Selamat membaca
.
.
"Helena?"
"Kakak nagapain di sini bareng kepala departemen?" Tanya Helena pada Delima.
"Kami sedang rapat, pak Andre minta ganti suasana rapat, karena terlalu sepi dikantor. Jadi mereka minta di hotel," Jawab Delima santai.
"Kenapa oyo?" tanya Helena.
"Karena budged di sini paling murah, dan paling dekat juga dengan kantor kita." Kata Delima mengangkat bahunya acuh. "Memangnya kenapa dengan Oyo" tanya Delima pada Helena.
Helena yang mendapatkan pertanyaan itu seketika tersentak, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Akhirnya Helena memutuskan untuk menguap dan pura pura tak begitu peduli.
"Bukan kenapa kenapa kok!" kata Helena mendekat pada Alan kemudian bersandar pada Alan.
Helena menarik kemeja Alan, kemudian berbisik. "Ayo pulang, aku ngantuk!" kata Helena sedikit terdengar oleh yang lain namun mereka pura pura tidak dengar.
"Yasudah kalau begitu kami pamit dahulu," kata Alan menyalami tangan satu persatu.
"Sudah mau pulang?"
Badan Helena menengang seketika saat dia mendengar sebuah suara yang sangat ia kenal sedang berdiri di belakangnya. Tangan Helena semakin erat memeluk tangan kiri Alan sanking takutnya
"Loh Helena? Bukanya kamu bilang tadi mau pulang dan istirahat lebih awal?" tanya orang itu dengan ramah, namun seperti cambuk di telinga Helena.
Elena tidak mau di cap pembohong, dan bosnya tidak lagi mempercayainya. Karena beberapa jam yang lalu, dia pulang lebih awal daripada yang lainya, kemudian bertemu dengan bosnya sebelum memasuki Lift.
Ketika itu, Helena memang tidak berbohong mengenai dirinya yang kelelahan dan ingin istirahat lebih awal. Tapi dia tidak menduga akan malah menjadi seperti ini.
"Ah, ini tadi saya minjam motor Helena. Jadi saya suruh dia istirahat di sini karena ngantuk banget, dan saya baru kembali dari urursan saya," Jelas Alan berbohong seratus persen.
"Ouh begitu, kalian saling kenal ternyata," kata Bastian mengangukkan kepalanya memperhatikan tangan Helena yang masih memeluk lengan Alan.
Helena yang merasa di perhatikan, segera melepakan pelukanya dan bersikap cangung. Sudah seperti kekasih yang ketahuan sedang jalan dengan lelaki lain. Ya, tingkah Helena memang sedikit berlebihan hanya karena malu.
"Audahlah, Helena pulanglah bersama Alan, kamu sudah mengantuk sekali!" kata Delima sebelum mereka menjadi lebih lama di lobi hotel tersebut.
"Kalian pulang pakai sepeda motor?" tanya Bastian kepada Alan dan di jawab dengan anggukan oleh Alan.
"Ini sudah tengah malam, kasihan Helena." Kata Bastian.
Delima yang mengerti dengan maksud Bastian segera mengambil alih percakapan sebelum terjadi kesalahpahaman.
"Helena kamu pulang pakai mobil sama pak Bastian ya? Ini sudah tengah malam, bahaya. Lagi pula kamu sudah mengantuk, kamu bisa jatuh nanti," kata Delima menjelaskan seara perinci agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.
"Buk Delima benar," kata Alan membenarkan ucapan Delima.
"Tapikan arah rumah kami beda, lagian masa aku di antar sama pak Bastian terus?" Helena terdengar enggan tapi tidak punya alasan untuk menolak kebaikan.
"Tidak apa apa, dari pada terjadi hal buruk pada mu?" tanya Alan mencoba meyakinkan gadis itu.
"Lalu kak Delima?" tanya Helena pula.
"Suami ku sudah di jalan, di sebentar lagi tiba. Kalian pulanglah lebih dahulu," kata Delima.
Helena menoleh pada Alan, lalu menoleh pada Bastian, sejenak dia diam kemudian dia kembali bertanya. "Saya tidak merepotkan bapak kan?" tanya Helena ragu ragu.
"Saya yang menawarkan tumpangan pada mu, itu artinya saya siap di repotkan."
Helena kembali menoleh pada Alan, kemudian dia mendapatkan anggukan dari Alan bahwa alan juga sepakat dengan saran dari Delima.
