"Saya lihat kamu tadi lari dari gerbang perbatasan ikhwan."
Mata Mira membeliak saat membaca sederet kalimat yang ditulis dengan tinta biru. Buru-buru Mira menyimpan kertas itu ke dalam lemari sebelum mengantre untuk mandi. Hatinya gelisah. Dia menduga-duga, jika Ustadz Azzami akan memberinya hukuman sebab telah menangkap basah dirinya saat melewati perbatasan wilayah ikhwan.
Setelah mandi, Mira menuju ke masjid khusus akhwat bersama dengan Hasna dan Sri. Kedua santriwati itu merasa ada yang aneh dari sikap Mira.
Sejak keluar dari asrama, hingga kembali lagi ke asrama usai salat Dzuhur dan menyetorkan hapalan, Mira lebih banyak diam, tak seperti biasanya yang selalu banyak bicara. Pikirannya pun selalu tidak fokus, seolah-olah jiwa gadis itu sedang berkelana entah ke mana.
"Mir, kenapa?" tanya Sri, penasaran.
