"Ta, aku ikut ke dalem ya?" Ujar Vierra yang sudah memberhentikan kendaraan vespa itu didepan perkarangan rumah Hasta.
"Iya, masuk aja" Jawabnya biasa terdengar terserah.
Vierra yang mendengar hanya menyunggingkan senyum sumringahnya karna ini pertama kalinya Hasta tidak menolak permintaannya tanpa mendengar penolakan dahulu. Dia memasuki area halaman rumah Hasta dan memarkirkan motor itu disisi samping rumah. Hasta menuruni kendaraan itu dahulu dan diikuti oleh gadis itu. Laki-laki itu melangkah maju menuju pintu depan tanpa menghiraukan Vierra yang berada dibelakanngnya yang hanya sedari tadi menilik raut wajah Hasta dari belakang.
"Lo tunggu disini, gue ganti baju dulu." Ucap Hasta pada Vierra yang sudah memasuki rumah-nya. Hasta langsung berlalu ke area tangga menuju kamar untuk berganti pakaian.
Vierra hanya mengangguki ucapan Hasta kepadanya dan duduk disofa ruang tamu. Dia sesekali mengedarkan matanya keseluruh isi dalam rumah itu. Terdapat beberapa pasang foto dan lukisan pajang sebagai hiasan.
Vierra yang merasa bosan duduk disofa, akhirnya membawa dirinya melihat dari dekat setiap foto yang dipajang diatas rak meja atau dipasang didinding yang berlapis cat warna gold tersebut. Dia menilik dengan teliti, sampai akhirnya dia menemukan sebuah foto lama putih abu yang terbingkai cantik.
Didalam foto tersebut ia melihat anak kecil sekitar umur 4 tahun sedang dipapah dipangkuan oleh seorang wanita cantik yang diyakini Vierra itu adalah ibu dari sang anak itu. Vierra tersadar bahwa anak kecil itu adalah Hasta dan wanita cantik itu adalah ibunya, ia menyembulkan senyum tipis diwajahnya. Vierra melihat lagi setiap foto yang terpajang sampai akhirnya dia menilik lekat foto itu sudah terbingkai manis dilihat, dia mengambil bingkai foto tersebut lalu membawa dirinya berfikir bahwa siapa perempuan yang bersama Hasta dalam foto ini. Apakah ini Farah? Atau temannya yang lain.
"Itu Farah" Ungkap Hasta tiba-tiba yang sedang berjalan menuju area ruang tamu.
Mendengar suara Hasta membuat Vierra terperangah dan menaruh foto itu seperti semula ditempatnya. Vierra sekarang mengerti bahwa pertemanan mereka sudah terjalin sedari dulu. Vierra menghela nafasnya dengan satu helaan lega.
"Lo mau minum atau makan?" Tawar Hasta.
"Gk usah Ta, aku ambil minumnya sendiri aja" Ucapnya lalu berjalan berbalik, tetapi di seperti teringat dan langsung berbalik menatap Hasta serta berujar "Dapur kamu disebelah mana ya?" Tanyanya bingung. Pertanyaan dan tingkah konyol Vierra membuat Hasta tiba-tiba terkekeh. Vierra mendelik melihat Hasta tersenyum dan tertawa seperti itu.
"Kamu kenapa?" heran Vierra.
"Ngak.. ngak. Dapurnya ada disebelah sana." Tunjuknya memberitahu Vierra serta mengelak dari pertanyaan heran gadis itu.
Vierra hanya mengangguk dan langsung berlalu dari hadapan Hasta menuju dapur belakang. Dia menuangkan minuman jus jeruk yang diambilnya dari kulkas untuk minum berdua dengan Hasta.
Dia berhenti di tengah kegiatannya karna fikiran akan pertemanan Hasta dan Farah sejauh mana. Apakah mereka pernah berpacaran? Apakah mereka pernah saling jatuh cinta? Arghhhh... Vierra mengepakkan telapak tangannya sekali pada jidatnya dan langsung meng "aduh" kesakitan. Akhirnya untuk menetralkan hatinya yang sedang kesah dia mengambil nafas panjang dan menghembusnnya perlahan dengan teratur. Dia menuangkan kembali jus jeruk pada gelas minuman dan setelah itu dia langsung membawanya keruang tamu untuk diberikan pada Hasta.
