Suara tembakan terdengar nyaring di sebuah gedung apartemen kosong. Aletta sangat takut dia sangat ingin mencari pertolongan tapi kakinya lemas tak berdaya sebab berlari begitu jauh. Karena tubuhnya tak begitu besar dia bersembunyi di sebuah almari baju lusuh yang tak terpakai.
Di tempat lain, ada segerombolan laki laki yang memegang pistol dan kayu sedang mencari Aletta dan ada satu orang yang terlihat sangat rapi sedang menelpon atasannya.
Laki-laki dibalik telepon menjawab dengan nada sedikit meninggi.
["Apakah wanita itu sudah ketemu?"] sambil mengepalkan tangannya.
Anak buah dari bos dibalik telepon menjawab dengan gemetar.
"Belum Tuan, kami sedang mencarinya" sambil memandangi sekitar gedung untuk mencari keberadaan Aletta.
Laki-laki dibalik telepon mulai marah dan mengancam anak buahnya.
["Kau sangat tak pecus, cari wanita itu sampai ketemu. Aku tak akan mengampunimu jika dia sampai tak kau dapat kan"] sambil memporak-porandakan sebuah meja di depan nya.
Anak buah bos mulai pasrah dan menjawab semampu dan sebisanya.
"Baik Tuan" sambil menyuruh seorang laki-laki mencari di sebuah ruangan dengan isyarat tangan.
Paul yang berada di perusahaan merasa tak beres, karena tidak biasanya Nona mudanya terlambat menghadiri acara penting seperti ini dan tidak menjawab teleponnya. Tak pikir panjang dia berusaha melacak ponsel yang digunakan Nona mudanya. Sudah seperti dugaan jika Nonanya sedang dalam kesulitan. Paul segera mengerahkan semua pengawalnya, untuk datang ke tempat yang dituju.
Aletta mencoba menenangkan dirinya sejenak, melihat kondisi dan situasi yang sedikit aman dia keluar dan berlari untuk keluar dari gedung tersebut. Matanya berbinar ketika mendapati bawahanya yaitu Paul datang bersama pengawal untuk menjemputnya walaupun dari jarak yang tidak terlalu jauh. Saat Aletta ingin memanggil tiba-tiba punggungnya sakit karena dihantam oleh balok kayu hingga badannya terjatuh ke samping.
Dengan sekuat tenaga Aletta berteriak.
"Paul tolong...." sambil meringkuk kesakitan.
Paul dengan tergesah-gesah berlari ke Nonanya.
"Iya Nona maaf kan saya karena lalai menjaga Anda" sambil mengangkat Nonanya untuk di gendong.
Paul yang melihat Nonanya sedang terluka, langsung membawanya ke Rumah sakit terdekat, untuk mendapatkan pertolongan pertama dikarenakan Nonanya tak sadarkan diri.
Sebagian pasukan pengawalnya dikerahkan untuk mencari pelaku yang telah membahayakan Nonanya. Dengan menemukan pelakunya Paul akan dapat mengetahui musuh yang mana yang berani-beraninya mengusik Nona mudanya.
Paul yang menemani Aletta berada di rumah sakit langsung menelpon Tuan besar untuk memberitahu jika Nona muda sedang terluka. Paul sangat gugup menelpon karena untuk pertama kalinya dia ceroboh menjaga Nona mudanya.
Pitter ayah Aletta menjawab.
["Hallo?"] sambil berdiri dari tempat tidurnya.
Paul yang berasa gugup gelagapan berbicara.
"Tuan ini saya Paul....eee" sambil memandangi tubuh Aletta yang mendapatkan pertolongan pertama.
Ayah Aletta merasa kesal karen tidur malamnya telah diganggu.
["Iya, ada apa?"] sambil menuju balkon depan.
["Jangan bertele-tele cepat kau bilang ada apa telepon malam-malam, sangat mengganggu saja kau"] sambil memandangi halaman rumahnya dari balkon.
Paul menjawab dengan rasa gugup dan takut tapi ia harus mengungkapkan karena itu merupakan tugasnya untuk menjaga keamanan Nona mudanya.
"Maaf Tuan sebelumnya eee.... Nona muda terluka Tuan" sambil terus menatap tubuh Aletta yang terluka.
Ayah Aletta marah dan akan mencari siapa orang dibalik ini semua.
["Siapa yang berani-berani nya melukai putriku"] sambil mengepalkan tangannya.
["Cari orang yang telah melukai putriku secepatnya, dan beri dia pelajaran karena telah berani melukai putriku"] sambil mengucapkan sumpah serapah di dalam hatinya.
Paul merasa lega karena dia tak di pecat dari pekerjaan nya ini.
["Baik Tuan"] sambil mengucapkan rasa syukur dalam hatinya.
Paul memerintahkan dua pengawalnya untuk berjaga-jaga di depan kamar rawat inap Nonanya, karena Ia tak ingin melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.
Pagi hari yang sangat terik, Aletta bangun dengan sedikit rasa pusing di kepala dan rasa sakit di punggung akibat luka yang dialaminya tadi malam. Paul masih setia menemani Nona mudanya, hingga Nona mudanya bangun.
