Sebuah keputusan telah diambil. Suka tidak suka, mau tidak mau, Mira harus memilih di antara satu.
"Mir, saya ikut kamu aja, ya," ujar Tika dengan suara yang lemah.
"Jangan, Tik! Elu tetep sama Santi. Kasihan dia. Gue nanti deketin lagi si Santi pelan-pelan," larang Mira.
"Lu pulang dulu aja, ya. Gue ada perlu. Atau, lu mau balik ke rumah Santi juga boleh. Temani dia, Tik," sambung Mira, lantas berbalik arah setelah melambaikan tangan.
Mira mengayunkan langkah ke arah lain, bukan ke arah rumahnya. Tika tidak berusaha untuk kepo terhadap urusan sahabatnya itu. Bagi gadis yang super baperan tersebut, privasi seseorang tetap harus dihormati.
Langkah Mira terhenti sejenak. Dari kejauhan, dilihatnya Laksmana duduk di warung ibunya Ara. Jantungnya seketika berdegup kencang. Ada sensasi berdesir yang menjalar di sekujur tubuhnya. Begitu yang gadis itu rasakan setiap kali bertemu dengan Laksmana.
