Chereads / Terjebak CINTA CEO Posesif / Chapter 14 - Ch 15 Menikahi mu

Chapter 14 - Ch 15 Menikahi mu

Selamat membaca

.

.

"Jadi, apakah karena aku akan mendapatkan keponakan, sehingga kau harus menikah?" tanya Helena sambil terus melap menu di hadapannya.

"Aku …,"

"Karena kau melakukan kesalahan?" tanya Helena memperhatikan Alan yang menggantungkan kalimat, bahkan tanganya membeku tak bergerak sedikitpun, padahal dia ingin menyuap nasi ke dalam mulutnya.

"Aku tidak tahu," jawab Alan akhirnya melanjutkan kegiatan menyuap nasinya.

"Tidak tahu? Yang benar saja! Huk… Huk…" Helena terbatuk batuk karena ucapan Alan yang tidak bisa di nalarnya.

Helena segera meminum teh es yang ada di dalam gelasnya untuk meredam sensasi sakit dari tersedak yang dialaminya. Beruntung, tersedaknya tidak hingga masuk ke hidung, jika itu terjadi bisa dipastikan Helena menangis karena rasa panas akan terasa pada batang hidungnya.

"Hey, Hati hati!" kata Alan spontan, memanggil bocah remaja tadi, dan meminta teh hangat untuk meredakan rasa sakit pada tenggorokan Helena.

"Pelan pelan saja," kata Alan memberikan teh tersebut kepada Helena.

Setelah beberapa saat disibukkan oleh drama tersedak Helena, akhirnya Alan menghela nafas lega. Hari ini entah keberapa kalinya dia menghela nafas.

"Aku minta maaf," kata Alan merasa bersalah.

"Ceritakan bagaimana bisa kau berkata tidak tahu!" sembur Helena menunjuk Alan menggunakan ayam yang ada dalam genggamannya.

Sekali lagi, untuk yang kesekian kalinya Alan menghela nafas. Kemudian dia pun berkata. "Aku tidak tahu bagaimana pastinya, saat aku terbangun aku dalam keadaan telanjang dan seorang wanita di sebelahku, dan keadaan kami sama." Alan memulai penjelasanya.

Untuk sesaat, Alan menghirup udara banyak banyak hingga paru parunya mengembang sempurna, lalu menghembuskan perlahan, sebelum akhirnya lanjut menjelaskan.

"Lalu tadi siang dia menelponku, dan berkata dia sedang hamil," kata Alan dengan mata kosong menatap piring. Seleranya entah kenapa menguap begitu saja, padahal sangat lapar.

"Kau percaya itu anakmu?" tanya Helena kepada Alan.

"Aku juga sempat berpikir begitu," jawab Alan, lalu dia mengangkat pandanganya dan menatap Helena. "Tapi aku takut meragukan anak ku sendiri," lanjut Alan.

"Dengar pak tua, kau tidak sedang meragukan si anak tak berdosa yang ada di dalam perut ular. Lagi pula kamu tidak bisa menikahi wanita hamil, kau harus menunggu dia melahirkan. Setelah lahir kau kan bisa memeriksa DNAnya!" papar Helena dengan tenang

Biasanya Helena hanya akan diam dan menyimak setiap cerita hingga akhir tanpa mencela, dan ketika dia dimintai saran barulah dia memberikan saran. Tapi kali ini, masalahnya sangat serius, dan menyangkut masa depan lebih dari satu orang, apalagi menyangkut masa depan bayi tak berdosa.

Alan terdiam mendengarkan penuturan dari gadis di depanya. Apa yang telah dikatakan gadis itu benar, tapi entah kenapa dirinya merasa ragu.

"Darah dagingmu atau tidak, aku harap kau mengambil anak itu," kata Helna berbisik pelan.

"Kenapa?" tanya Alan.

"Posisi anak itu hanya berguna jika wanita itu berhasil menikah denganmu, jika dia gagal menikahimu karena terbukti bukan anakmu, maka anak itu akan diabaikan oleh wanita itu." Kata Helena menunduk dalam. "Bahkan setelah dia berhasil menikah denganmu, belum tentu dia dicintai karena dia dianggap sebagai Alat oleh wanita itu," papar Helena selanjutnya.

