Chereads / CINTA PERTAMA YANG TAK TERBALAS / Chapter 8 - Es Mencair

Chapter 8 - Es Mencair

Vierra menghela nafasnya dan mulai mengambil ransel. Vierra mulai membangunkan bokongnya dari kursi dan berjalan, tapi disepatunya ia rasakan dia menabrak sesuatu, dia melirik kebawah dan melihat benda itu. Ternyata sebuah buku (diary) kecil. Vierra menautkan kebingungan dan langsung memasukkan buku kecil itu dalam tasnya.

Selanjutnya, dia berjalan keluar kelas untuk mencari keberadaan laki-laki yang telah mengantarnya pagi ini. Dia memandang jauh sekeliling area parkir dan menemukan Hasta dipojok belakang parkiran. Vierra dengan senyum merekahnya menghampiri pria hitam manis itu.

Vierra sekarang melangkan kakinya untuk berbaur dengan kelurganya diruang tengah. Berbincang ria meningkatkan rasa kekeluargaan bagi mereka. Sungguh keluarga dengan penuh cinta fikir gadis itu. Vierra mengambil tempat duduk disisi ayahnya dengan ibu serta abangnya.

"Hasta!!, ayo kita pulang!" Ucap Vierra berharap. Hasta yang dihampiri hanya bisa memberikan dengusan kesal pada Vierra.

"Lo pulang sendiri!" Jawabnya datar .

"Ck! Aku gk bisa Hasta, aku kan gak tau jalan pulang" Penuturan Vierra membuat Hasta lagi-lagi mendesah kasar. Tiba-tiba, Farah datang.

"Vierra, kamu kenapa disini?" Tanya Farah yang bingung dengan kehadiran Vierra didekat Hasta.

"Ah.. Farah? gk ada apa-apa. Ya udah, aku pulang dulu. Bye Ra, bye Ta" Pamit Vierra. Hasta menatap perempuan itu berlalu.

"Ta, kamu kenal sama Vierra. murid baru dikelas aku?" Tanya farah meneliti.

"Dia cuma anaknya temen Ayah." Jawabnya biasa, Farah hanya ber"oh"ria tanda mengerti.

"Kamu tadi dari mana?" tanya Hasta yang sedari tadi menunggu gadis itu.

"Itu, aku tadi keruang OSIS, Cuma nagmbil berkas penting aja. Maaf ya, kamu nunggu lama, ya?"

"Nggak, cuma bingung aja kamu tumben lama." Katanya dengan memberikan senyum hangat pada Farah.

"Yaudah, Ta, kita jalan!" Ajak Farah langsung.

Farah mulai naik di belakang jok motor hasta. Motor vespa biru itu melaju dengan sedang keluar dari gerbang. Terlihat Vierra yang masih diam didepan gerbang seperti menantikan jemputan.

Vierra mendesah lemas karna dia tidak tahu jalan pulang kerumahnya, kota ini masih baru baginya. Sementara Hasta menoleh pada Vierra yang terlihat kebingungan mencari kendaraan. Dia mulai mengacuhkan apa yang dia lihat dengan melajukan motornya mengantar Farah kerumahnya. Tetapi, hatinya merasa gelisah karna mengingat gadis itu yang tidak tahu arah jalan membuat dirinya kesal.

Terlihat bangunan tempat yang mereka singgahi rumah biasa dengan area perkarangan tidak luas tetapi dipenuhi bunga yang terlihat asri.

"Hasta? Kamu gk mampir dulu?".

"Aku balik aja ya Ra!".

"Yaudah, besok kayaknya Faldo yang jemput aku deh. Jadi, kamu bisa langsung ke sekolah Ta." Mendengar itu Hasta hanya mendelik kesal.

"Aku aja, Ra" Tidak terima dengan Faldo yang akan mengantar gadis manis itu.

"Ga apa, Ta, aku sama Faldo aja sekalian biar tugasnya cepat selesai." Jawabnya hanya dibalas anggukan lemah oleh pemuda itu.

"Yaudah aku balik," Pamitnya pada Farah.

Dia langsung memutar motornya kembali pulang. Tapi, fikiran tentang gadis gila itu masih membuatnya tidak bisa berfikir lain. Dia gelisah. Akhirnya dia mulai memperbaiki fikirannya dengan memutar balik motornya kearah jalan besar mencari keberadaan Vierra yang membuat nya tidak tenang.

Disisi lain, Vierra yang terus berjalan ditrotoar hanya bisa berjalan lemas sambil mencebikkan bibirnya. Dia tidak mengetahui tempatnya berada sekarang. Dia hanya ingin mencari halte bus terdekat tapi dia tidak menemukannya. Decakan dihatinya tidak bisa berhenti membuatnya hanya bisa mendesah lemah. Di lupa membawa telepon genggamnya untuk menghubungi ayahnya. Itu adalah kesalahannya, dia tidak ingin nama Hasta menjadi penyebab perasaan kesalnya. Dia mengerti itu adalah kesalahannya telah memaksa Hasta.

