Chereads / Petals Girl (A Girl Who Owned By Possessive Devil) / Chapter 6 - 6- Sebuah Celah Kecil

Chapter 6 - 6- Sebuah Celah Kecil

Apa kalian mulai berfikir mengapa Daisy tak mencoba lari dari kekangan Xander? Apa Daisy akan bisa bertahan hidup dalam kurungan Xander?

Daisy bukan seorang wanita ceroboh lagi saat ini. Dia jauh lebih cerdas dari Daisy yang naif layaknya anak berumur lima tahun.

Daisy tahu betul jika dia tak akan dengan mudah pergi dari Xander, apalagi dengan dirinya yang sudah berstatus sebagai istri dari pria tampan yang kelewat sempurna seperti Xander.

Tapi jauh di dalam lubuk hati Daisy, dia menginginkan sebuah kebebasan. Dia ingin pergi dari sisi Xander dan memulai kehidupannya yang normal. Namun semua impiannya hanyalah sebatas mimpi,karena kenyataannya Daisy memang tak akan bisa pergi dari kehidupan Xander

Apa kalian mulai meragukan cinta Daisy kepada Xander setelah mengetahui semua yang ada di dalam pikiran Daisy?

Tidak, kuharap kalian tak menganggap jika Daisy hanya berpura-pura tunduk dan menerima Xander sebagai kekasihnya, cintanya.

Karena Daisy memang mencintai Xander, walau dia masih sangat bimbang mana satu yang paling dia inginkan. Tetap berada di sisi Xander dalam kurungan emas ini, atau terbang bebas dan melihat dunia lebih luas seorang diri.

Tapi untuk saat ini, Daisy akan tetap ada di dalam perannya. Menjadi Daisy penurut yang akan menjadi satu-satunya perempuan paling beruntung karena berhasil merebut hati Xander, seorang yang kejam, arogan, dan dingin tak tersentuh.

Mungkin benar, Daisy tak memiliki celah untuk pergi dari sisi Xander di kehidupannya saat ini. Tapi dia sangat berharap kelak dia akan terlahir menjadi seseorang yang berkuasa dan bebas melakukan apapun atas dirinya sendiri.

Daisy tahu mungkin hidupnya sudah bukan lagi miliknya, namun Xander sangat mencintai Daisy, kan? Jadi tak masalah, Daisy akan mencoba untuk berbahagia dengan semua fakta itu di kehidupan saat ini.

"Daisy, kemarilah ...." Xander memanggil Daisy yang kala itu tengah duduk di dekat aquascpae miliknya.

"Ada apa?" tanya Daisy setelah ia sampai di hadapan Xander.

Xander menarik pinggang Daisy, sehingga kini si cantik telah jatuh dengan apiknya di pangkuan Xander.

"Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan di luar, dan semua itu mengharuskanku untuk pergi keluar. Apa kau tak keberatan?"

Xander memandangi wajah cantik milik Daisy, dia sedang menanti jawaban Daisy.

Daisy tersenyum dan mengangguk, "pergilah, aku akan baik-baik saja di sini," jawab Daisy dengan suaranya yang selalu terdengar mengalun indah di pendengaran milik Xander.

Walaupun demikian, namun Xander  sedikit merasa sedih dan tak tega kala melihat raut wajah Daisy ketika si cantik mengatakan kalimatnya bebrapa detik yang lalu.

Xander tahu mungkin dirinya sudah terlalu kejam karena tak pernah membiarkan Daisy untuk keluar dari ruangan kamar ini. Tapi semua yang Xander lakukan hanyalah agar memastikan jika Daisy tetap aman dalam jangkauannya.

Aku tahu sikap Xander yang begitu posesif dan terlihat sangat terobsesi dengan Daisy memang sedikit tak normal. Karena faktanya sikap obsessive Xander adalah salah satu efek dari beberapa penyakit mental yang di derita oleh Xander sedari dulu.

"Daisy, bagaimana jika kau ikut bersama denganku, apa kau mau?" tanya Xander dengan suaranya yang ia buat selembut mungkin.

Xander memang seperti itu, dia akan selalu berusaha agar suara aslinya tak terdengar oleh Daisy. Xander tak ingin Daisy menjadi ketakutan kepada Xander. Itulah sebabnya Xander selalu mencoba berucap lembut dan menahan emosinya yang terkadang naik turun di saat ia sedang bersama dengan Daisynya.

"Sungguh?"

Raut wajah bahagia langsung terlihat dari wajah cantik milik Daisy. Tak bisa dipungkiri memang, jika Daisy begitu bahagia saat mendengar niat Xander yang akan membawanya ikut ke urusannya. Yang terpenting bagi Daisy adalah ia bisa keluar dari dalam ruangan luas ini.

Daisy benar-benar merindukan udara segar yang ada di balik pintu dan jendela ruangan yang telah mengurungnya hampir setiap hari.

Xander mengangguk, "tentu saja," jawab Xander dengan tersenyum kecil. Dia ikut senang ketika melihat cintanya tersenyum cerah seperti barusan dengan semangat yang menyala di balik kedua bola mata amber milik Daisy.

"Aku sangat senang! Terima kasih, Xander!"

Karena terlalu bahagia Daisy refleks langsung memeluk tubuh Xander dengan begitu erat.

Bahkan detik itu pula Daisy tak ragu ataupun malu untuk mendaratkan ciuman manisnya di pipi kanan Xander.

Cup

Blush!

Pipi hingga telinga Xander memerah tanpa mampu ia tahan. Sebelumnya Daisy jarang sekali berinisiatif untuk memberi kecupan kepadanya. Namun kali ini semuanya sungguh membuat darah-darah yang mengalir di sekujur tubuh Xander berdesir sangat kuat.

