Tak ada yang tahu takdir apa yang akan membawamu ke kehidupan selanjutnya. Hal Itulah yang akan segera terjadi kepada Xander dan Daisy.
Sebuah badai angin puting beliung yang muncul tak terduga menghantam mobil yang mereka kendarai.
Panik? Jelas. Takut? Tentu saja.
"Xan?! Awas!" Teriakan Daisy menjadi salah satu dari tiga hal paling dominan di dalam pendengaran Xander.
Xander mencoba memacu mobilnya agar menjauh dari pusaran angin besar di tengah perjalanan ke mansion miliknya.
Jalan menuju ke mansion Xander itu bukan jalan ramai yang dilalui oleh banyak mobil ataupun kendaraan lain. Justru sebaliknya. Jalan ini sangat sepi karena membelah hutan privat yang menjadi tanah milik Xander dan keluarganya.
"Hiks ... hiks ...." Tangisan Daisy semakin terdengar kala mobil yang mereka naiki semakin oleng.
Brak.
Suara nyaring itu berasal dari mobil mereka yang tak mampu untuk menjauh dan menyelamatkan diri dari serangan angin badai itu.
"Daisy!" Xander memeluk tubuh Daisy saat mobil mereka terguling dan berputar terbawa oleh pusaran angin yang bahkan ikut mencabut satu per satu pepohonan di sepanjang jalan.
Tak Terduga! Itulah yang Xander rasakan saat ini.
Badai ini dan semua bencana ini tak ada sebelumnya di dalam perkiraan Xander.
Xander berusaha untuk melindungi kepala Daisy dan seluruh permukaan kulit wanita yang amat ia cintai itu.
Tak ada yang tahu apakah mereka berdua akan selamat? Tidak ... bahkan mobil mereka masih berputar di tengah pusaran angin.
Beberapa bagian dari badan mobil itu bahkan sudah retak, pecah, dan hancur.
"Aku di sini, Isy, aku di sini. Kita akan selalu bersama." Xander tak terlalu yakin dengan apa yang ia ucapkan.
Karena apa yang ada di hadapan mereka kali ini bukanlah sesuatu hal yang kecil yang dapat diselesaikan oleh manusia biasa seperti Xander.
Dengan erat Xander memeluk tubuh Daisy yang bergetar ketakutan. Ini adalah bencana! Ini adalah sebuah titik balik yang akan membuat keduanya menjadi seseorang baru di dalam tubuh dan jiwa baru yang sedang menanti untuk dimasuki oleh keduanya.
"Aku-- aku tak mau pergi secepat ini! Aku mau bersamamu Xan! Hiks ... Ya Tuhan!" Daisy semakin mengeratkan pelukannya kepada Xander. Dia tahu hanya ada satu kemungkinan yang akan terjadi kepada mereka berdua di dalam situasi ini.
Ya ... kematian.
Xander menggeleng. Dia tak akan mau dan tak akan mengizinkan kematian untuk memisahkan dirinya dari Daisy! Tidak akan pernah.
Mata Xander semakin memanas kala dia merasakan seolah Daisy yang ditarik untuk lepas dari pelukan Xander.
Angin besar di luar sana seolah sedang memisahkan kedua pasangan itu.
"Tidak! Tidak! Daisy!" Xander berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan tubuh Daisy.
Daisy ikut menahan tangan Xander. Pegangannya yang semakin melemah membuat Daisy kembali melihat ke arah wajah Xander yang dipenuhi oleh ketakutan.
Daisy memandang wajah itu untuk yang terakhir kalinya dengan mengingat setiap sisi wajah pria yang telah berhasil mengadaikan dirinya untuk mencintai Daisy dengan segala rasa kepemilikan yang ia miliki.
Hingga ...
"Aku mencintaimu! Xan!"
"Arghh!"
Tubuh Daisy tertarik paksa keluar dari mobil itu entah ke mana. Yang pasti masuk dan menyatu dengan pusaran angin badai itu.
"Daisy!!!" Bak orang kesetanan Xander memilih untuk masuk ke dalam pusaran angin itu. Dia berharap menemukan Daisynya.
Sayang ... harapan hanya sebatas harapan.
Brugh.
Hancur.
Badai angin ini akhirnya berhenti dan menyisahkan segalanya yang telah rusak dan hancur berkeping-keping.
"Ah--" Suara rintihan yang penuh akan rasa sakit itu berasal dari Xander yang mendapatkan luka di seluruh tubuhnya.
Di berbaring di jalan dengan banyak patahan ranting dan batu-batu runcing yang mengelilinginya.
Mata Xander yang terluka meliar untuk mencari keberadaan satu-satunya wanita di hidupnya-Daisy.
