Chereads / The Prima Donna's Medicine / Chapter 13 - Penolakan Untuknya !!!

Chapter 13 - Penolakan Untuknya !!!

Di sisi lain, ada seseorang yang diam-diam mengintai kedua orang yang sedang melakukan me time, antara ayah dan anak dengan raut wajah marah di dalam hatinya mengucapkan sumpah serapah tiada tara. Dia mengingat kembali kejadian yang baru saja terjadi.

"Sayang, siapa wanita itu?" Marta bertanya, sambil memeluk daniel dari belakang. Dia meraba-raba dada bidang daniel yang tertutup oleh setelan jas yang sangat pas oleh pemakainya.

Daniel hanya diam, melihat apa yang akan dilakukan wanita tak tau malu itu, sambil memikirkan cara agar tak menyinggung perasaan wanita yang mengejarnya ini, awalnya dia ingin sekali menolak dengan cara yang kasar dan mengusirnya dari kantornya tetapi dia urungkan karena ayah dari wanita ini adalah seorang pengusaha terkemuka dan berpengaruh di kota yang mereka tempati.

"Kenapa kau hanya diam saja sayang? Apa kau menikmati sentuhanku?" Marta tersenyum karena berhasil membuat lelaki didepannya ini hanya diam saja dengan sentuhannya, marta berjalan kehadapan daniel dan mencoba untuk menggapai tengkuk daniel agar marta bisa sejajar dan lebih mudah untuk melakukan aski selanjutnya yaitu mencium dan melumat bibir seksi milik daniel yang selalu terngiang-ngiang di benaknya.

Saat Marta sudah menggapai tengkuk lelaki dihadapannya dan ingin menciumnya tiba-tiba saja Daniel mendorong Marta secara pelan agar menjauh dari hadapannya, dia berjalan duduk di kursi kerjanya seperti tak terjadi apa-apa antara keduanya.

Marta yang melihat Daniel menolak sentuhannya hanya mematung ditempat dengan raut wajah masam. Baru pertama kalinya dia ditolak mentah-mentah oleh seorang lelaki dan didalam hatinya dia berkata harus mendapatkan Daniel apapun caranya.

"Apa kau menolakku karena jalang tadi?" Marta melipat tangannya di dada sambil menatap lelaki yang dengan santainya sedang sibuk bermain ponselnya.

"Jawab El!" Bentak Marta yang merasa diabaikan oleh lelaki di hadapannya itu.

Daniel hanya sibuk dengan ponselnya enggan menjawab pertanyaan yang diajukan wanita tak tau malu seperti Marta. Memang daniel akui wanita didepannya ini cantik, pintar dan tak punya kekurangan tetapi dalam hatinya merasa ada penolakan kepada Marta dan tak ada yang mengerakkan hatinya untuk tertuju kepada wanita yang didamba-dambakan oleh setiap lelaki yang melihatnya.

Marta tak pantang menyerah, dia berjalan kearah Daniel dan memposisikan dirinya duduk dimeja kerja Daniel dan menghadap ke arah lelaki yang menolak sentuhannya tadi. Dalam benaknya muncul ide jahat yang pasti ini akan membuat lelaki dihadapannya pasti akan tunduk. Ia yang melihat Daniel fokus kepada ponselnya langsung menaikkan sedikit kakinya, tujuan awalnya adalah membuat Daniel terangsang dengan apa yang dibuatnya sekarang. Tetapi harapan Marta pupus ketika Daniel mendongak ke atas menatap Marta dengan mata sedikit memerah menahan marah.

"Sudah ku bilang jaga sikapmu dihadapanku. Apa kau tak mengerti perkataanku?" Daniel berdiri dan menatap Marta dengan tatapan jijik bercampur marah.

"Kau memilih pergi sendiri atau ku panggilkan security untuk menyeretmu?" lanjutan pertanyaan Daniel setelah terdiam sejenak untuk mengontrol emosinya sambil menunjuk pintu keluar dari ruangannya.

Marta yang diusir oleh lelaki dihadapannya langsung berjalan keluar tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Dia berjalan menghentak-hentakan kakinya agar Daniel tau jika dia sedang marah. Setelah keluar dari kantor Daniel, Marta berjalan dengan santainya seperti tak terjadi apa-apa dia berusaha menetralakan wajahnya yang sangat cantik tiada tara. Saat ditengah jalan tiba-tiba matanya tertuju kepada seorang wanita yang menyenderkan kepalanya di kursi ditemani oleh lelaki paruh baya.

