Aletta yang tiba-tiba saja diperlakukan seperti itu hanya mematung diam tidak membalas, ya memang walaupun Aletta sudah cukup umur dia belum pernah berciuman, dia hanya sebatas cium pipi kanan dan cium pipi kiri.
"Apa-apaan sih kamu El?" sambil melepas tautan antara keduanya, sambil mundur dan mendorong dada bidang Daniel.
"Kamu gak malukah berbuat seperti ini ditempat umum?" Aletta melanjutkan perkataannya sambil melipat kedua tangannya sambil menatap Daniel tajam.
"I'am sorry Aletta" Sambil memandang Aletta dengan perasaan bersalah karena telah membuat wanitanya tidak nyaman.
"Aku akan memaafkanmu untuk kali ini, jangan ulangi lagi" Aletta memandang dengan sedikit tersenyum, karena menurutnya jarang sekali laki-laki mengucapkan maaf untuk hal sepele.
"Kemarilah" Daniel merentangkan tangan kepada Aletta minta di peluk.
"Oke" Aletta melangkah mendekat ke arah pelukan Daniel, Aletta tak tau kenapa dia sangat suka di peluk oleh Daniel seperti ada rasa nyaman dan tenang.
Setelah beberapa menit mereka melepaskan pelukan dan masuk ke dalam mobil untuk pergi pulang karena hari sudah mulai menjelang pagi. Aletta selama perjalanan pulang tertidur dan Daniel fokus untuk menyetir terkadang dia juga melirik wanitanya itu apakah posisi tidurnya nyaman atau tidak.
Mereka sudah sampe di halaman mansion Aletta, sebelumnya memang Daniel sudah mencari tau semuanya tentang wanita yang akan dia ajak berkencan untuk sekedar memikatnya saja. Sebelum membangunkan Aletta, Daniel menatap Wajah Aletta yang tertidur dengan sangat tenangnya, setelahnya mengecup kening wanitanya ini.
"Bangunlah, kita sudah sampai" Daniel mengoyangkan tubuh Aletta pelan, agar sang empu bangun dari tidurnya.
"Eh....sampai dimana sih?" Sambil setengah sadar Aletta bertanya, dia tidak tau kalau dia sampai di halaman mansionnya, sambil sedikit meregangkan otot-ototnya.
"Apakah kamu mau aku gendong sampai dalam baby?" Daniel menatap Aletta denga tatapan jahil dan mengoda.
"Ih.... apaan sih kamu" sambil menatap Daniel tak suka dan sedikit malu.
"Kau tinggal dengan siapa di mansion ini baby?" Daniel hanya sekedar bertanya, walaupun dia sudah tau jawabannya.
"Sendirian dan sebagian pelayan yang memang bertugas merawat dan menjaga mansion" Aletta menjawab dengan menatap Daniel santai karena memang kenyataannya seperti itu.
"Baiklah aku akan turun, hati-hati berkendara pulangnya" Aletta berpamitan kepada Daniel sambil membuka seat belt yang dipakainya.
"Terima kasih untuk hari ini El" perkataan Aletta berlanjut dengan mengucapkan terima kasih karena telah membuat harinya lebih berwarna.
Setelah mengucapkan segalanya, mengecup pipi Daniel singkat dan sedikit berlari meninggalkan Daniel di dalam mobilnya yang sedikit terkejut dengan tingkah manis Aletta. Hati Aletta berdebar-debar karena tingkahnya sendiri.
Daniel hanya memandang kepergian Aletta dengan seperti ada debaran dihatinya yang debaran itu tak pernah ia rasakan sebelumnya. Daniel ada rasa senang dan gembira yang tak dapat diungkapkan. Setelah melihat Aletta masuk kedalam mansionnya, dia bergegas pergi dengan mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sedang.
Sambil mengemudi ia seperti orang yang mengobrol dengan hatinya.
"Apakah aku menyukainya? Didalam hatinya dia bertanya-tanya karena ia tak pernah merasakan debaran dihatinya sebelumnya.
"Mana mungkin aku menyukai wanita seperti dia, tak mungkin" Daniel sambil fokus mengemudi sambil sedikit mengeleng-gelengkan kepalanya karena dia berfikir yang tidak-tidak.
Sebuah dering telepon membuyarkan lamunan daniel. Dia menepi dan memasang earphone di telinganya agar dapat berkomunikasi bersamaan dengan menyetir. Setelah memasangnya dia melanjutkan perjalanannya.
