Chereads / The Prima Donna's Medicine / Chapter 8 - Sebuah Harapan

Chapter 8 - Sebuah Harapan

Aletta terpana dengan apa yang dia lihat, sebuah taman dihiasi dengan sangat indah dan di bagian tengahnya terdapat sebuah balon udara yang siap untuk diterbangkan.

"Apakah ini kejutannya?" Aletta bertanya kepada Daniel, tetapi matanya tetap memandang keindahan didepannya.

"Iya, Apakah kau menyukainya?" Daniel bertanya hanya untuk basa-basi saja, karena dari tatapan Aletta, Daniel sudah mengetahui jika wanitanya ini sangat menyukainya.

"Tentu, aku sangat menyukainya El" Aletta sambil beralih memandang Daniel dengan senyum mengembang tidak sabar untuk naik balon udara didepannya.

Saat mereka menikmati indahnya tempat di depannya, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bisa ditebak dia adalah pelayan di wisata tersebut. Pelayan itu datang kepada Aletta dan Daniel untuk mengambil Potres seperti pasangan lainnya.

"Boleh kah saya mengambil potret Tuan dan Nyonya?" Seorang pelayang datang ke hadapan mereka sambil membawa sebuah kamera.

"Kami akan mengambil potres kepada setiap pengunjung yang datang, untuk membuat sebuah kenangan kepada setiap pengunjung dan akan kami gantung di pohon kebahagian bersamaan dengan harapan setiap pasangan" Pelayan itu menjelaskan dengan jelas kepada setiap pengunjung karena wisata ini merupan wisata baru yang sedang dalam masa promosi.

"Bolehkan kita mengambil potret Nona?" Daniel bertanya kepada Aletta sambil menatap Aletta.

"Tentu, dengan senang hati Tuan" Aletta menjawab sambil memberikan senyum hangat kepada Daniel.

Daniel dan Aletta di arahkan oleh seorang pelayan untuk pergi ke sport foto yang telah di sediakan, mereka berdua berdampingan dengan tidak ada jarak di antara keduanya, tangan Daniel berada di pinggang Aletta dengan tampak semesra pasangan yang sedang di mabuk cinta. Setelah mengambil potret keduanya, mereka diarahkan untuk menulis sebuah harapan kedepannya.

"Apa yang kau tulis Aletta?" Daniel bertanya-tanya apa yang ditulis Aletta, karena dilihat dari wajah Aletta dia sangat serius.

Dengan melihat Aletta, Daniel juga menulis apa yang diharapkan kedepannya dengan sangat tenang, Daniel menulis apa yang terlintas dibenaknya tanpa memikirkan kedepannya, menurutnya ini hanya sebuah lelucon untuk menarik wisatawan yang berkunjung.

"Harapan kedepannya tentunya" Aletta menjawab setelah selesai menulis dan bergegas memasukkan ke sebuah amplop yang telah di sediakan.

"Selesai" Daniel menjawab dengan memberikan kertas harapan itu ke Aletta untuk dimasukkan berdampingan dengan milik Aletta.

Seorang pelayan memberikan setangkai mawar merah untuk Aletta itu adalah sebuah hadiah kecil yang memang disediakan untuk semua sepasang kekasih yang datang di wisata malam.

"Ini Nyonya untuk Anda, semoga hubungan Anda dengan Tuan berjalan lancar hingga ke pelaminan" Ucapan seorang pelayan yang memberikan setangkai bunga untuk Aletta.

"Terima kasih, Tapi kami buk...." Ucapan Aletta terhenti ketika Daniel menarik tangannya dengan spontan dia ikut berlari juga.

"Kau membawaku kemana lagi El? Tanya Aletta yang tersentak kaget karena tiba-tiba saja ditarik oleh Daniel.

"Waktunya tiba Aletta" Daniel mengajak Aletta untuk menaiki balon udara yang mereka lihat untuk pertama kalinya saat masuk ke tempat wisata itu tadi.

Mereka berdua menaiki balon udara dengan tenang sambil mendengarkan alunan musik yang diputar di setiap balon udara yang disediakan. Mereka saling berhadapan dan saling menggenggam satu sama lain.

"Apakah kau menyukainya Aletta?" Daniel bertanya dengan nada yang lembut tepat di telinga Aletta.

"Tentu aku menyukainya, wanita mana yang tak menyukai kejutan yang sangat indah dan romantis seperti ini" Aletta menjawab tepat disamping telinga Daniel dengan sedikit jahil dan senyum licik.