Dengan semua luka yang Xander dapatkan. Dengan memaksa dirinya sendiri untuk kuat, dia bangkit dengan sudah payah.
"Isy!" Mata Xander yang mulai dibasahi oleh darah mendapati Daisy yang tergeletak tak jauh darinya dengan tubuhnya yang hampir menyatu dengan aspal akibat batu besar yang menimpa tubuh bagian atas Daisy.
"Tidak! Tidak! Daisy!" Xander segera melangkahkan kakinya yang hampir remuk sebagian untuk mendekati Daisy.
Tangan kanan Xander patah dan semakin menyakitkan ketika dia berusaha untuk mengangkat batu besar tang menimpa Daisy.
Nihil. Itu mustahil!
"Hiks ... Isy! Isy!" Xander melihat wajah Daisy yang kulitnya robek. Dengan luka-luka yang sama banyaknya dengan yang Xander dapatkan.
Xander meraba depan hidung Daisy untuk mengecek deru napasnya.
Hampa.
Hening.
Seketika dunia Xander hancur. Dia tak lagi merasakan napas dari Daisy.
"Daisy? Daisy!!" Xander berteriak nyaring dengan tangannya yang ia gunakan untuk meninju batu besar yang menimpa tubuh Daisy. Membiarkan tangannya semakin remuk.
Xander kemudian menggeleng. Dia tak percaya dengan semua ini. Xander tahu ini hanya mimpi. Dia tengah mengalami mimpi buruk.
Tapi sayang. Ini adalah kenyataannya. Daisy mati. Dia mati dengan semua hal menyakitkan yang merusak tubuh indahnya.
"Kita sudah berjanji! Isy! Kau tak boleh pergi dariku! Isy!" Xander terus menangis tiada henti.
Jika kalian tahu, ini adalah kali pertama ta Xander menangis dengan separah ini.
"Aku akan menyusulmu. Aku akan mencarimu! Di alam sana ataupun di manapun kau berada, Isy ... aku sudah berjanji! Aku-" Xander menjeda kalimatnya.
Dia dengan susah payah meraih sebuah ranting kayu yang bagiannya begitu runcing.
"Aku akan mati untuk menemukanmu!" Xander mengarahkan kayu runcing itu ke dadanya.
"Tunggu aku-- Daisy ...."
Darah merah yang begitu banyak keluar dari bibir Xander.
Kayu runcing itu telah masuk hingga menerobos ke belakang tubuh Xander. Bahkan sedikit jantung Xander juga ikut terkoyak di ujung kayu yang menembus keluar dari punggung Xander. Membuat keadaan semakin terlihat mengerikan!
Bugh
Xander jatuh dengan memeluk tubuh Daisy yang tertimpa batu besar. Mata Xander masih terbuka. Hanya saja mata itu kini semakin memerah hingga akhirnya darah kembali membanjiri mata itu, seperti air mata yang keluar untuk mengekspresikan rasa sakit yang ia rasakan.
Sesaat sebelum Xander benar-benar memejamkan matanya, dia tersenyum miring.
Suara Xander sudah habis. Tapi jiwa iblisnya masih ada di dalam diri Xander.
"Lihat Isy ... aku kembali mengorbankan nyawaku untuk menemuimu di alam sana. Aku merelakan kematianku untuk ikut bersamamu. Aku akan mencarimu, sesaat lagi. Tunggu aku, Isy!"
Mata Xander akhirnya menutup. Mereka berdua mati dengan cara yang mengenaskan.
Meninggalkan dunia yang kali ini mereka tinggali dengan segala isinya. Untuk memasuki sebuah cerita dongeng di dunia fantasi yang jauh lebih menegangkan.
...
"Queen Valerie melahirkan seorang putra!"
Helaan napas lega sayup-sayup mulai terdengar dari beberapa orang yang menanti di balik pintu ruangan Kerajaan SilverDusk.
"Tampan sekali ... Mulai detik ini, namamu adalah Xander Mackzie. Putra mahkota Kerajaan SilverDusk."
Xander kembali terlahir di dalam tubuh kecil, lemah, dan tak berdaya bayi mungil pewaris tahta tertinggi di dunia yang dipenuhi oleh keajaiban.
"Selamat datang, Prince Xander ...," Seorang gadis berusia sepuluh tahun dengan balutan pakaian maid ikut menyambut kehadiran Xander kecil.
Gadis dengan balutan pakaian maid itu tersenyum kecil dengan mata birunya yang masih bertatapan dengan bayi yang baru dilahirkan oleh Queen Valerie.
'Kau benar-benar menepati janjimu. Kau kembali lagi, Xan ... namun dengan kedudukan kita yang tetap berbeda. Aku hanya pelayan. Aku bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis berusia sepuluh tahun yang juga memiliki nama Daisy." Batin Daisy bermonolog.