Chereads / The Prima Donna's Medicine / Chapter 3 - Takdir Atau Kebetulan?

Chapter 3 - Takdir Atau Kebetulan?

Sepulang dari perkulihan, melanjutkan kegiatannya untuk bertemu dengan investor dengan ditemani oleh Paul, tetapi asistennya itu akan menyusul kedatangannya. Pertemuan hari ini dilakukan di sebuah cafe and resort dengan view sebuah pantai, untuk menuju kesana Aletta membutuhkan waktu sekitar empat jam lebih. Saat tiba Aletta langsung melakukan check-in karena tubuhnya sangat lelah setelah seharian menyetir, dia tidak membawa sopir karena dirinya ingin menikmati indahnya pemandanan di jalan menuju ke sini. Di balik kesibukannya Aletta adalah seseorang yang selalu menyempatkan diri untuk berlibur, biasanya dia akan berselancar menantang ombak, scuba diving di kedalaman laut untuk menikmati indahnya alam bawah laut, dan masih banyak lagi yang dilalui Aletta ketika memiliki waktu berlibur.

Aletta harus menaiki lift untuk kekamarnya, dan tidak sengaja bebarengan dengan seorang laki-laki yang menurutnya sangat aneh. Dia selalu di kelilingi oleh semua lelaki tapi yang di sampingnya ini berbeda, karena saat melihatnya atau disampingnya seperti ada sebuah getaran di hatinya yang tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata.

Aletta bertanya-tanya dalam hatinya.

"Apakah aku pernah bertemu dengan nya?" sambil curi-curi pandang ke lelaki tersebut.

"Kenapa hati ku berdebar-debar saat di dekatnya?" sambil geleng-geleng kepala mengatakan tidak mungkin.

"Apakah aku sakit?" sambil mengecek jantungnya dengan tangan kanan.

Daniel Bara Narendra yang merasa di perhatikan sedikit bingung dan bertanya-tanya di dalam benaknya apakah ada yang salah dengan penampilannya atau apakah wanita itu sangat mengagumi kegantengannya yang hakiki.

"Apakah aku sangat keren sampai-sampai wanita disampingku ini curi-curi pandang dari tadi" sambil membetulkan rambutnya agar terlihat semakin keren.

"Apakah ada yang salah ya dengan penampilan ku kali ini, kok dia mengeleng-ngelengkan kepalanya" sambil sedikit menjauh dari Aletta.

Tanpa pikir panjang saat pintu lift terbuka Daniel langsung berjalan dengan langkah cepat tapi tidak sampai seorang pun mengetahuinya. Dia langsung mencari nomer kamarnya dan masuk kekamarnya tanpa menoleh ke belakang.

Aletta hanya mematung saat melihat punggung lelaki itu semakin menjauh, saat sudah masuk kekamarnya laki-laki itu, Aletta tersadar betapa bodohnya dia saat mencuri-curi pandang ke lelaki taak dikenal tadi, pasti lelaki itu menyadari tindakannya tadi.

Aletta merutuki kebodohannya di dalam hati dengan pelan-pelan berjalan kekamarnya dia sangat malu dengan perbuatannya barusan.

"Apakah aku sudah gila, suka sama laki-laki yang tak ku kenali?"

"Apakah dia menyadari ya kalau aku tadi mencuri-curi pandang. Pasti dia mengira aku penguntit"

"Ih, bodoh sekali pasti aku tadi"

Aletta tertengun ketika mengetahui jika kamarnya berdampingan dengan lelaki yang tadi ia temui di lift. Aletta berfikir ini kebetulan atau mungkin ini takdir, Aletta membuka pintu kamar dengan senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras.

Disisi lain daniel menatap dirinya mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki berfikir apa yang salah sampai wanita tadi melihatnya seperti itu.

Daniel berucap dengan dirinya sendiri

"Wajah ku sangat tampan" sambil menyentuh wajah nya yang sangat sempurna menghadap cermin di depannya.

"Apa mungkin dia terpesona dengan tubuh ku ini yang sangat indah?" sambil membuka kaos oblongnya yang menampakan roti sobek yang sangat indah.

Daniel teralihkan fokusnya ke sebuah ponsel di ranselnya, dia menuju ranselnya untuk mengambil ponsel dan mengeser tombol hijau.

Seseorang di balik telepon sambil mengetik sebuah project.

["Hallo, apakah kau mendengarku?"]

Daniel menjawab sambil mengambil sebatang rokok.

