Dua tahun sudah berlalu sejak kejadian di hari itu, sejak hari itu pula Xander benar-benar tak membiarkan Daisy untuk melakukan pekerjaan apapun.
Bahkan Jesna, ibu dari Xander merasa jika putranya semakin hari semakin gila dengan obsesi dan cintanya kepada Daisy.
Jesna yang mulai menua tak bisa melakukan apapun selain menuruti setiap apa yang diperintahkan dan dikatakan oleh putra semata wayangnya. Jesna tak bisa lagi untuk memaki dan memarahi Daisy, karena putranya sendirilah yang mengancam akan memasukan Jesna ke panti jompo jika wanita tua itu berani mengusik Daisy.
Xander bahkan juga telah memindahkan kamar Daisy. Saking tak ingin berpisahnya Xander dari Daisy, dia membawa Daisy untuk tidur di dalam satu kamar yang sama, di bawah satu selimut hangat yang menemani mereka saat malam yang dingin datang.
Walau begitu, Xander memang telah menikahi Daisy. Mereka berdua sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Jadi menurut hukum yang ada, kini hubungan di antara keduanya telah sah.
Tidur bersama adalah hal yang wajar, kan? Bagi pasangan suami istri seperti Xander dan Daisy?
Sejak semuanya yang terjadi setiap harinya di dalam hidup Daisy selalu sama dan bahkan semakin bertambah buruk. Xander yang posesif gila kepada Daisy tak pernah sekalipun mengizinkan Daisy untuk keluar, walau itu hanya melangkah keluar dari kamar besar yang ditempati oleh Daisy saat ini.
Xander benar-benar membuat Daisy hanya dan akan bergantung kepada dirinya. Xander sudah menyiapkan segalanya di dalam kamar besar ini, sehingga Daisy tak lagi perlu untuk keluar dari dalam ruangan yang sudah Xander sulap menjadi sebuah sangar emas tak kasat mata.
"Xander? Apa kau tak lelah memandangi wajahku sedari tadi?" tanya Daisy.
Saat itu Daisy sudah tidak lagi memanggil Xander dengan sebutan Tuan. Awalnya memang terasa sulit, karena selama ini Daisy selalu memanggil pria tampan di sisinya ini dengan sebutan Tuan.
"Aku tak lelah. Aku justru mendapatkan banyak energi karena menatap wajah cantik ini, Isy."
Dengan perlahan dan di penuhi oleh cinta, Xander mengusap pipi tembam milik Daisy yang semakin bulat dan terasa kenyal.
"Isy, aku begitu beruntung karena memiliki dirimu sebagai milikku."
Xander lanjut memeluk erat pinggang ramping Daisy. Daisy semakin indah dalam banyak hal, tubuhnya, wajahnya, suaranya, bahkan aromanya. Daisy tumbuh menjadi seorang wanita yang sangat sempurna.
"Xan, aku yang seharusnya mengatakan semua itu. Aku yang beruntung karena menjadi milikmu," ucap Daisy dengan menyentuh pelan rahang kokoh milih Xander.
Biji bola mata Xander menatap ke arah Daisy, tepat di kristal pujaan hatinya. Mari sedikit kuperjelas bagaimana rupa indah dari Daisy.
Daisy memiliki bola mata berwarna hijau amber yang tergolong langka di antara populasi manusia di seluruh dunia. Bola mata yang akan selalu terlihat teduh dan sayu di saat bersamaan. Bola mata yang akan selalu Xander jaga untuk dia miliki seorang diri.
Daisy juga memiliki tubuh yang cenderung pendek, tingginya hingga detik ini masih sekitar seratus lima puluh lima sentimeter, sangat jauh berbeda dengan tinggi Xander yang bahkan hampir seratus sembilan puluh meter.
Selain itu Daisy memiliki rambut sepanjang pinggang yang berwarna hitam dengan kilat berkilau khas rambut sehat. Rambutnya bergelombang seperti ombak tenang di tengah samudra. Sangat indah.
Struktur wajah Daisy juga tak main-main. Sudah aku katakan jika Daisy itu bak titisan Dewi. Wajahnya sangat sempurna. Pipi tembam, dengan kelopak mata sayu, dan biji mata berbentuk olive, ditambah dengan hidung dengan jembatan hidung yang mini dan ramping, serta tulang hidungnya yang tinggi.
Dan bagian yang paling Xander sukai adalah bibir Daisy. Bibir berbentuk hati yang berwarna merah delima asli. Bibir yang terasa lembut dan hangat si saat bersamaan, bibir Itu adalah bagian favorit Xander.
Apa sudah cukup jelas aku mendeskripsikan rupa dan bentuk Daisy? Jika sudah mari berlanjut kepada kisah mereka.
"Xan, sore ini aku ingin melihat matahari terbenam. Apakah boleh?" tanya Daisy kepada Xander yang berada di sisinya.
"Bukankah kita baru melakukannya kemarin?"
Bukan dengan jawaban, namun Xander justru memberikan pertanyaan lain untuk menjawab keinginan Daisy.
Daisy menggeleng. Dia ingat betul jika terakhir kali dirinya menyaksikan matahari tenggelam adalah tiga bulan yang lalu dan itu bukan kemarin.
Gadis cantik itu kini merebahkan kepalanya di dada Xander, dia senang sekali mendengarkan detak jantung dari pemuda tampan yang saat ini sedang mengelus rambutnya dengan penuh cinta.
"Xan, itu tiga bulan yang lalu. Aku sangat ingin melihat matahari terbenam lagi," ucap Daisy yang sedang mencoba untuk merayu Xander.
