Chereads / Terjebak CINTA CEO Posesif / Chapter 15 - Ch 16 Check In

Chapter 15 - Ch 16 Check In

Selamat membaca

.

.

"Ayo kita bercinta!"

"Bercinta? Maksudmu Seks?"

Alan seketika terkejut dengan penuturan Helena. Sebuah kata yang hampir tidak pernah terdengar dari mulut gadis itu.

Alan menarik Helena yang baru saja turun dari sepeda motor, tubuh mereka disejajarkan meskipun Alan harus sedikit menunduk agar wajah mereka bisa saling berhadapan.

Terlihat jelas wajah Alan jauh lebih frustasi setelah mendengar ajakan Helena daripada ketika dia mengatakan tentang masalahnya. Terlebih setelah Helena mengangguk setelah pertanyaan yang diajukan secara spontan tadi.

"Apa kau gila? Sebenarnya ada kenapa kau seperti ini?" tanya Alan marah besar.

Selama ini, setelah bertahun tahun dirinya menjaga Helena, momen ketika dirinya tidak menjaga Helena adalah ketika dia harus meninggalkan Riau. Setelah dia dan Helena bertemu, dia selalu mengawasi gadis itu secara diam diam, memastikan tidak laki laki brengsek yang mencoba menyakitinya.

Lalu secara mengejutkan Helena mengajaknya untuk melakukan Seks?

"Ayo kita bicara di dalam!" kata Helena tak ingin menjawab pertanyaan Alan sebelumnya, dia berusaha meloloskan dirinya dari rengkuhan Alan.

"Itu hotel Na!" teriak Alan frustasi.

Pupil mata Helena bergerak, dia melihat sekitar yang bisa diawasi oleh matanya. Beruntung karena malam ini tidak banyak yang datang bahkan parkiran cenderung sepi. Helena bersyukur, dengan begitu mereka tidak akan menjadi tontonan banyak orang.

"Aku tahu itu hotel, memangnya kenapa? Kita sering menginap bersama di satu kamar hotel sebelumnya bukan?" tanya Helena akhirnya berhasil meloloskan dirinya.

Dia melangkah masuk ke dalam lobi Hotel, dia bertemu dengan resepsionis kemudian melakukan Check in untuk satu kamar Hotel.

Setelah mendapatkan kunci, Helena keluar dari hotel tersebut untuk menemui Jalan yang masih duduk di motor dengan kepala menempel pada dashboard stang motor.

Helena menggigit bibirnya, lalu dia mendekat pada Alan. Saat dia tiba di sana, dia melihat bahu Alan bergetar kecil, sepetinyalelaki besar itu menangis.

"Kau di tertawai oleh anak kecil itu!" kata Helena menunjuk seorang anak kecil yang berdiri di dekat atm yang tersedia di dalam kawasan hotel.

Alan mengangkat wajahnya. Saat dia melihat tangan Helena memutar mutar sepasang kunci, wajahnya semakin muram. Dia kira Helena hanya ingin mengertaknya saja, tapi gadis itu benar benar menyewa kamar.

"Jangan berpikir untuk kabur, akan aku ku sunat kau untuk yang kedua kalinya!" Ancam Helena bahkan sebelum Alan sempat memikirkan apapun.

"Tapi..."

"Jika kau tidak masuk bersama ku, maka aku akan masuk bersama orang lain!" kata Helena melangkah meninggalkan Alan.

Alan mengerang frustasi, kepalanya terasa mau pecah. Ingin rasanya ia menyeret Helena meninggalkan hotel, tapi dia sadar mereka tidak menggunakan mobil.

Alan frustasi, rambutnya diacak acak akibat dari tidak bisa menemukan solusi. Akhirnya ia memilih meninggalkan motor lalu berlari menyusul Helena yang masih terlihat oleh matanya.

Bagi Alan, lebih baik dirinya yang masuk kedalam kamar bersama Helena daripada orang lain. Bukan karena untung atau rugi, tapi karena dirinya pasti akan menahan dirinya, lagi pula dirinya tidak pernah tertarik kepada Helena secara seksual.

Alan tidak berbicara sedikitpun kepada Helena, sepanjang perjalanan di dalam lift hingga mereka masuk kedalam kamar, keduanya saling diam dan hanya dalam pikiran masing masing.

