Selamat membaca
.
.
"Kau sudah Gila?"
Sonia menoleh pada asal suara, meskipun dia tidak melihat siapa orang tersebut, dia bisa tahu siapa pemilik suara cempreng dan kasar itu.
"Mirna? Kenapa kau ke toilet?" tanya Sonia terkejut dengan kehadiran Mirna yang tiba-tiba, bahkan tepat setelah Helena keluar.
"Hah? Apa apan pertanyaan itu? memangnya kau pikir aku kenapa ke toilet?" sembur Mirna kemudian memilih berlalu mengabaikan Sonia.
Mirna membuka salah satu bilik toilet kemudian masuk kedalamnya.
"Ngomong ngomong, apa yang terjadi antara kau dengan Helena?" tanya Mirna dari dalam toilet.
"Memangnya kenapa?" bukannya menjawab Sonia malah balik bertanya.
"Aku melihatnya sangat kesal saat keluar dari toilet," jawab Mirna "dan saat aku masuk kau juga sedang memaki," kata Mirna selanjutnya.
"T-tidak ... tidak ada apapun yang terjadi di antara kami, ya hanya sedikit konflik kecil antara sesama wanita mungkin?" Respon Sonia menggigit bibirnya.
"Bukan karena berita yang tersebar itu?"
"Sudah lah, masa aku bicara dengan orang yang sedang buang air besar! Menjijikkan!" Elak Sonia seraya meninggalkan toilet.
Mirna yang sedang di dalam toilet hanya terkekeh geli dengan respon Sonia yang terlalu blak blakan, dia bahkan tidak mencoba memberi alasan dari apa yang dia tanyakan beberapa saat yang lalu.
***
"Kau menantang si Sanyo?" tanya Nina terkejut saat ia mendengarkan cerita Helena.
Saat ini Helena dan Nina sedang duduk di ruang terbuka yang ada di belakang kantor, mereka menyantap makan siang bersama karyawan lainya yang membawa bekal.
Ruang terbuka tersebut sering disebut taman atau RTH oleh pekerja di kantor tersebut, karena memang ada beberapa bunga dan pohon yang menghiasi tempat itu, sehingga menjadi tempat beberapa orang melepaskan penat.
Di sana ada banyak meja yang sengaja di buat di sana sebagai fasilitas untuk para pekerja yang ingin melepas penat, atau ingin makan siang.
"Ya, mau bagaimana lagi. Aku kesel banget sama dia yang sok-soan! Padahal modal ngelon-,"
"gak baik ngomongin aib orang," kata Nina menyumbat mulut Helena dengan sosis goreng.
Helena melotot kesal, tapi tidak mencoba membantah Nina. Selain berdosa, Helena juga baru teringat bahwa mereka tidak sendirian di taman tersebut. bisa saja, mereka hanya bicara sedikit yang mendengarkan malah menyebarkan cerita tersebut dengan menambah bumbu yang tidak sedap.
"Jadi kamu bakal ikut seleksi menjadi asisten pribadi mbak Delima?" tanya Nina kembali menikmati makanannya yang sempat ia abaikan beberapa saat yang lalu.
"Tentu saja, aku kan sudah terlanjur mengatakannya. Aku tidak mungkin menarik kembali ucapanku," kata Helena mendesah lelah.
"Tidak perlu memasang wajah sedih, lagi pula jika kau berhasil menjadi asisten mbak Delima, bukankah itu peningkatan dalam dunia karirmu?" Hibur Nina kepada Helena.
"Aku dengar kak Delima juga mempertimbangkan untuk berhenti bekerja setelah masa kontraknya berakhir," tutur Nina memberitahukan gosip yang beredar di kalangan rekan kerjanya.
"Aku juga pernah dengar itu, katanya tahun depan adalah tahun terakhir mbak Delima untuk kontrak kerjanya sebelum di perpanjang. Dan dia masih belum bisa membuat keputusan, apakah akan melanjutkan pekerjaanya atau berhenti agar bisa fokus mengurus anaknya," papar Helena.
"Kau tahu banyak ternyata," Kekeh Nina.
"Aku mendengarnya saat dia mengobati luka ku, dan mengenai dia mencari asisten pribadi untuk persiapan cuti melahirkan, aku juga mengetahuinya saat itu." balas Helena setelahnya memasukkan nasi kedalam mulut.
