Chereads / The Prima Donna's Medicine / Chapter 12 - Sebuah Kepastian?

Chapter 12 - Sebuah Kepastian?

Setelah beberapa menit mereka berbincang, seorang wanita dengan pakaian minim menghampiri mereka berdua dan langsung bergelayut manja kepada Daniel.

"Siapa wanita itu el?" Wanita itu bertanya kepada Daniel seperti meminta penjelasan.

"Jaga sikapmu Marta! Apa kau tidak lihat aku sedang berbicara dengan seseorang" Daniel sambil menjauhkan tangan Marta yang bergelayut di tubuhnya.

"Oke aku akan menunggu di ruanganmu, cepatlah datang ada hal penting yang ingin aku tanyakan" Marta mencoba membuat Aletta cemburu dengan sikapnya yang manja kepada Daniel dan mencoba memberi tahu bahwa lelaki yang di hadapannya ini adalah miliknya.

Marta berjalan dengan percaya dirinya meninggalkan Aletta dan Daniel. Dalam benaknya meyakinkan bahwa wanita itu yaitu Aletta tak sebanding dengan dirinya. Marta belum mengetahui siapa Aletta sebenarnya dan hanya menganggap seperti jalang yang selalu berusaha mendekati lelaki impiannya.

Daniel yang melihat Marta sudah menjauh langsung menarik Aletta kesebuah ruangan dan langsung melumat bibir Aletta yang sedang cemberut karena dari tadi menahan cemburu dan marah kepadanya.

"Apakah kau sedang cemburu baby?" Daniel menghentikan tindakannya karena tidak mendapat respot dari Aletta dan langsung memandang Aletta dengan lembut dan bertanya.

Aletta hanya berdiam diri dan memandang mata Daniel melihat apa yang akan dilakukan lelakinya ini, yang awalnya dia ingin melangkahkan kakinya keluar ruangan tetapi ditahan oleh tangan Daniel yang tiba-tiba saja melingkarkan tangannya di perutnya.

"Aku akan menjelaskan semuanya baby" Daniel terus mengeratkan tangannya yang berada di perut Aletta agar wanitanya ini tidak dapat kabur darinya.

"Baiklah jelaskan semuanya" Aletta menjawab sambil meyakinkan dirinya bahwa wanita itu tak ada hubungan apapun dengan lelaki yang beberapa hari ini membuat harinya ceria dan bahagia.

"Dia hanya wanita yang dikenalkan kepadaku oleh nenek, tetapi aku sudah menolaknya" Daniel mencoba menjelaskan perlahan, takut jika wanitanya ini tak mempercayainya.

"Wanita itu mencoba terus mendekatiku walaupun sudah berkali-kali kuperingatkan bahwa aku sudah memiliki wanita yang aku cintai" Daniel terus menjelaskan kepada wanita di hadapannya, dia sedikit berbohong kepada Aletta tentang wanita yang ia cintai, menurutnya jika dia berbohong sedikit pasti Aletta akan percaya dan sangat mudah untuk membujuknya untuk bertemu nenek.

"Siapa wanita yang kamu cintai El?" Aletta bertanya untuk memastikan walaupun dirinya sudah mengetahui siapa wanita yang di cintai oleh Daniel.

"Tentu wanita yang berada dihadapanku sekarang" Daniel menjawab dengan percaya dirinya karena melihat raut wajah Aletta yang menginginkan penjelasan.

Setelah mendengar jawaban dari lelaki dihadapanya ini, dia langsung mencium bibir Daniel dan langsung di repon oleh daniel. Daniel yang mendapatkan perlakuan seperti ini tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung melumat bibir ranum milik Aletta. Beberapa menit mereka beradu bibir dan diberhentikan oleh pukulan Aletta yang sedang kehabisan oksigen karena ulah dari Daniel.

"Kamu mulai nakal baby" Daniel melontarkan perkataannya dan berhasil membuat wanita di hadapannya ini tersipu malu.

"Ih apaan sih kamu" Aletta yang mendapatkan pernyataan seperti itu mulai salah tingkah dan berusaha menyembunyikan pipinya yang bersemu merah.

"Aku akan menemui Marta dan mencoba menjelaskan kepadanya bahwa aku sudah memiliki kekasih. Kamu bisa menemui Ayahmu dulu nanti aku akan menyusul setelah selesai menyelesaiakan urusanku, Oke baby?" Daniel menjelaskan kepada wanitanya agar tidak ada kesalah pahaman lagi diantara keduanya.

