Deg…
Ketika melihat seseorang yang sedari tadi memenuhi setiap rongga fikirannya, akhirnya mimpi disiang bolong pun terwujudkan. Memang tuhan adalah yang paling adil.
Tatapan mereka seketika bertemu tetapi laki-laki hitam manis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun diwajahnya. Tatapan 1 detik itu mampu mengguncang dada Vierra. Jelas sekali diraut wajahnya, dingin, tidak menunjukkan warna apa pun selain itu. Dia merasa kurang yakin jikala mahluk "adam" ini tidak bisa didekati sembarang.
Sekejap melihat Vierra, laki-laki yang bernama Hasta pun melengos dan fokus menyuapi mulutnya dengan makanan. Vierra hanya merengut dalam hatinya kenapa wajah laki-laki sangat dingin kelihatannya. Dia berfikir Apa karena dia mempunyai wajah yang tegas atau Vierra bukan tipenya. "oh God"…. Dia hanya terus bergumam dengan memprihatinkan perasaannya. Vierra yang masih berperang dengan fikiran –nya sambil menoel makanan dipiring tanpa dimakan sekalipun, sampai akhirnya tersadar akibat panggilan dari sang ayah.
"Ara..?" panggil Ayah Vierra dengan tepukan dibahu. Vierra yang mendengar namanya terpanggil langsung melegoskan wajahnya ke sang Ayah.
" …. Kenapa Pah?" Tanyanya terkesiap.
"Kenapa makanannya dimainin terus, kamu mikirin apa?" Tanya Pak Husein heran melihat sikap anak gadisnya itu.
"Hmmm.. nggak kok Pah. cuman lagi kenyang aja." Alasan. Sekilas ia melihat lagi wajah dingin itu lalu kembali menatap malas makanannya. Dia kehilangan selera makan akibat perang batin antar dirinya sendiri.
"Nak Vierra." suara itu datang dari Pak Putra, Ayah Hasta.
"Iya, Om?" Vierra mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat Pak Putra yang menyapanya.
"Kamu semakin cantik sekarang, dulu Ayah kamu pernah bawa kerumah Om, main sama Hasta saat kalian masih kecil dulu. Om senang bisa liat kamu lagi dan ini Hasta anak Om, dia akan jadi teman kamu disini, ya kan Hasta?" Pak Putra melirik sang anak disampingnya. Hasta meirik sekilas dan mengangguk kecil.
Rasanya Vierra masih belum percaya kalau tuhan akan mengabulkan doanya secepat ini. Vierra harus terus bersyukur untuk moment ditiap harinya nanti dengan Hasta.
***
Mereka sekarang beralih keruang tamu untuk berbincang sekaligus bernostalgia. Vierra yang sedang duduk didekat sang Ayah pun masih dikendalikan dengan fikirannya.
"Seringlah datang ngopi disini, Putra." Kata Pak Husein pada Ayah Hasta.
"Pasti, tapi kau tau anakku belum bisa membuatku duduk diam sepertimu. Hahaha..."
Pak Husein pun turut tertawa.
"Anak mu Sena sudah mengemban tugasmu dan aku, aku harus menunggu Anakku lulus kuliah dan mengambil alih perusahaan ku." Ucap Pak Putra sambil bercanda.
"Haahha... kau masih sehat bugar Putra." Seloroh Pak Husein.
Pak Putra menaggapi dengan candaan juga, "kita harus sering-sering nge-gym seperti dulu, Husein."
"Hhahaha... benar sekali"
Berbincang dengan kawan lama dan mengingat moment tempo dulu sangat membuat para orang tua ini sangat bahagia. Terlihat jelas dimata mereka sangat merindukan masa itu, setiap moment berharga yang mereka punya dan kejadian haru, senang, dan nelangsa mereka pun akhirnya bisa meluapkannya. Apakah ini berarti, anak mereka bisa melanjutkan persahabatan itu dengan menjalin hubungan lebih?.
"Ah ya, Hasta? Kamu masih sekolah?" Tanya Ayah Vierra.
"Iya om, saya masih SMA kelas 3" Jawab Hasta.