"Hah? Berita itu sudah lama menjadi topik perbincangan yang hangat di grup kantor!" kata Nina terkejut ketika Helena berkata bahwa dia baru mengetahui hal itu kemarin.
Rasa frustasi Nina semakin menjadi saat ia menyadari Helena ingin ikut seleksi yang akan diadakan bulan depan, sedangkan dia baru saja mengetahui berita itu. Yang benar saja?
"Aku tidak punya waktu untuk membaca grup kantor!" kata Helena mendesah lelah.
"Tapi kau maraton one piece bulan ini!" teriak Nina kesal mendengar Helena yang berkata dia tidak punya waktu untuk membaca grup.
"Ya tentu saja itu salah satu alasan kenapa aku tidak membaca grup bulan ini. Kat tahukan episodenya banyak sekali, belum lagi movenya, belum lagi jika aku tergoda membaca komik di beberapa aplikasi," jawab Helena ikut ikutan frustasi.
"Ah, sudah lah! Yang jelas, kau harus mempelajari beberapa hal untuk menjadi sekretaris, meski kau melakukanya karena kesal, aku berharap kau mendapatkan pekerjaan itu," kata Nina.
"Biar apa?"
"Biar gajimu besar, kemudian kita jalan jalan ke raja ampat!" Balas Nina kesal mendengar pertanyaan Helena yang bertanya kenapa dia harus lulus seleksi tersebut.
"ga mau, aku mau ke jepang!" jawab Helena menggelengkan kepalanya kemudian mencebikan bibirnya merajuk.
'Akhh... tuhanku ... kenapa manusia ini terkadang sangat bodoh!'- Batin Nina berteriak frustasi dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Entah untuk keberapa kalinya ia mengerang karena frustasi terhadap Helena, dan entah sampai kapan itu akan terjadi hari ini.
Nampaknya Helena akan menyebalkan hari ini hingga malam tiba.
"Terserah Helena, terserah apa yang kau mau, yang jelas jika gajimu naik, otomatis tabungan mu akan lebih banyak. Dan peluang mu untuk pergi kesana kemari jadi lebih tinggi!"
"Tapi-,"
"Sudah cukup Yelena,"
"Kok Yelena sih!" kesal Helena membuang mukanya kesamping.
Helena terlihat kesal, terbukti dengan Helena yang memanyunkan bibirnya sambil membereskan tempat bekalnya. Setelah itu Helena bangkit dari posisi duduknya.
"Mau kemana? Kan belum selesai makan!" tanya Nina.
"Udah kenyang di hina sama Nina," jawab Helena melangkah meninggalkan meja.
'Kan ... sudah kuduga dia akan semakin menyebalkan,' batin Nina.
Beberapa langkah Helena meninggalkan meja, mata Nina terbuka lebar saat melihat bercak kotor pada area belakang celana Helena.
"Helena kamu tembus!" kata Nina memberitahu.
"hah?"
Nina berjalan mendekat pada Helena kemudian menyeret gadis itu untuk kembali duduk di tempat sebelumnya. Helena hanya pasrah di seret oleh Nina.
"Tunggu di sini, akan aku ambilkan jaket di bagasi motor!" kata Nina memperingati Helena agar tidak meninggalkan tempat.
"Tapi jangan lama lama," kata Helena mencebikkan bibir.
"Iya bawel!"
Nina melangkah dengan cepat menuju basement, beruntung jaraknya yang dekat. Helena yang ditinggalkan sendirian merasa terusik dengan beberapa mata yang memperhatikannya.
"Apa liat liat!" kesal Helena beberapa orang yang memperhatikannya.
Mereka yang melihat ke arah Helena langsung mengalihkan pandangan mereka karena malas meladeni Helena yang terlihat menyebalkan.
Sementara Nina yang tiba di Basement langsung membuka bagasi motornya, lalu mengeluarkan sebuah jaket dari dalamnya.
"Pantesan nyebelin, ternyata lagi haid!" kekeh Nina menutup kembali bagasi motor.
Nina pun berbalik hendak bergegas menemui Helena, namun sesuatu mengusiknya. Seorang lelaki berdiri dengan kepala tertunduk di dekat pintu.
"Nina!"
.
.
TBC