Mira merasakan sesak di dalam dadanya. Ada perasaan yang aneh saat Laksmana pergi meninggalkan rumahnya, dan meninggalkan dirinya. Walaupun itu atas kehendaknya, tetap saja gadis itu merasa tak rela.
Laksmana sudah tidak terlihat, menghilang di balik tikungan. Mira melangkah ke kamar, lalu menjatuhkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang. Meski tak benar-benar lelah, nyatanya, perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, membuat tubuhnya lemas tak terkira.
Mira menyadari, rasa yang dia miliki untuk Laksmana tak dapat dihilangkan begitu saja. Walaupun mulutnya bisa berbohong, namun hatinya tidak.
Sang ketua geng terus membayangkan Laksmana, hingga tak terasa, Mira sudah berada di alam mimpi. Belum lama Mira mengembara di sana, suara sang ibu yang merdunya melebihi bel tanda masuk sekolah membuatnya terjaga.
"Miraaa ... mau Maghrib malah tidur. Pamali. Ayo bangun!" pekik sang ibu. Mira pun terpaksa membuka mata meski terasa berat.