"Aku akan membuat matahari terbit dan terbenam untukmu di dalam ruangan ini, bersabarlah sebentar lagi, Isy," ucap Xander dengan enteng.
Daisy sedikit merajuk, sikapnya itu membuat decak gemas keluar begitu saja dari bibir seksi milik Xander.
"Kau selalu membuat sesuatu yang aku inginkan, aku ingin kucing putih, dan kau membawa Kiki kemari, aku ingin kolam ikan koi, dan kau juga membuatkan aquascape, aku ingin lihat bintang di langit malam, kau membuatkan atap itu dan teleskop ini."
Daisy menunjuk satu per satu kepada kucing putih yang ada di dalam box, lalu kolam ikan koi yang dibuat seperti aquascpe dan yang terakhir, Daisy menunjuk ke langit-langit kamar yang sudah Xander ubah menjadi kaca yang bisa dibuka dan ditutup dengan teknologi pengubah warna, jika siang hari kaca itu akan berwarna hitam pekat sekali, sehingga tak transparan, dan di malam hari kebalikannya, kaca itu menjadi semakin transparan.
"Bukankah itu bagus? Kau tak perlu keluar, aku bisa membawanya padamu di dalam ruangan ini," ucap Xander yang tersenyum tampan.
"Aku bahkan sudah lupa rasanya dunia luar, Xander." Batin Daisy sendu.
"Lagipula di luar tak ada yang menarik, berada di dalam sini bersamamu jauh lebih menarik, Daisy," ucap Xander dengan semakin mempersempit jarak antara dirinya dan kekasih hatinya, Daisy.
Pasrah.
Hanya itu yang Daisy bisa lakukan, setidaknya dia bisa bangga karena sejak dua tahun ini, di saat Xander membabi buta dan menyiksa Flo dengan sangat sadis, sejak saat itu Xander menjadi jauh lebih baik, dan perhatian kepada Daisy.
Maksudku, Xander tak lagi memperlihatkan aura menyeramkan dan mengintimidasinya kepada Daisy.
lalu sebuah pertanyaan muncul di benak Daisy.
"Lalu jika aku mati, apa kau tak akan membawaku keluar untuk menguburku?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir plum delima milik Daisy.
"Daisy!" Suara Xander mulai meninggi.
Xander sangat tak menyukai di saat Daisy yang mulai membicarakan kematian.
"Bahkan jika kau mati, aku tak akan membawamu keluar, kau akan bersamaku selalu hingga ke kematianmu! Hal itu akan tetap sama, kau tak akan pergi sedikitpun dariku! Aku akan mengawetkan tubuhmu, aku akan memandikanku, aku akan memakaikan parfum dengan aroma yang kau sukai, peach dan white musk, dan aku akan memelukmu setiap saat dengan membacakan kisah dongeng Rapunzel, Isy."
Daisy terpaku mendengar semua yang Xander katakan dengan lancar dan lantang.
"Itu menggerikan," batin Daisy.
Xander yang melihat raut wajah dari Daisy yang kian memucat mulai menormalkan dirinya sendiri. Dia tahu apa yang sudah dia katakan cukup mengerikan dan penuh obsesi gila. Tapi memang itulah yang akan terjadi nantinya.
Xander tak ingin membuat Daisy semakin memucat ketakutan karena perkataan yang Xander ucapkan. Jadilah Xander mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Isy. Sudahlah, apa kau ingin teh Chamomile, dan kue kering yang manis? Aku akan meminta pelayan untuk membawakannya kepada kita," ucap Xander yang memecah ketakutan Daisy.
Daisy tersadar dari lamunannya. Dia sontak langsung mengangguk
"Iya, aku mau, Xander."
"Bagus, sebentar aku akan memesannya dulu."
Xander membuka alat canggihnya, berupa kotak kecil yang sangat tipis, seukuran lima belas sentimeter, dia kemudian menempelkan jari telunjuknya dan dari kotak kecil itu memperlihatkan sebuah sistem aplikasi berbentuk layaknya hologram yang nampak begitu canggih.
"Bawakan kudapan sore untukku dan Daisy. Aku ingin teh Chamomile dan kue kering," ucap Xander kepada salah seorang pelayan tua yang ada di balik layar hologram itu.
Dan tanpa menunggu jawaban dari pelayan itu, Xander langsung mematikan panggilan hologram itu.
"Xander. aku akan mandi terlebih dahulu."
Di saat Daisy ingin berdiri, dengan lengannya di tahan oleh Xander.
"Gunakan banyak zaitun lagi di rambutmu, aku sangat menyukai aromanya."
Pesan Xander dengan disertai senyuman yang begitu indah memikat.
"Kau ini, baiklah aku akan gunakan banyak zaitun," ucap Daisy dengan disertai senyuman kecil.
Kalian pikir Daisy akan mandi di mana?
Tidak.
Bukan kamar mandi tertutup seperti biasanya. Tapi sebuah kolam air hangat yang berhadapan langsung dengan ranjang tempat Xander tengah berbaring.
Benar sekali! Xander juga membuatkan kolam mandi dengan sangat spesial di dalam ruangan ini.
Xander tak akan membiarkan Daisy menggunakan kamar mandi tertutup, bukankah sudah kukatakan, Xander tak akan rela jika dia tak bisa melihat Daisy walau hanya untuk satu detik.
Daisy harus selalu ada di dalam pandangan matanya. Selalu. Setiap saat.
"You look gorgeous, Daisy. I feel like I'm blessed by God, cuz' I have and owned you by my side."