"Murni!" Kasto kembali memanggil, dan kini jarak mereka sudah dekat.
Murni semakin gemetaran, kemudian memberanikan diri untuk menoleh, dan memastikan bahwa dugaannya salah. Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapan. Apa yang dia takutkan, kini berada tepat di depan matanya, menatap dengan tatapan yang ... entah.
Murni sudah muak dengan semua kelakuan sang suami. Terlebih, karena lelaki itu, dia dan anaknya harus pergi meninggalkan rumah, satu-satunya peninggalan dari orang tua Murni. Kecewa, marah, geram, muak, dan entah perasaan apa lagi yang telah bercampur aduk di dalam hatinya.
"Mur ... tunggu!" Kasto mencekal lengan Murni saat wanita itu hendak pergi.
"Lepas, Pak!" tepis Murni, menyingkirkan tangan sang suami yang suka melayang ke tubuhnya, hingga meninggalkan bekas biru.
"Dengar dulu, Mur! Aku mau kamu sama Mira kembali padaku," ungkap Kasto.
Murni yang tak serta merta percaya pada lelaki itu langsung menyanggah perkataan Kasto.