bella kebingungan dengan sikap pria itu.
Bella segera membantu untuk mendorong kursi roda, namun Saga melepaskan tangannya Bella sembari berkata. "Aku bisa melakukannya sendiri."
"Apa dia marah padaku?" gumam Bella yang hanya bisa terdiam di tempat.
Ketakutan terbesar Saga adalah untuk jatuh cinta kepada wanita yang salah. Ia sadar bahwa Bella tidak pernah melakukan kesalahan apapun, namun tidak dengan keluarganya. Hingga membuat Saga tidak ingin terlalu melakukan sentuhan intens secara terang-terangan.
Memilih untuk melangkah pergi kearah kamar yang lain, sebab kesempatannya untuk bisa berjalan bebas ketika Bella tidak melihatnya.
Menatap dirinya sendiri kearah pantulan cermin, ia mengambil topengnya.
"Inilah diriku yang penuh dengan dendam. Satu-satunya cara adalah untuk membuat dirinya menderita," gumam Saga.
Kembali dengan Saga yang duduk di atas kursi roda, dan dengan perlahan ia memutarkan jalannya. Namun tak ia sadari, Bella datang untuk memberikan bantuan.
Sembari mendorong kursi rodanya, Bella bertanya. "Kau marah padaku?"
"Untuk apa aku harus marah?" Saga menjawab dengan santai.
"Lalu kenapa kamu pergi begitu saja?"
"Karena kamu tidak becus memandikan aku."
"Huuf! Baiklah bayi besar, apa kamu ingin aku mandikan sekali lagi?"