Dengan hati-hati Mira melangkah, melewati pecahan kaca yang berserakan. Sepertinya, piring di dapur beterbangan hingga ke bagian depan rumah.
Suara tangisan tertangkap oleh telinga Mira. Suara itu berasal dari kamar orang tuanya. Gadis itu bergegas menuju ke kamar, di mana Murni sedang duduk meringkuk, memeluk lutut. Bahunya berguncang. Wajahnya dibenamkan pada lengan.
"Mak ...," lirih, Mira memanggil sang ibu.
Disentuhnya pundak ibunya dengan lembut. Melihat keadaan rumah yang super berantakan, juga ibunya yang demikian, hati Mira bagaikan tersayat.
"Bapak sekarang ke mana, Mak?" tanya Mira.
Tangannya mengusap punggung sang ibu, berharap dapat memberi sedikit perasaan yang lebih baik. Namun, ibunya bergeming. Isak tangisnya masih terdengar meski lirih. Lambat laun, guncangan di bahu wanita itu berhenti. Tangisnya pun tak ada lagi.