Vierra yang melihat senyum Hasta ketika dia menjawab pertanyaan Pak Husein membuat dirinya tersenyum tanpa sadar. Vierra memperhatikan senyum itu dan hilang seketika. Dia merasa kalau saja dia mendapat lengkungan bibir Hasta, mungkin saja dia akan menenggelamkan diri ke rawa-rawa. Senyuman malu Vierra membuatnya menunduk karna tidak ingin semua orang melihatnya seperti orang gila.
"Oooo… Om juga ingin liat Vierra sekolah lagi dalam waktu dekat ini. Tapi kalau Vierra mau lanjut sekolah nanti, om harap dia mau bersekolah dengan kamu nak Hasta, ya kan, Ra?" Tanya sang ayah melihat Vierra masih menunduk membuat ayahnya langsung menepuk lengan anaknya.
"Ya Pa! pasti mau!..." Jawab Vierra terkejut antusias. Tiba-tiba semua orang yang ada disana tertawa kecuali Hasta. Vierra mendengar semua orang tertawa akhirnya menyadari tingkahnya yang memalukan.
Dia langsung menunduk dengan menutup matanya rapat-rapat. Jantung nya belum bisa dinetralisir akibat salah tingkah yang dilakukan tadi. Abangnya Sena yang melihat hal tersebut ikut tertawa sambil menutup area mulutnya takut dia akan tertawa paling keras untuk mengejek sang adik.
Sedikit percaya diri akhirnya Vierra menegakkan kembali badanya serta wajahnya dan menilik perlahan laki-laki hitam manis itu, tapi yang dilihatnya cuma wajah dingin masih terpatri diwajahnya. Vierra hanya berdecak sebal didalam hatinya. Apa boleh buat, didasar hatinya keinginan menyapa hasta haruslah diwujudkan. Itu seperti tantangan baru baginya.
"Vierra... sebaiknya kamu antar Hasta jalan-jalan diperkarangan rumah, ya," Kata sang ayah menyuruh Vierra yang hanya dijawab gumaman anggukan serta senyuman dari sang anak.
Vierra langsung menegakkan seluruh sendi kakinya tuk berdiri. Vierra berjalan menuju pintu diikuti oleh Hasta. Vierra dan Hasta tidak mengerti dengan kondisi yang akward seperti ini sampai akhirnya Vierra yang berjalan didepan Hasta memundurkan langkahnya tetapi tidak membuat Hasta bergeming, dia hanya berjalan kedepan tanpa melihat Vierra yang baru menghampirinya untuk mensejajarkan langkah. akhirnya Vierra mulai mecahkan situasi yang hampa ini dengan sikap nya seperti biasa tanpa dimanipulasi.
"Kenalin nama aku Vierra Valerie Husein, bisa dipanggil Ara. Tapi khusus untuk kamu harus panggil aku… Vivie. Oke, aku suka nama itu!" katanya berkenalan dengan menjulurkan tangannya untuk bersalaman tetapi si makluk adam ini hanya berjalan tanpa melihat Vierra dan tidak berusaha menanggapi. Melihat hal itu Vierra menarik tangannya dengan memperhatikan telapak tangan hampa yang di cuekin. Vierra tidak merasa marah dengan hal itu, hanya saja itu akan lebih menyemangati hasratnya untuk memenangkan hatinya.
Vierra sekarang menoel bahu Hasta untuk menyadarkan pemuda itu kalau dia ada.
"Hai… hai…" toelan dibahu Hasta masih tetap berlanjut.
"Hasta…" ucap Hasta dengan langkah yang terhenti. Ia seakan terganggu dengan toelan dari Vierra. Tetapi matanya masih tertuju dengan pemandangan yang ada didepannya.
Tiba-tiba….
Hasta lalu berbalik dan sigap memajukan wajahnya sedikit memberikan pandangannya supaya bertubrukan dengan mata Vierra, pompa jantung Vierra berdetak frontal mendapati Hasta menatap tajam bola mata belonya. Mendapati hal itu, bukannya dia memundurkan kepalanya tapi dia justru menatap tegap wajah datar tersebut dengan sembulan senyum simetris.