"Apa yang kau lakukan Aletta?" Daniel yang kaget karena reaksi yang diberikan tubuhnya terlalu berlebihan.

"Aku tak melakukan apapun" Aletta sambil berbalik badan untuk melihat sekitar di atas balon udara dia bisa melihat gemerlapnya lampu di kota di temani bintang dan bulan.

Daniel hanya melihat Aletta yang sedang memperhatikan indahnya malam dan tiba-tiba.

"Diamlah" Daniel memeluk Aletta dari belakang karena meliat Aletta yang sedikit merasa kedinginan.

"Tenanglah hanya sebentar saja" Daniel melanjutkan perkataannya ketika Aletta akan melepaskan tangan Daniel dari tubuhnya.

"Baiklah, hanya sebentar" Aletta merasakan ketenangan ketika berada di pelukan Daniel dan membuat dirinya nyaman.

Setelah beberapa menit mereka saling berpelukan,

"Bisakah kau memotretku sekarang" Aletta bertanya kepada Daniel untuk minta di fotokan karena dia ingin mengabadikan malam ini di sosial medianya.

"Tentu cantik, aku akan membantumu" daniel mengiyakan permintaan Aletta dengan senyum yang mengoda.

Setelah memotret Aletta sendirian, mereka berfoto bersama untuk mengingat malam yang indah. Mereka akhirnya turun dari balon udara karena memang sudah waktunya turun. Daniel terus menggandeng Aletta sampai berada di parkiran.

"Apakah kita akan pulang?" Aletta bertanya kepada Daniel karena sepertinya sudah terlalu banyak kejutan untuk hari ini yang tak terduga.

"Tentu kita akan pulang cantik, apakah kamu mau kita bermalam bersama?" Daniel menjawab sambil sedikit mengoda Aletta.

"Bukan begitu, ku kira masih ada kejutan lagi ternyata sudah berakhir" Aletta menjawab agar Daniel tidak salah paham atas pertanyaannya.

"Apakah kau sudah biasa makan malam seperti ini dengan semua gadis?" Aletta mencoba bertanya karena melihat Daniel yang memberikan kejutan tanpa henti dan tanpa kegagalan membuatnya curiga apakah lelaki di sampingnya ini yang sedang menyetir memang lelaki baik-baik atau hanya sekedar buaya darat yang sedang mencari mangsanya saja.

"Apakah kau sedang cemburu cantik?" Daniel mencoba mengoda Aletta karena pertanyaannya itu.

"Jawablah dengan jujur El, aku sedang tidak bercanda" Aletta mulai muak karena pertanyaannya selalu dikira sebuah lelucon olehnya.

Daniel langsung berhenti di tepi jalan yang sepi untuk menjawab atas pertanyaan yang di ajukan oleh Aletta.

"Turunlah" Daniel membuka pintu mobil sisi Aletta untuk keluar dan Daniel duduk di sisi depan mobil.

"Kenapa kita turun disini?" Aletta sedikit merasa takut karena wajah Daniel tampak dingin.

"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu Aletta" Daniel menjawab dengan sangat santai sambil mengeluarkan sebantang rokok dari sakunya dan ingin menghidupkannya.

"Aku tak pernah berkencan dengan seorang wanita, menurutku yang paling penting adalah pekerjaan" Daniel menjawab dengan menghisap rokoknya perlahan.

"Aku akan berusaha berkencan demi nenekku, karena dia adalah segalanya bagiku" Daniel menjawab dengan jujur karena memang itu tujuannya, mungkin sekarang akan lebih mudah jika dia menyetujuinya untuk bertemu nenek.

"Aku tak ingin bermain-main Aletta" Daniel membuang rokoknya dan beralih menatap kepada Aletta.

"Baiklah, kalau kau memang berkata jujur" Aletta melihat sisi kejujuran yang diberikan Daniel, itu semua terlihat dari mata Daniel.

"Maafkan aku karena telah menuduhmu macam-macam El" Aletta sedikit menunduk karena merasa bersalah kepada Daniel, menuduh tanpa bukti.

"Aku akan memaafkan dirimu cantik kali ini, tapi jangan sampai terulang kembali oke?" Daniel menatap Aletta lekat dan berjalan mendekati Aletta yang berdiri sedikit jauh darinya.

"Oke, Ay...." Ucapan Aletta terhenti karena secara tiba-tiba Daniel mencium bibir Aletta dengan sangat dalam"