"Ada apa?" Daniel menjawab dengan tetap fokus mengemudi.
"Tuan ada masalah di perusahaan" Seseorang di seberang menjawab dengan nada serius dan tanpa basa-basi.
"Aku akan kesana sebentar lagi" Daniel menjawab dengan menambah kecepatan laju kendaraannya.
"Baik Tuan" Anak buahnya menjawab dengan sopan dan mematikan teleponnya.
Aletta yang telah masuk ke dalam mansion dikejutkan dengan kehadiran ayahnya yang sedang menunggunya. Pitter yang melihat putrinya masuk dengan sangat bahagianya dan diantar oleh seorang pria curiga dan bertanya-tanya, siapakah gerangan yang berani mendekati putri semata wayangnya ini. Dia akan berusaha mencari informasi tentang laki-laki yang mendekati putrinya, karena dia takut jika putrinya terluka karena seorang laki-laki.
"Ayah, apakah sudah lama menungguku?" Aletta bertanya sambil berjalan mendekat ke arah Pitter ayahnya dan berpelukan sekejab.
"Hmm, mungkin ayah akan menunggumu sampai pagi jika perlu sampai putri kesayangan ayah ini datang" Pitter melepaskan pelukannya sambil memandang putrinya ini, dia sudah sangat lama tak memandang putrinya dengan dekat karena dia sangat sibuk dengan bisnis-bisnis yang sedang dijalaninya di luar negeri.
"Kapan ayah datang, kenapa tak mengabariku kan nanti bisa ku jemput dibandara jika ayah datang" Aletta bertanya sambil berjalan duduk di kursi samping Ayahnya.
"Apakah kau akan terus mengintrogasi Ayahmu sampai pagi putri kesayangan Ayah?" Pitter tersenyum sambil memandang putrinya karena menurutnya wanita disampingnya ini sangat cerewet.
"Hehehe aku sangat rindu, apakah bisa kita berjalan-jalan besok ayah? Kan kita sudah lama tidak meluangkan waktu berdua" Aletta menanyakan untuk hari esok, karena dia sangat rindu dengan ayahnya.
"Hmmm, tentu bisa putriku kita akan berjalan-jalan besok sampai kau tak merindukan Ayah lagi" Pitter menjawab dengan senyum palsu, untuk menutupi segalanya karena memang dirinya sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
"Ayah jangan bilang seperti itu dong, apakah ayah menyembunyikan sesuatu dari putri kesayanganmu ini?" Aletta mulai curiga karena dari senyum dan nada bicara ayahnya tak seperti biasanya.
"Apa yang bisa ayah sembunyikan darimu cantik?" Pitter menjawab dengan melemparkan senyum yang membuat putrinya ini agar tidak bertanya-tanya terus.
"Baiklah, aku tak akan bertanya-tanya lagi dengan mu ayah" Aletta menjawab sambil berpura-pura marah cemberut pada ayahnya ini.
"Kau pasti lelah cantik, Istirahat lah besok kita akan berjalan-jalan" Pitter menjawab sambil memandang putrinya sebentar lalu berjalan ke kamarnya untuk beristirahat.
"Ayah, tunggu sebentar" Aletta berdiri langsung berlari ke arah ayahnya, terus mencium pipi ayahnya karena perasaannya sedikit tidak enak dengan kedatangan ayahnya kali ini seperti ayahnya sedang menyembunyikan sesuatu darinya tapi dia mencoba berfikir positif tentang segalanya.
Pitter masuk ke dalam kamarnya dan duduk disisi kanan ranjang, dia mengeluarkan sebuah surat dari saku yang ada di jasnya. Dia membacanya untuk kedua kalinya untuk memastikan dan dia akan bertekat untuk mencari pendamping putrinya agar ketika dia meninggalkan dunia ini dia tak perlu khawatir.
Disisi lain, Aletta berusaha untuk positif thingking dengan sikap ayahnya yang sedikit mencurigakan. Aletta masuk kekamarnya dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia berencana untuk memasak untuk ayahnya esok hari. Selesai membersihkan diri dia tak lupa untuk memanjakan tubuhnya dengan skincare dan bodycare setelah selesai semuanya dia berjalan menuju ranjang dan menutup harinya dengan tidur.