Tetapi, Vierra tiba-tiba berhenti melangkah karna kedatangan seseorang yang dilihatnya menemui Hasta. Vierra menelik dari balik tembok dapur untuk melihat kedatangan seseorang, dan ternyata itu adalah Farah. Vierra tidak enak hati akan memberi tahu Farah tentang dirinya dan Hasta. Ia takut akan merusak pertemanan mereka. Apalagi dengan lancang ia memberitahu Farah kalau dirinya menyukai sahabatnya itu, dia tidak seberani itu.
"Ta... kamu kenapa gk sekolah?" Tanya Farah yang sudah berhambur dalam pelukan Hasta.
"Aku gapapa Ra," Ujarnya menenangkan Farah dengan usapan lembut dipunggungnya.
"Ta, kamu jujur sama aku, kenapa kamu gk masuk hari ini? Apa karna kejadian tadi malam?" Terkanya yang sudah mengeluarkan diri dari pelukan Hasta dan memandang intens mata teduh Hasta.
"Gk Ra, Cuma aku gk enak badan. Kamu gk usah khawatir ya. Oh ya, kamu kesini sendirian?"
"Aku kesini sama Faldo, tapi dia nunggu didepan," Ucapan Farah membuat Hasta mendatarkan kembali wajahnya.
Seketika, pemuda itu teringat dengan Vierra yang sedang mengambil air minum tapi tidak datang lagi. Dia melihat kesekitar area dapur tetapi dia tidak melihat tanda-tanda dari kedatangan gadis itu. Apa dia pulang dari belakang? Apa dia dikamar mandi? "Ah sudahlah."Fikirnya membatin.
"Kamu liat apa Ta?" Tanya Farah yang melihat pergerakan Hasta yang terlihat mencari sesuatu.
"Gk kok, Cuma... aku ambilin minum dulu ya?" Tawarnya sebagai elakan.
"Mmm.. gak usah. Kamu istirahat aja. Habis ini aku mau pulang, kasian Faldo nunggu terus diluar." Ucapnya yang hanya diangguki oleh hasta dengan memberinya senyum tipis.
Tatapan teduh Farah yang terlihat dimatanya seperti permintaan maaf karna bersalah ia tujukan pada mata coklat Hasta. Farah lalu mengambil tangan Hasta untuk digenggamnya dan berujar "Ta, aku minta maaf soal kemarin malam. Karna aku, kamu pasti banyak fikiran. Penolakan dari aku pasti membuat kamu sakit hati karna prinsip bodohku, tapi apa yang aku ucapkan tadi malam kalau aku sangat menyayangi kamu adalah kebenaran dan aku berharap kamu tidak sama seperti yang aku kenal dulu." Ucapan Farah hanya ditanggapi senyum menenangkan dari Hasta agar sahabatnya itu tidak berfikir keras akan perasaan yang dia alami.
"Ra, denger aku. Aku cinta sama kamu itu adalah pilihan serta keharusanku sejak dulu. Aku mengerti, aku ngerti alasan dibalik penolakan kamu. Dan aku berharap suatu hari nanti, kamu bisa menerimanya." Ucapan Hasta membuat seseorang dibalik tembok dapur hanya menutup mata dan menengadahkan kepalanya menatap dinding atap kesah.
Dia sekarang mengerti apa yang sedang terjadi pada mereka berdua. Semburat kesedihan diwajahnya mewakili perasaannya. Sedikit terlihat mata Vierra berair tanpa menetes. Apakah dia harus berhenti sekarang? Bukankah dia sering memiliki suara hati seperti itu, tapi akhirnya di terus mencoba tanpa tahu caranya berhenti. Dia yang memulai dan harus mengakhirinya dengan kemenangan. Gadis itu tidak seperti ini pada orang lain. Apa yang harus dilakukan sekarang?.
"Aku pulang dulu ta, gak enak sama Faldo" Pamit Farah dengan senyuman cantiknya.
"Hati-hati ya," Ingat Hasta yang hanya diangguki oleh Farah dan berlalu menuju area luar rumah.
Ditempat lain, Vierra yang merasa situasi sudah menunjukkan aman tanpa adanya orang kecuali Hasta. Dia melanjutkan langkahnya menuju area ruang tamu dan memberikan satu gelas jus jeruk kepada pemuda itu. Kedatangan Vierra membuat Hasta sedikit terperangah karna dia sudah berfikir aneh-aneh pada wanita ini.
"Lo dari tadi dimana?" Tanya Hasta heran.
"Aku.. aku tadi sembuyi didapur dan ngeliat Farah dateng, jadi karna aku gk mau Farah mikir yang macem-macem sama kamu jadinya aku diem aja disana." Ungkapnya menjelaskan. Hasta mengangguk ragu namun mengerti dengan penuturan Vierra.