***

Dalam perjalanan mencari gadis yang telah mengganggu fikirannya, akhirnya dia menemukan gadis itu ditrotoar, berjalan dengan tundukan kepalanya lemas. Dia melajukan motornya kearah Vierra dan berhenti disamping trotoar sampai langkah kaki gadis itu terhenti.

"Naik!!" Hasta menyuruh gadis itu naik dengan suara datarnya.

Ternyata es batu pun bisa meleleh pikir Vierra tersenyum kecil. Vierra berjalan menuju Hasta ditempat. Bukankah menjadi dingin dengan hati hangat bukan sesuatu yang buruk?. Dirasakan hanya itu yang menjadi benteng untuknya mencintai seseorang. Itu adalah carannya membuat seseorang menyentuh hatinya.

"Aku tau kamu akan balik lagi," lirih Vierra tiba-tiba setelah berhadapan dengan Hasta.

Hasta yang mendapat cibiran dari gadis itu hanya bisa mendatarkan wajahnya tanpa bergeming. Sedangkan gadis yang berada dihadapannya hanya terus menatapnya senyum. Vierra lalu berlalu kebelakang jok vespa biru itu dan langsung menaikinya dengan duduk menyamping membuat tangan kananya melingkar intens dipinggang Hasta.

Hasta melajukan motor kesayangannya dengan perlahan. Vierra hanya membuat muka mesem diwajahnya karna keberuntungan pada siang harinya berjalan walaupun kesal sedikit tidak berpengaruh baginya.

"Ta...? aku boleh mampir gak kerumah kamu nanti sore?" Teriakannya mengalahi suara riuh beragam kendaraan disekitarnya membuat siapapun pasti mendengar teriakannya.

"Ta... kalau gak jawab dos…" Imbuhnya belum selesai membuat Hasta dengan cepat membuat wanita itu diam. Dia tidak ingin menjadi gila dengan teriak ditengah keramaian.

"Terserah!" Sergah Hasta teriak membuat wanita itu nyengir seketika.

"Tunggu ya, jangan kemana-mana nanti sore!" Ujarnya senang.

Hasta fokus menjelajahi jalanan ramai dengan gadis gila seperti Vierra. Bukankah seharusnya perempuan lebih baik menjaga diri, tidak dengan merayu laki-laki seperti ini? Fikirnya kelu. Hasta tidak ingin menjadi bagian dari permainan gadis gila ini untuk mendapatkan kesenangan. Dia tidak habis dengan fikiran pengganggu pada gadis itu. Dia hanya ingin fokus pada Farah, yang membuatnya berhasil pergi dari masa kelam kehidupannya.

Vespa biru Hasta sekarang sudah berhenti didepan rumah putih besar. Vierra menuruni diri dari motor pemuda itu, Hasta langsung menghidupkan lagi motornya dan pergi. Melihat pergerakan dari Hasta yang ingin berlalu, Vierra dengan cepat memegang lengan Hasta untuk memberhentikan-Nya. Hasta menutup matanya dengan satu tarikan nafas dalam. Hasta melengoskan wajahnya kearah Vierra dengan tajam tetapi lirikan tersebut hanya ditanggapi senyum tipis oleh Vierra.

"Kebiasaan!!" Celetuk vierra.

"Aku mau bilang terimakasih" Ujarnya dibalas satu anggukan kepala tanpa berusaha menanggapi dengan kata-kata.

"Baik.. mr sweet black, Hati-hati dijalan!" Pamitnya dengan lambaian tangan.

Hasta lalu melajukan motornya berlalu dari hadapan Vierra.

"Ingat nanti sore Ta!" Ingatnya berteriak yang tidak ditanggapi Hasta.

Vierra berlalu kedalam rumahnya, memasuki ruang kegemarannya yaitu kamar tidur, kamar penuh dengan khayalan. Panas disiang hari membuat badannya banyak mengeluarkan keringat dengan rambut lepek tidak beraturan.

Berjalan kaki tadi membuatnya merebahkan seluruh badannya melemaskan sendi-sendi kakinya untuk bisa berjalan kekamar mandi. Setelah dirasa tubuhnya ringan, mulailah dia berendam diri menyegarkan fikiran serta tubuhnya.

Vierra sekarang melangkan kakinya untuk berbaur dengan kelurganya diruang tengah. Berbincang ria meningkatkan rasa kekeluargaan bagi mereka. Sungguh keluarga dengan penuh cinta fikir gadis itu. Vierra mengambil tempat duduk disisi ayahnya dengan ibu serta abangnya.