Alan seketika tersadar akan ucapan Helena, seketika pupil matanya melebar. Tapi dia tidak bisa memeluk Helena, karena Helena tidak suka di kasihani, lagi pula mereka terhalang meja.

"Aku pasti akan mendengarkan ucapanmu," kata Alan mengusap kepala Helena dengan tangan kirinya.

"Iuhh tadi cebok cuci tangan ga?" tanya Helena menyingkirkan tangan Alan dari rambutnya yang berwarna kombinasi antara hitam dan golden brown.

Secepat itu Helena mengubah ekspresinya, dari yang awalnya terlihat galau seketika menjadi ceria bahkan seperti tidak yang terjadi pada gadis itu. Seolah dia memang selalu ceria, hanya saja bagi Alan yang sudah berteman dengan Helena sejak kecil, membuatnya mengenal Helena lebih baik dari siapapun.

Meski begitu, dirinya lebih sering tidak mengerti arti senyuman, tawa atau kekehan Helena, karena itu semua tidak bermakna kebahagiaan, bisa saja itu berarti sebaliknya yang disembunyikan.

Sosok yang didewasakan oleh keadaan yang menyakitkan dan situasi yang menyulitkan. Seorang gadis yang di paksa dewasa lebih awal.

Itulah kenapa di satu sisi Helena terlihat kekanakan dan bahkan suka bertingkah seperti Gadis remaja. Itu bisa dibilang seperti yang dikatakan oleh orang. 'Masa Kecil Kurang Bahagia''.

Dahulu sebelum mengenal Helena, Alan merupakan anak yang banyak tuntutan tanpa ingin dituntut balik. Dia sangat malas belajar dan selalu beralasan, bahkan selalu bolos les. Hingga akhirnya dia pindah ke Riau.

Di tertampar oleh realita,tentang betapa tidak bersyukurnya dirinya yang mendapatkan segalanya sedangkan Helena tidak, dimana terkadang Helena yang masih kecil dipaksa mengalah dengan adik adiknya.

Namun yang paling membuat Alan malu adalah ketika Helena sangat tidak mau dikasihani, dia tidak suka belas kasih dari orang. Tidak tahu alasan pastinya, yang jelas Helena selalu memarahinya yang menangis karena Helena dihukum.

Setelah mengenal Helena, Alan menjadi pribadi yang cengeng. Helena yang dipukul dengan rotan, dia yang menangis hanya karena melihat bekas luka itu. Dan Helena akan dengan senantiasa memarahinya agar tidak menangis.

Alan mengangkat kepalanya hingga matanya bisa menatap gadis yang makan dengan semangat seolah tidak ada hari esok untuk makan. Lalu secara tiba tiba terbesit di benak Alan.

"Aku ingin menikahimu!" ucap Alan tiba tiba.

"Jangan gila, aku tidak butuh belas kasihmu," balas Helena melanjutkan makanya.

"Tapi aku tidak kasihan pada mu!" kata Alan membantah Helena.

"Oh ya?"

"Aku sunguh sungguh Helena!" kata Alan entah karena frustasi atau putus asa karena gadis di depannya, atau justru karena dia butuh tempat pelarian?

"Baiklah, kau sudah selesai makan?" Tanya Helena mencuci tangan.

Alan mengikuti Helena mencuci tangan meski piringnya masih berisi banyak makanan. Setelah itu mereka berdiri.

Alan juga memesan dua bungkus untuk dibawa pulang. Satu untuk Helena dan yang satu untuk Nina.

Mereka menaiki sepeda motor milik Helena, kemudian sepeda motor itu bergerak sesuai instruksi Helena. tidak ada suara yang terdengar sepanjang perjalanan itu selain Alan yang bertanya berkali kali, tentang kemana Helena menunjukkan arah padanya.

"Belok kanan!" kata Helena menunjuk sebuah hotel.

Mereka berhenti di sebuah hotel oyo. Hal itu semakin membuat Alan heran, apa gerangan gadis di sebelahnya meminta untuk berhenti di hotel.

"Sebenarnya kita mau apa kemari?" tanya Alan menarik tangan Helena sebelum gadis itu turun dari sepeda motor.

"Kau ingin menikahi ku tidak karena mengasihaniku bukan?"

"Iya,"

"Kalau begitu ayo kita bercinta!"

"Bercinta? Maksudmu Seks?"

.

.

TBC