Fajar baru saja menyingsing. Mira menatap ke luar jendela, dari dalam kamarnya. Lingkar matanya menghitam sebab semalaman dia terjaga.
Pagi itu tampak sama seperti biasanya. Pohon rambutan besar di samping kamar Mira masih sama, berdiri dengan kokoh, dan burung kecil yang selalu berkicau dari atas pohon rambutan itu pun masih sama, berisik. Namun, hari itu tidak akan sama lagi bagi Mira.
Keputusannya untuk menjauh dari Laksmana, membuat Mira seakan-akan kehilangan tujuan. Saat bersama dengan Laksmana, hati Mira merasakan damai. Terlebih, ketika berada di pengajian, dan mendengarkan ceramah dari ustad, ada perasaan yang berbeda. Mira tak tahu apa itu. Yang jelas, sang ketua geng merasa nyaman.
Mira menghela napas dalam-dalam. Dihirupnya udara pagi yang belum terpolusi. Hawa segar memenuhi paru-parunya.
Sang ketua geng lalu bergegas ke kamar mandi saat mendengar sang ibu berteriak memanggil namanya.