"Rahang kamu tugas, hidung kamu mancung, bibir kamu merah kecoklatan… dan-" gumam Vierra berkata meneliti setiap inci wajah Hasta yang masih dalam area pandangannya.
Mendengarkan ucapan gadis itu membuat Hasta mengkerutkan keningnya bingung dengan perkataan spontan Vierra. Hasta lalu menarik wajahnya dan lagi-lagi menatap kedepan, tetapi tarikan dagunya oleh Vierra membawanya lagi kedalam mata vierra.
"Bola mata kamu coklat kehitaman. Cantik." Imbuh Vierra lagi. Hasta dan Vierra masih memandang dan sampai pada akhirnya pemuda itu kembali sadar dan dengan cepat menarik wajahnya kearah lain. Melihat itu, Vierra mencoba menetralisir sedikit degupan jantungnya dan senyuman yang menyeringai.
Disisi lain Hasta hanya bisa berdecak sebal dengan perlakuan gadis itu. Dia berfikir tentang Vierra yang terlihat ingin dekat dengannya, tetapi dia merasa malas harus berteman dengan orang lain. Cukup orang terkasihnya yang mendapatkan kasih sayang nya.
Disisi lain seorang Vierra masih siaga menatap pantulan bayangan seorang Hasta. Terlampau senang dengan kehadiran Hasta dirumahnya, itu seperti sebuah mimpi yang nyata dan sekarang ia alami. Vierra memulai percakapan lagi dengan nada santainya.
"Tenang aja, aku hanya ingin mencoba kenal sama kamu. Faktanya kita baru saja bertemu dan Kenyataannya sekarang, saya belum merasa yakin dengan perasaan saya. Hanya saja saya tertarik," ungkapnya mantap menatap punggung hasta.
Mendengar kata-kata Vierra, Hasta lagi-lagi membuat Vierra tersentak karna perlakuan spontannya. Lengosan datar Hasta tampilkan memutar badannya tiba-tiba membuat Vierra tersigap menegakkan kepalanya. Hasta tidak mengerti dengan ucapan gadis bocah ini.
Hasta menghela nafas nya perlahan menetralkan amukan dalam jiwanya akibat perkataan murah gadis itu. Tatapan datar Hasta dengan satu tarikan alis kirinya terangkat membuat seorang Vierra hanya menyembulkan kekehannya.
"Udah jangan dimasukin dalam hati… nanti kamu baper sama aku. besok… bukannya aku yang suka sama kamu, ehhh.. malah kamu yang suka duluan.." ucapnya santai menatap Hasta dengan kekehan sekaligus melebarkan senyum menampilkan gigi ratanya.
Lagi-lagi Vierra telah dipengaruhi oleh kepercayaan dirinya, hal itu membuatnya senang melihat sisi imut dari hasta, yaitu tatapan tajam matanya yang coklat kehitaman membantunya menatap intens wajah hasta. Rasanya menggoda Hasta cukup sebagai mimpi indahnya malam ini.
Hasta lagi-lagi tidak ingin mengeluarkan kata-kata yang membuatnya akan berurusan dengan gadis yang bernama Vierra ini. Dia kembali memutar tubuhnya dan kembali berjalan. Dia ingin segera pulang dan tidur.
Seketika, tanpa menunggu Vierra berujar lagi dengan kata-katanya yang sama sekali tidak mengenakkan perasaannya akhirnya Hasta mempercepat langkah kakinya. Sekejap Vierra mengikuti Hasta dengan cekatan.
"Tunggu besok ya… hihi," Ucap Vierra dengan kekehan geli membuat perasaannya tersenyum.
***
Gadis itu masih saja menerawangi setiap inci wajah Hasta dengan khayalnya. Seraya merebahkan badannya menatap dinding kamarnya sambil ditemani dengan khayalan yang membuatnya tersipu malu. Baru kali ini gadis itu merasakan bunga bertebaran didasar hatinya. Dia berfikir lagi untuk menemui seorang Hasta dirumahnya. Dia ingin mengejutkan laki-laki itu.
"Tunggu aku Mr Black sweet." Ucapnya dalam hati lalu berlalu tidur dengan mesem diwajahnya.