Helena menutup pintu rapat rapat, menguncinya dengan kunc ganda yang tersedia di dalam kamar tersebut.

Di dalam kamar itu ada sebuah ranjang yang sangat besar dan luas. Ranjang itu juga terlihat empuk dan sangat nyaman untuk ditiduri. Namun Alan lebih memilih duduk di sofa single yang tersedia di dalam kamar tersebut.

Sedangkan Helena, setelah mengunci pintu kamar, dia menuju kulkas mini yang ada di bawah tv.

"Kau tidak mau melakukannya de-,"

"Tidak!" teriak Alan memotong Helena lebih dahulu. Dia tahu apa yang ingin dikatakan oleh Helena.

"Tapi bukankah kau ingin menikahi ku?" tanya Helena melangkah mendekati Alan dengan dua kopi kalengan, salah satunya dia serahkan kepada Alan saat dia tiba di hadapan lelaki itu.

"Tapi tidak dengan-,"

"Kita akan melakukanya." Potong Helena pula kali ini. "kita akan melakukannya setelah kita menikah, dan apa kau tidak berfikir bahwa aku akan terluka karena penolakanmu seperti hari ini?" tanya Helena menatap Alan dengan tatapan datar.

Helena menghela nafasnya, kemudian dia meninggalkan Alan. Helena memilih duduk di ranjang yang empuk dan luas.

"Itu urusan setelah menikah Helena!" kata Alan entah kenapa dia malah berkata seperti itu.

"Hahaha, kau lucu sekali Alan! Tidak, haruskah aku memanggilmu dengan kakak seperti dahulu?" tanya Helena seolah sedang mencemooh Alan.

Saat mereka masih kecil, Helena memanggil Alan dengan sebutan Kakak, namun saat mereka bertemu setelah berpisah dalam waktu yang lama, Helena enggan memanggil Alan dengan sebutan kakak. Tidak ada alasan kenapa ia memilih memanggil Alan dengan nama.

"Kau tidak pernah tertarik pada ku dari segi fisik, jika kau tertarik pada ku dalam hal itu pasti kau sudah melakukan itu sejak lama padahal kau punya banyak kesempatan!" papar Helena pada Alan yang mematung diam.

"Kau itu hanya seorang pengecut Alan. Kau mencoba lari dari kenyataan, dan menikahi ku sebagai alasan agar kau bisa lari. Apa kau pikir itu tidak akan menyakitiku?" Lanjut Helena dengan suara yang naik satu oktaf.

Alan hanya bisa tertegun tanpa bisa melakukan apapun, dirinya hanya mampu duduk dan mata terbuka lebar.

Alan tertampar oleh ucapan Helena. Bagaimana dirinya tidak memikirkan hal itu. mungkin mereka akan tetap melakukanya, tapi bukan karena saling menginginkan tapi karena membutuhkan. Dan itu jelas akan menyakiti perasaan Helena, dimana mereka saling tahu tidak ada perasaan di antara mereka.

Alan akhirnya menyadari kesalahan yang telah dirinya pikirkan. Dirinya baru saja melukai perasaan Helena.

Alan melihat Helena yang menunduk dengan bibir yang digigit dengan keras agar tidak terisak, dan tangan Helena mencengkram kaleng yang masih belum terbuka, gadis itu berusaha agar tidak bergetar karena menangis.

"Helena maafkan aku!" Kata Alan bangkit dari duduknya kemudian mendekati Helena yang duduk di atas ranjang.

"Aku menyesal Helena ... Aku menyesal!" ungkap Alan meraih tangan Helena agar bisa digenggam olehnya.

"Aku mohon maafkan aku..." Alan terus saja memohon, sedangkan tangisan Helena semakin pecah.

Helena melepaskan tangan Alan yang menggenggam tangannya, lalu beralih dengan memeluk tubuh Alan erat. Kemudian menumpahkan tangisnya dalam dekapan lelaki besar itu.

"Apa aku semenyedihkan itu Alan? Apa aku selama ini tidak pernah bahagia di mata mu?" tanya Helena dalam pelukan Alan.

Sedangkan Alan, dia tidak bisa berkata apa apa selain mempererat pelukan sambil terus mengumamkan maaf dan air matanya juga berjatuhan di punggung Helena.

"Maafkan Aku Helena!"

.

.

TBC