Marta ketika dia diam-diam mengintai Aletta dan Pitter ayahnya sambil memikirkan kejadian barusan langsung tersentak kaget karena seorang lelaki menggenggam pergelangan tangannya sambil sedikit menyeretnya keluar.

"Apa-an sih kamu tuh, saya ini calon istri atasan kamu jangan kurang ajar ya kamu!" Marta yang meneriaki asisten Daniel dengan raut wajah murka sekaligus menahan malu karena diusir.

"Kalau saya kurang ajar anda bisa apa?" Jonathan menjawab sambil berjalan ke arah Marta untuk mempersempit jarak antara keduanya, menurut Jona wanita seperti ini harus dikasih pelajaran biar mengerti.

Ketika Jonathan terus mendekat ke arah wanita didepannya yaitu marta, Marta mundur dan terus mundur sampe akhirnya dia tak bisa mundur lagi dikarenakan bertabrakan oleh dinding. Jonathan tersenyum smirk karena telah berhasil membuat wanita didepannya takut.

Dalam diri Marta melihat Jonathan yang terus mendekat membuat nyalinya menciut, Marta pernah mendengar gosip tentang asisten Daniel, bahwa lelaki di hadapannya sekarang ini adalah lelaki yang sangat kasar dan tidak segan-segan memukul atau menghabisi nyawa seseorang siapapun itu yang berurusan dengannya.

Daniel sangat menyukai cara kerja dari asistennya itu dari dulu, walaupun tidak diperintah dia akan sigap demi kebaikan tuannya apa lagi Jonathan dan Daniel dibesarkan bersama sejak kecil walaupun hanya beda status saja dengan dirinya.

Tak ingin menyia-nyiakan waktu untuk kabur, Marta lari dari kungkungan Jonathan setelah cukup jauh jarak antara keduanya, Marta berhenti dam menarik nafas banyak-banyak karena baru saja lari dari lelaki tidak waras seperti jonathan.

"Untung saja bisa kabur, kalau tidak pasti aku sudah habis sama lelaki gila itu" Marta berkata dengan mengistirahatkan tubuhnya sejenak untuk menetralkan ketakutannya pada lelaki yang baru saja ia temui. Banyak kabar miring yang menyertai lelaki yang baru saja ia temui yang meningatnya saja membuat badan Marta merinding ngeri.

Aletta dan Pitter yang bercanda ria bersama sambil menikmati indahnya hari tak sadar jika harinya sudah mulai berganti malam. Pitter yang melihat hari mulai gelap langsung mengajak anak semata wayangnya untuk pulang dan dianguki setuju oleh Aletta. Mereka berdua menuju ruangan masing-masing untuk berganti pakaian yang mereka pakai tadi sebelum bermain golf.

Sekitar dua puluh menitan mereka selesai mandi dan berganti pakaian, Aletta melupakan sejenak tentang Daniel karena digantikan oleh cinta pertamanya yaitu ayahnya.

"Sayang apa yang kau lamunkan?" Pitter bertanya kepada Aletta yang duduk diam sambil memandang lulus tanpa arah.

"Eh dady udah selesai aja" Aletta yang kegep sedang termenung senyum kikuk kepada ayahnya.

"Tak ada dady, aku tak memikirkan apapun. Hanya saja ku beryukur memiliki dady yang selalu ada untuk Aletta selama ini semenjak kepergian...." Aletta menggantung ucapannya takut ayahnya teringat kepada pasangan hidupnya yang sudah lama pergi dengan banyaknya kejanggalan kematian ibunya.

"Dady jangan pernah tinggalin Aletta sendiri yaa?" Aletta mencoba mengalihkan perkataannya barusan agar tak merasa canggung antara keduanya.

Dari dulu ayahnya tak pernah ingin menyebutkan nama mendiang istri tercintanya, siapapun dilarang untuk menyebutkan ataupun membicarakan tentang istrinya karena katanya setiap ada seseorang yang membicarakan atau cerita tentang istrinya ada goresan luka yang muncul, mungkin karena ayahnya terlalu mencintai ibunya sampe-sampe seperti itu.