"Aku jemput kamu besok pagi ya? Aku sekalian mau sarapan di Indomaret," kata Alan mengusap puncak kepala Helena dengan lembut.
Setelah itu Helena menenteng tote bag, tempat bekal yang kosong, dan kresek yang berisi ayam penyet yang di bungkus tadi.
Helena berpamitan, kemudian mengikuti Bastian menuju parkiran, di sana ada mobil yang ia naiki tadi pagi. Padahal saat Alan dan Helena tiba beberapa jam yang lalu, mobil itu tidak ada di sana.
"Masuk," kata Bastian membukan pintu untuk Helena.
"Saya ka bisa sendiri pak!" kata Helena tidak senang di bukakan pintu karena merasa malu.
"Awh.." tak sampai 1 menit mengatak itu Helena malah tersandung kakinya sendiri saat ingin masuk sehingga dia terjatuh.
"Saya bisa sendiri pak!" tegas Helena sekali lagi saat Bastian hendak membantunya.
Bastian yang melihat tingkah Helena hanya bisa pasrah, dia memilih untuk masuk ke bagian pengemudi. Di sana, ia memmperhatikan Helena yang merapikan dirinya.
"Kaki kamu sakit?" tanya Batsian.
"Tidak," jawab Helena cepat.
Bastian mengerti dengan tingkah meledak ledak Helena. Gadis itu sedang mengantuk, karena memaksa matanya untuk terbuka membuat gadis itu tidak fokus dan menjadi lebih sensitive. Keponakanya juga begitu jika di ganggu saat tidur, bahkan lebih parah.
Bastian tidak berkomentar lagi, ia segera mengendarai mobil meninggalkan area Hotel, menuju kos yang baru saja dia datangi tadi pagi.
"Bapak memang baik atau iseng sih?" tanya Helena membuka jendela mobil.
"Tidak," jawab Bastian menutup kembali jendela tersebut lewat control yang ada di dekat pengemudi.
"Tidak?" tanya Helena menatap Bastian sebal karena jendela kembali di tutup.
"Ya, saya tidak baik atau pun iseng." Jawab Bastian.
Bastian mendekat, kemudian bertanya "Saya turunkan joknya ya biar kamu bisa berbaring?" Bastian menawarkan kepada Helena dan mendapatkan anggukan dari gadis itu.
Setelah berada di posisi berbaring, Helena kembali bertanya. "Lalu kenapa bapak mengantar saya pulang?"
"Haha, kamu terlalu cerewet untuk orang yang mengantuk."kekeh Bastian kemudian menjawab. "Saya hanya merasa bisa membantu," jawab Bastian enteng.
"Jadi bapak sering memberikan tumpangan pada kariawan bapak? Uuuh kasihan pacar bapak!"Seru Helena masih memperhatikan Bastian, terlebih posisinya cukup nyaman.
"Tidak juga, karena saya jarang bertemu yang kesusahan. Biasanya mereka cukup cerdas, jika hujan mereka memean taksi online," kata Bastian menjawab dengan enteng. "Lagi pula apa hubunganya dengan pacar saya?" tanya bastian pada Helena yang telah cemberut karena jwaban Bastian yang seolah mengatakn Helena bodoh.
"Ya kasihan, bapak mengantarkan perempuan lain, berduaan di dalam mobil. Kalau itu saya, pasti sudah marah!" jawab Helena mulai memejamkan matanya.
"Itu kalau kamu pacar saya, sayangnya bukan," kekeh Bastian.
"Itu Cuma istilah,memangnya pacar bapak gak pernah marah?" tanya Helena dengan mata terpejam.
"Pertama, tidak dewasa marah hanya karena hal itu, karena itu mengenai keselamatan. Dan yang kedua saya tidak punya pacar,"
"Bohong," balas Helena lagi, meski matany telah terpejam rapat.
"Saya tidak suka hubungan yang mempersulit, seperti kata kamu tadi. Jika saya punya pacar dia pasti sudah merajuk pada saya jika mengantar kamu." kata Bastian.
Dia menoleh kepada Helena, kemudian mendapati gadis itu sudah terlelap dengan tenang. Rasanya Bastian menjadi bodoh karena bicara dengan oran yang tidur.
"Hah … Dia terlalu berisik, bahkan dalam keadaan setengah sadar sekalipun,"
.
.
TBC