"Hei? Astaga, kau malu, Xan? "

Daisy yang menyadari jika Xander diam dengan telinga memerah itu langsung mengecup sebelah lagi pipi sang kekasih.

Cup

"Sekarang merahnya merata!" ucap Daisy dengan senang.

Karena rasa gemas dan kupu-kupu yang Xander rasakan di perutnya semakin menjadi akhirnya Xander mulai menerkan Daisy.

"Xan--"

"Isy kecilku sudah mulai nakal, ya?" ucap Xander yang berbisik di telinga Daisy.

Saat ini posisi Xander berada di atas tubuh kecil Daisy. Xander puas sekali melihat raut wajah Daisy yang terlihat sangat gugup.

"Kenapa kau justru takut saat ini, Isy?" tanya Xander dengan tersenyum mengejek.

"Aku, tidak takut!" ucap Daisy dengan terbata-bata.

Xander dibuat terkekeh akibat mendengar jawaban Daisy yang terdengar seperti seekor kucing yang sedang berbicara kepada harimau. Sangat lucu! Menggemaskan!

Akhirnya Xander memilih untuk melepaskan tubuh Daisy dari bawah Kungkungan miliknya.

Dengan segera Daisy meraup rakus udara di sekitarnya,dia merasa sangat gugup sampai menahan napasnya bebrapa detik.

"Tapi sebelum itu gunakan pakaian yang kupilihkan. Kau tahu kau terlalu menarik perhatian orang-orang. Aku sangat tidak menyukai itu, Isy."

Xander kini berdiri dan memandangi tubuh Daisy yang masih terduduk di ranjang.

Bagi Xander, tubuh indah milik Daisy hanya akan me jadi milik Xander. Orang-orang di luar sana tak diizinkan untuk menikmati dan melihat keindahan ini. Itu adalah salah satu peraturan mutlak yang Xander buat.

"Xander, aku bahkan hanya mengenakan pakaian ala kadarnya, bagaimana aku bisa menarik perhatian mereka? Kau ini ada-ada saja," ucap Daisy sembari terkekeh.

"Tapi kenyataannya kau memang begitu menarik perhatian, Daisy. Kau sangat amat sempurna dan indah!" ucap Xander yang mulai meninggi.

Menyadari emosi Xander yang sepertinya akan membeludak, Daisy kembali meraih lengan kekar Xander dan mengelusnya perlahan.

"Xan, jangan marah. Lihat urat-uratmu terlihat," ucap Daisy yang masih mengelus lengan Xander.

Xander kembali menempatkan Daisy di dalam pelukannya. Memeluk tubuh Daisy dan mencium aroma yang keluar dari tubuh wanita cantik itu terbukti mampu mengontrol emosi Xander yang membeludak.

Oh iya, apakah kalian mulai bertanya bagaimana Xander bisa berdiri dan berjalan? Mari kuperjelas lagi. Xander saat ini telah seutuhnya mampu menggunakan kedua kakinya dengan normal.

Sebenarnya kaki Xander telah pulih sejak lama atau bahkan Xander memang tak sama sekali cacat dan lumpuh. Dia hanya sengaja merahasiakan semua itu. Karena Xander memang sudah tak cacat sama sekali, sejak dulu dia hanya berpura-pura cacat agar Daisy merasa bersalah dan tak lagi bisa pergi meninggalkannya.

Namun beberapa bulan ini, Xander rasanya lelah harus berlagak seperti orang cacat di hadapan Daisy, itulah sebabnya dia mengatakan kepada Daisy jika terapi yang sudah dilakukan selama ini berhasil, dan kini Xander telah sepenuhnya dapat menggunakan kakinya dengan normal.

"Aku akan mengunjungi beberapa anak cabang perusahan untuk sekedar mengejeknya. Tapi jika kau ikut bersamku, aku sangat takut jika dunia luar akan membuatmu lelah, aku tak mau jika kau kelelahan, Isy."

Daisy menatap Xander dan tersenyum menenangkan ke arah pria yang menjadi bagian paling berharga di dalam hidupnya itu.

"Aku tak akan kelelahan, kau ada di sampingku, kan? Maka aku akan selalu aman, tenang saja aku akan selalu berada di sisimu, Xander."

Beberapa tahun belakangan ini, sikap Daisy memang jauh lebih dewasa, ucapannya semakin anggun dan yang pasti selalu mampu menenangkan kekhawatiran, dan segala emosi yang ada di dalam tubuh Xander.

"Baiklah. Tapi dengan satu syarat. Kau harus selalu ada di sisiku, dan kau juga harus menaiki kursi roda--"

"Kakiku normal, aku masih kuat untuk sekedar berjalan, kurasa aku sama sekali tak memerlukan kursi roda itu, Xan," ucap Daisy yang telah memotong kalimat larangan Xander.

"Apa aku harus membuat saraf-saraf yang ada di sana lumpuh?" tanya Xander dengan menyentuh pelan kaki kanan Daisy.

Daisy menatap wajah tampan Xander, dia menggeleng. Tentu saja Daisy tak mau jika saraf-saraf di kakinya dibuat lumpuh oleh Xander.

Daisy tahu jika dia salah bicara kali ini, "baiklah, Xan. Aku akan memakai kursi roda. Kau jangan marah lagi," ucap Daisy dengan diakhiri memeluk tubuh kekar Xander.

"Bagus, teruslah menurut kepadaku, Daisy," ucap Xander yang sedang menghirup aroma zaitun yang sangat kentara dari rambut halus bergelombang milik cintanya, Daisy.

.

.