"Iya ada apa, kenapa menelpon ku saat aku ingin melakukan liburan dengan sangat nyaman tanpa ada yang mengganggu?"

Seseorang dibalik telepon menjawab dengan serius dan bimbang akan mengatakannya.

["Tadi nenek menelpon ku katanya ponsel mu tidak dapat dihubungi, katanya kau suruh datang ke jamuan makan malam yang akan di adakan satu minggu lagi"]

Daniel menjawab dengan santai sambil merokok di balkon

"Baik lah, aku akan datang"

Seseorang dibalik telepon menjawab lagi dengan nada serius

["Tapi nenek ingin kau membawa pasangan, kalau tidak kau tidak boleh datang lagi ke perusahaan dan datang menemui nenek lagi"]

["Nenek mu juga berpesan jangan membawa wanita tidak jelas seperti sebelumnya, ingat itu!"]

Daniel menjawab dengan nada pasrah dan mematikan telepon

"Ok, aku akan mencari wanita yang akan menjadi pendampingku"

Daniel berusaha berfikir siapa wanita yang tepat untuk dibawa ke hadapan neneknya, dia tak ingin membohongi neneknya terus menerus. Dia tak ingin sampai kejadian yang dulu terulang kembali. Dulu Daniel mengenalkan wanita bayaran untuk menemaninya ke pesta ulang tahun neneknya tetapi ketahuan karena wanita itu pernah di sewa oleh sahabatnya sendiri yaitu Jonathan dan membuat neneknya tahu, saat itu neneknya tidak mau berbicara dengan Daniel selama enam bulan lebih dan itu membuat Daniel frustasi.

Daniel hanya memiliki neneknya yaitu Elfina Anna Narendra yang sudah berusia 68 tahun, neneknya sangat ingin melihatnya hidup bahagia dengan orang-orang terkasih dan karena umur Daniel sudah akan menginjak 29 tahun dia khawatir jika nanti dia meninggal Daniel tidak akan ingin memiliki keturunan karena luka masa lalunya , sejak kematiaan orang tuanya Daniel hanya sibuk terus membangun perusahaan orang tuanya yang hampir saja bangkrut di dampingi oleh neneknya, hingga sekarang perusahaannya sudah semakin dikenal oleh dunia.

Aletta sampai di kamar langsung merebahkan badan nya di kasur, karena badannya pegal semua dan meeting di lakukan pada malam hari sekitar jam 7 an, dia memiliki waktu sekitar tiga jam an untuk beristirahat dan bebersih untuk nanti malam. Jam menunjukan pukul 6 waktunya dia bersiap-siap untuk melakukan meeting. Dia mandi berdandan dengan sangat rapi.

Malam ini Aletta memakai pakaian yang yang sedikit formal tapi elegan karena client nya meminta untuk lebih family. Aletta juga tidak tau maksud dari client nya ini meminta seperti ini tapi Aletta selalu berfikir untuk selalu positif. Paul akan terlambat untuk datang karena di perusahaan ada sedikit masalah yang harus ditangani. Hanya Paul saja sejauh ini yang dapat ia percaya.

Aletta melaksanakan meeting dengan sangat sempurna dan melakukan transaksi dengan lancar, itu membuat Aletta bahagia walaupun sudah banyak tender yang ia tangani. Ia beranjak ke sebuah bar yang jarak nya tak begitu jauh dari resort yang ia tempati. Dia penasaran kenapa banyak orang yang mengatakan kalau tempat ini adalah bar kelas atas. Aletta jarang ke bar jika sahabat-sahabat nya tidak mengajaknya ke bar.

Tak butuh begitu lama sampai ke bar ini. Dia diminta untuk membuat kartu keanggotaan bar karena ditempat ini hanya untuk orang-orang kelas atas saja yang bisa masuk. Setelah selesai mengurus segalanya Aletta masuk dan mendapati semuanya hanya berisi kan orang-orang kelas atas yang sedang menghambur-hamburkan uang. Aletta duduk di kursi bar yang disediakan di sana dengan menatap sekelilingnya yang sangat membosankan. Dia berfikir andai saja sahabat-sahabatnya ikut pasti malam ini akan menjadi malam yang meriah. Aletta tersenyum manis hanya dengan memikirkannya.

Tanpa Aletta sadari sudah banyak pasang mata yang mengintai dari kejauhan. Ada pandangan ingin mengoda, ada pandangan ingin memangsa, dan masih banyak lagi.