"Oke, aku akan menunggumu nanti" Aletta tersenyum dan meninggalkatin daniel sendirian di dalam ruangan yang menurutnya seperti gudang itu karena didalamnya terdapat peralatan untuk bermain golf.

Sambil berjalan dia tersenyum dan memikirkan bagaimana bisa dia bertindak seperti itu dengan lelaki yang baru dikenalnya beberapa hari. Dia menghentak-hentakan kakinya memikirkan betapa malunya dirinya pasti jika saja tadi ada yang memergoki mereka berdua sedang berjumbu. Tetapi untung saja tak ada satu pun yang menyadari saat Aletta keluar dari ruangan tadi walaupun banyak orang berlalu lalang.

"Kamu dari mana saja sayang?" Pitter bertanya dengan raut wajah khawatir karena dari tadi dia mencari-cari keberadaan putrinya tetapi tak bisa dia temukan.

Aletta binggung mau menjawab apa dan langsung melemparkan senyum kepada ayahnya agar sedikit mengurangi rasa gugupnya.

"Tadi ada sedikit urusan yang harus diselesaikan dedy, tetapi sekarang masalahnyanya sudah selesai" Aletta menjawab dengan mengandeng tangan ayahnya untuk berjalan ke tempat yang sudah dipesan untuk bermain golf agar ayahnya tidak terlalu fokus dengan dirinya yang tiba-tiba saja hilang.

"Syukurlah kalau sudah selesai" Pitter tak terlalu ingin mengetahui masalah yang dihadapi putrinya, karena menurutnya setiap individu selalu memiliki privasinya masing-masing apalagi putrinya sekarang sudah tumbuh menjadi wanita dewasa.

Mereka berua duduk menghadap lapangan golf yang sangat hijau dengan rumput yang tumbuh dengan sangat rapi ditambah lagi dengan udara yang sangat segar menambah kenyamanan seseorang yang berada ditempat ini.

Aletta bangun dari tempat duduknya dan mencoba bermain golf, walaupun dia jarang sekali berlatih tetapi dia sudah bisa mencetak poin satu atau dua dari beberapa pukulan yang dia lesatkan. Setelah mencetak poin Aletta beranjak duduk dan meminum minumannya yang telah disediakan.

"Dady sedang memikirkan apa?" Aletta bertanya sambil menatap ayahnya yang sedang memejamkan mata sambil bersandar dikursi di sampingnya yang hanya dibatasi oleh meja ditengahnya

"Tidak sedang memikirkan apapun sayang" Pitter menjawab sambil tetap memejamkan matanya.

"Lalu kenapa ayah seperti ada beban dan seperti sedang tidak senang" Aletta bertanya kembali karena melihat ayahnya yang enggan membuka mata.

"Kau jangan banyak pikiran sayang, Dady hanya saja sedang merasakan hembusan angin yang sangat segar ditemani oleh pukulan bola yang bersautan di sisi kanan dan kiri kita" Pitter menjawab dengan santainya dan pelan-pelan membuka mata dan menatap putrinya yang sedang binggung dengan perkataannya barusan.

"Coba kau praktikan apa yang dady lakukan" Pitter meminta Aletta meniru apa yang dia lakukan barusan.

"Oke, sudah dedy terus apa yang harus aku lakukan" Aletta hanya menuruti perkataan ayahnya, dia sangat penasaran apa yang membuat ayahnya memejamkan mata sangat lama di bangkunya.

"Kau hanya perlu diam,memejamkan mata, dan dengarkan apapun yang ada di sekitarmu tanpa berbicara" Pitter menginstruksikan apa yang harus dilakukan Aletta selanjutnya dan dia juga beranjak melakukan apa yang dilakukan putrinya disampingnya.

"Buat dirimu senyaman mungkin sayang" Pitter melanjutkan perkataanya sambil sedikit tersenyum, dalam benaknya dia sedikit sedih ketika dia harus menyembunyikan penyakitnya ini dari putrinya tetapi di sisi lain dia tak ingin melihat putrinya khawatir dengan kondisinya saat ini. Dia hanya ingin menghabiskan sisa waktu dalam hidupnya untuk orang-orang yang dikasihinya.

"Kau bisa melakukannya dimanapun sayang, ini adalah salah satu metode yang dilakukan dady untuk meringankan beban dan mencari solusi yang dapat dilakukan" Pitter menerangkan apa manfaat dari yang dilakukannya barusan.

Diam adalah salah satu cara kita dalam mencari solusi, jangan bertindak gegabah karena itu bisa menghancurkan segalanya.