Tak begitu lama sahabat-sahabat Aletta datang dengan rasa cemas bercampur marah karena sahabatnya terluka. Oliver dan Serillya datang dengan membawa beberapa barang mulai dari buah,sayur,bubur,snack, dan tak lupa juga mereka berdua membawa bunga kesukaan Aletta yaitu bunga tulip dengan berbagai warna, mulai dari warna merah melambangkan cinta oranye memancarkan kebahagiaan putih diartikan sebagai kerendahan hati dan yang terakhir warna kuning mengartikan persahabatan.
Mereka berdua datang dan terus saja mengomel karena kelalaian Aletta.
Oliver yang duduk disofa rumah sakit bertanya.
"Apa kau mencurigai seseorang Al?" sambil memandangi Aletta.
Serillya yang melihat pemandangan lewat jendela kamar rawat inap Aletta tiba-tiba berbalik dan berkata.
"Apakah mungkin musuh bisnis ayah mu?" langsung ikut memandangi Aletta.
Aletta dengan sangat santai dengan memakan buah apel berkata.
"Mungkin saja, tapi entahlah kita tunggu saja anak buah ku menyelidikinya, siapa dalang dibalik semua ini" sambil memandangi sahabat-sahabat nya satu persatu.
"Ayolah bawa aku pulang, aku sudah tak betah tinggal di rumah sakit makanannya sangat tidak enak, baunya saja aku tak berselera untuk menyantapnya" sambil merengek seperi anak kecil.
Oliver dengan nada keras berkata.
"Jika luka mu sudah sembuh baru ku perbolehkan pulang. Sekarang jangan harap pulang, aku dan Serillya akan menjaga mu sampai kau sembuh" sambil berdiri menatap sahabatnya itu.
Aletta dengan tampang pasrah.
"Baiklah, tapi tolong bawakan aku makanan dari luar, hehehe" sambil nyengir kuda.
Serillya menjawab dengan gampang.
"Jangan khawatir, aku akan membawakan apapun yang kamu mau" sambil senyum tulus.
Oliver berdiri dan mendekati Aletta berkata.
"Jangan buat kami khawatir lagi ya, kami tak ingin merasakan kehilangan lagi" sambil menyusul senyum Serillya.
Aletta sambil meletakkan apelnya.
"Iya, aku tidak akan teledor lagi, dan melakukan hal bodoh seperti kemaren lagi" sambil merentangkan tangannya minta di peluk.
Mereka bertiga berpelukan dan Oliver berkata.
"Anak pintar"
Setelah dua hari dirawat Aletta pulang ke mansionnya, ditemani oleh sahabat-sahabatnya yaitu Oliver dan Serillya. Sepanjang jalan mereka bertiga sangat gembira, banyak hal yang di perbincangkan oleh tiga manusia itu mulai dari rencana liburan, tentang bisnis masing-masing sampai tentang segala hal yang mereka lalui masing-masing, di sisi lain Paul hanya fokus dengan menyetir.
Tak begitu lama mereka sudah sampai di sebuah mansion mewah, mereka langsung turun dan mengucapkan selamat tinggal, Oliver dan Serillya tak bisa berlama-lama untuk hari ini karena mereka berdua ada jadwal kuliah di kampus sementara Aletta sudah mengajukan izin tidak hadir untuk beberapa hari. Mereka bertiga langsung berpelukan.
Oliver berkata sambil melepaskan pelukan.
"Jangan lupa oles obatnya agar tidak berbekas di luka mu, kau tak mau kan kalau nanti Aku yang paling cantik dari kalian berdua" sambil berjalan ke gazebo taman depan.
Serillya dan Aletta saling kontak mata dan tertawa terbahak-bahak.
Serillya setelah selesai tertawa langsung menjawab.
"Tak mungkin lah kau yang paling cantik. Pastinya lebih cantikan aku" sambil memberikan senyum paling manis.
Aletta menengahi sahabat-sahabatnya dan berkata.
"Haduh, kalian ini jangan terus berdebat, kalian berdua sangat lah cantik bebih. Tapi.... aku yang paling cantik, hehehe" sambil Aletta berlari kedalam sambil menjulurkan lidah keteman-temannya sambil ekspresi mengejek seperti anak kecil.
Oliver dan Serillya hanya diam bengong melihat sahabatnya yang bertingkah konyol.
Mereka berdua berhadapan dan tertawa bersamaan atas kelakuan sahabatnya itu. Saat saling tertawa ada bunyi klakson yang mengagetkannya.
Mereka berdua langsung menoleh ke sumber suara dan langsung jalan menghampiri mobil mewah itu. Tak lupa pula mereka berpamitan ke Aletta dengan berteriak ke dalam mansion seperti orang bodoh.
Olizer dan serillya berteriak seperti orang marah dan berkata.
"Aku pulang lho yaa" sambil nyengir kuda.
"Jangan mencariku" sambil ingin masuk ke dalam mobil.
Disisi lain Aletta yang melihat tingkah sahabatnya di dalam rumah menghadap halaman depan hanya bisa tertawa dan berkata
" Dasar dari dulu tak pernah berubah saja "